Chereads / My Girlfriend Cheated On Me With A Senior, So I'm Cheating On Her With / Chapter 33 - BAB 33: Menyelinap Ke Obrolan Para Gadis! Bagian 2

Chapter 33 - BAB 33: Menyelinap Ke Obrolan Para Gadis! Bagian 2

"Cerita Sebelumnya"

Touko memberitahu Isshiki Yuu bahwa 'untuk menarik perasaan Karen, kau harus meningkatkan popularitasmu di kalangan perempuan.'

Touko membuat rencana untuk menciptakan kesempatan bagi para perempuan untuk berkumpul, jadi Yuu akan berpura-pura kebetulan datang ke sana dan ikut masuk ke percakapan untuk mendapatkan lebih banyak penilaian positif dari mereka.

Yuu lalu pergi ke tempat kumpul keempat gadis yang berpengaruh di perkumpulan tersebut dan mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan mereka di sana.

***

"Luar biasa, Isshiki-kun. Kau tahu banyak tentang hal-hal semacam ini." Ayaka-san berkata dengan kagum.

Lalu, Hitomi-san melanjutkan. "Seperti yang diharapkan dari Jurusan Teknik Informatika, Isshiku-kun tahu banyak soal aplikasi dan program. Dia juga selalu membantu tugas pemrogramanku."

"Kalau begitu, bisakah kau mengajariku juga? Aku juga mengalami kesulitan dengan tugas pemrogramanku." Sambil mengatakan itu, Mina-san mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Kalau begitu, aku juga! Aku ada mata kuliah program semester depan, dan aku sudah lama mengkhawatirkan soal itu. Isshiki-kun, bisakah kau membantuku?" Kata Yuri-san, seorang mahasiswi baru Fakultas Bisnis.

"Aku juga mau minta tolong. Aku belum pernah memprogram apa pun sebelumnya, jadi aku tidak yakin apa yang harus dilakukan." Begitulah kata Ayaka-san, mahasiswi baru Fakultas Ekonomi.

Kemudian, untuk pertama kalinya, Touko-senpai membuka mulutnya. "Aku akan sangat berterima kasih jika kau dapat membantu tugas program mereka, Isshiki-kun. Aku cukup sibuk dengan mata kuliah semester ini, dan aku sendiri memiliki banyak tugas."

Dia mengatakan itu dengan santai.

Sejak aku duduk di kursi ini, Touko-senpai hampir tidak pernah melihatku.

Terasa seperti, 'Aku sama sekali tidak tertarik padamu.'

"Sampai sekarang, aku harus selalu mengandalkan Touko. Aku minta maaf karena sudah selalu merepotkanmu." kata Mina-san.

"Tapi, jika kita bisa meminta Isshiki-kun untuk melakukan hal yang sama, itu akan mengurangi beban Touko." kata Manami-san.

Aku kemudian menjawab dengan ramah. "Jika kalian tidak masalah, kalian selalu dapat menghubungiku kapan saja. Itu tidak akan terlalu membebaniku untuk mengajar program umum."

Aku memamerkan satu-satunya nilai jualku.

"Yaaay! Makasih, Isshiki-kun."

"Isshiki-kun juga tahu banyak tentang aplikasi kamera, andai saja aku mengenalmu lebih cepat."

"Aku juga berpikir begitu. Seharusnya aku memberitahu kalian semuanya dari awal."

"Sayang sekali membiarkan Karen memonopolimu."

"Kau tidak boleh bilang begitu!"

Aku menepuk dadaku, merasa lega.

Tampaknya, strategi untuk meningkatkan kepopuleran di kalangan perempuan berhasil.

Kemudian Touko-senpai melihat jam di tangan kirinya dan membuat gerakan menyentuh jamnya dua kali.

Itu adalah sinyal untuk pergi.

Touko-senpai berkata, 'Kunci untuk berbicara dengan perempuan adalah tahu kapan harus mundur.'

Dikatakan bahwa saat yang tepat untuk pergi adalah ketika perempuan mungkin ingin berbicara lebih banyak lagi.

Dia bilang kalau, para perempuan akan berpikir kalau pria itu menyebalkan jika dia tetap ikut nimbrung selamanya.

"Kalau begitu, aku duluan." Mengatakan itu, aku bangkit dari tempat dudukku.

"Oh, kau sudah mau pergi?"

"Kenapa gak nanti saja?"

Aku menjawab dengan nada sedih. "Aku sudah punya janji dengan temanku. Sebelum itu, aku ingin membeli beberapa buku dulu untuk kuliahku."

Aku menjawab begitu.

Tapi, tentu saja, itu juga bohong.

"Begitu, ya. Sayang sekali."

"Ayo kita ngobrol lagi lain kali."

"Sampai jumpa di perkumpulan."

"Sampai jumpa! Oh, dan semoga berhasil dengan tugas pemrogramanmu." Aku membungkuk kecil pada para perempuan itu dan meninggalkan tempat.

Dengan ini, aku seharusnya sudah melakukan semuanya dengan baik, seperti yang diperintahkan Touko-senpai.

Ayo kita telepon dia nanti untuk menanyakan hasilnya.

"Aku merasa sangat senang hari ini."

***

Malamnya, aku menelepon Touko-senpai dan dia langsung berkata, "Kami masih mengobrol di sana setelah itu, dan mereka semua memiliki pendapat yang cukup baik tentangmu."

"Terima kasih banyak. Tapi, ini semua berkat Touko-senpai, kan?"

Senang rasanya dipuji, tapi aku tidak bisa bangga akan hal itu di depan orang yang mengatur segalanya untukku.

