Keesokan harinya, hari Senin jam 3 sore.
Di kafe yang terletak di stasiun yang jauh dari kampus.
Ini adalah tempat dimana aku pertama kali memberitahu Touko-senpai tentang perselingkuhan mereka.
Aku sampai sepuluh menit lebih awal dari waktu janjian.
Lima menit kemudian, Touko-senpai juga tiba.
"Kau cepat seperti biasanya."
Saat Touko-senpai melihatku, dia duduk di kursi sambil mengatakan itu.
"Aku tidak bisa membuatmu menunggu, Touko-senpai." jawabku
"Kau tidak perlu khawatir tentang itu."
Dia tersenyum pahit.
Aku sedikit lega.
Ini Touko-senpai yang sama seperti biasanya.
Pada malam Minggu, Touko-senpai menangis seakan-akan sedang meluapkan emosinya.
Untuk pertama kalinya, aku melihat sisi rapuhnya.
Dan aku merasa bahwa keberadaannya telah berubah di dalam diriku.
Aku takut bahwa, jika Touko-senpai juga merasa ada sesuatu yang berubah terhadapku, kami tidak akan bisa melihat satu sama lain dengan cara yang sama seperti sebelumnya.
"Jadi, rencana setelah ini…"
Setelah memesan teh lemon, Touko-senpai memotong perkataanku.
"'Sekarang sudah jelas bahwa Tetsuya dan Karen-san berselingkuh, aku tidak berniat untuk pacaran dengan Tetsuya lagi."
"Iya, aku juga sama."
Aku juga berpikir begitu.
Aku tidak bisa terus berpura-pura dibodohi oleh Karen dan tetap pacaran dengannya seperti ini.
"Jadi, mengenai pembicaraan kita soal membuat mereka tergila-gila, mencampakkan mereka dan menghabiskan malam dengan orang lain…"
Aku dengan gugup menunggu kata-kata Touko-senpai selanjutnya.
"Kita akan melakukannya pada Malam Natal."
"Hah?"
Aku menjerit kaget.
Bukankah Malam Natal terlalu kecepatan?
Sekarang sudah akhir Oktober, jadi aku hanya punya waktu sekitar dua bulan lagi.
Memang benar, jika 'perpisahan kejam' itu terjadi di malam yang suci, malam ketika sepasang kekasih seharusnya menghabiskan waktu bersama, dampaknya pada pihak lain akan lebih besar.
"Kenapa? Apakah ada masalah?"
Touko-senpai menatapku dengan tatapan menyelidik.
"Tidak, itu bukan masalah. Aku hanya bertanya-tanya apakah saat itu aku akan bisa membuat Karen cukup menyukaiku hingga dia tidak mau lepas dariku."
Bagaimanapun juga, perasaan Karen tampaknya sudah menjauh dariku sekarang.
"Apakah maksudmu kau tidak yakin dapat membuat Karen-san mencintaimu dalam waktu dua bulan?"
"Ya, seperti yang pernah aku bilang sebelumnya, perasaan Karen sekarang tampaknya condong ke arah Kamokura-senpai."
"Kau masih lemah seperti biasanya."
Touko-senpai berkata dengan sedikit kecewa.
"Itulah sebabnya bukan 'sekarang'. Tiga bulan pertama suatu hubungan biasanya akan menjadi persimpangan apakah perasaan di antara sepasang kekasih akan semakin kuat, ataukah malah menjadi pudar dan menghilang."
"Benarkah?"
"Setidaknya, sejauh yang aku tahu begitu. Setelah satu bulan, tiga bulan, enam bulan, satu tahun, atau tiga tahun, ada saatnya ketika dua kekasih berpikiran