"Itu tidak benar. Kenyataan bahwa kau mampu melakukan apa yang aku suruh, serta mampu melakukan percakapan dan tersenyum secara alami itulah yang membuat mereka semua memiliki penilaian yang tinggi terhadapmu. Kau bisa berbangga diri akan hal itu."

Yah, aku agak malu ketika Touko-senpai memberitahuku seperti itu.

"Dan tindak lanjutmu soal pembahasan Karen sudah tepat. Kau melindunginya tanpa mengiyakan mereka, dan kau melakukannya tanpa agresif, dan dengan jumlah kata yang tepat."

Hmm, itu juga karena Touko-senpai menyuruhku untuk fokus menjawab dan tidak terlalu banyak bicara saat berinteraksi dengan perempuan.

Terlebih lagi, Aku tidak terlalu pandai berbicara dengan orang asing, terutama wanita.

"Selain itu, mereka semua hampir berada di pihak Isshiki-kun. Jadi, jika mereka mengetahui kalau Karen-san berselingkuh, dia akan dibenci oleh semua orang. Mereka akan berpikir bahwa mereka tidak menyangka kalau dia bisa mengkhianati pacar yang sangat baik dan penyayang sepertimu."

"Syukurlah. Karena itu cukup berpengaruh untukku secara psikologis jika para wanita berada di pihakku."

Sebenarnya, aku juga khawatir tentang hal itu.

Cara terbaik untuk balas dendam adalah dengan membuat mereka jatuh cinta padamu, lalu mencampakkannya dengan cara yang paling kejam, tapi ada kemungkinan orang-orang di sekitarku akan berkata, 'Itu jahat! Kau tidak perlu sampai harus seperti itu, kan?' Aku takut orang-orang malah akan bersimpati pada mereka.

Kamokura sudah meniduri pacar adik tingkatnya, jadi kurasi tidak akan ada banyak orang yang bersimpati padanya.

Tapi, perempuan itu makhluk yang sulit dimengerti.

Aku tidak berpikir kalau akan ada gadis yang setuju dengan tindakan Karen, tapi aku pernah mendengar kalau wanita adalah makhluk yang sangat mudah berempati.

Jadi, jika mereka melihat Karen menangis, mereka mungkin akan berpikir kalau aku seharusnya tidak perlu berbuat sampai sejauh itu, dan mereka akan mulai mengasihani Karen.

Maka, apabila ada yang membela Karen, kerusakan balas dendamku akan terbagi dua.

Jika memungkinkan, aku ingin membalas dendam pada Karen dan Kamokura sepenuhnya.

"Ya. Menurutku sebagian besar perempuan akan berada di pihak kita. Selain itu, aku juga punya beberapa ide lain. Mari kita bicarakan itu lain kali."

Apakah kamu memikirkan hal itu juga?

Yah, jika kita menyerahkannya pada Touko-senpai, pasti akan berhasil.

"Oke, kalau begitu, sampai nanti."

"Oh, tolong tunggu sebentar." Aku buru-buru memanggil Touko-senpai yang hendak menutup telepon.

"Ada apa?"

"Tidak, ini tentang PR-ku sebelumnya… dan aku ingin tahu apakah kamu bisa membantuku."

"PR?"

"Ya. Ini mengenai remedial Syarat Menjadi Gadis Imut."

"Apakah kau sudah sampai ke kesimpulan?" Dia terdengar sedikit berharap.

"Aku sudah memiliki jawabannya dalam pikiranku. Tapi, aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata…"

Touko-senpai terdiam membisu.

"Jadi, Touko-senpai, maukah kamu menemaniku jalan-jalan selama satu hari?"

"Eh, denganku?" Touko-senpai bertanya balik dengan suara yang terlihat sangat terkejut.

"Ya. Menurutku 'keimutan' berbeda untuk setiap orang. Itulah sebabnya aku hanya mengatakan hal-hal umum tempo hari. Oleh karena itulah, aku ingin memberikan jawaban ​​yang sesuai dengan Touko-senpai."

Aku sangat serius.

Inilah jawaban yang sudah lama aku pikirkan.

Touko-senpai terdiam beberapa saat.

Di sisi lain telepon, aku bisa merasakan bahwa dia bingung.

"Aku mohon padamu. Jika senpai berpikir kalau aku nanti mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal, maka kamu dapat berhenti percaya padaku."

Meski begitu, Touko-senpai masih terdiam.

Tapi akhirnya…

"…Okelah…"

Sebuah suara datang dari sisi lain telepon.

"Terima kasih banyak!"

Tanpa sadar, nada suaraku terdengar sangat senang.

"Jadi, kapan kita pergi?"

"Aku tak masalah kapan saja. Selama tidak mengganggu jadwal Touko-senpai."

"Baiklah. Bagaimana kalau hari Minggu depan? Aku luang seharian di hari itu."

"Oke! Kalau begitu, Minggu depan, mohon bantuannya. Aku akan memberitahumu waktunya nanti. Aku mau memikirkan dulu soal kemana kita akan pergi dan apa yang akan kita lakukan di sana!"

"Ya, baiklah. Kalau begitu, sampai jumpa Minggu depan…"

Setelah itu, telepon ditutup.

Oke, semua sudah siap.

Yang tersisa hanyalah menjalankan rencana yang sudah aku pikiran.

Jadi, aku harus meyakinkan Touko-senpai dan menjadi orang yang bisa bersamanya di momen terakhir itu!

Lalu, aku menguatkan tekadku sekali lagi.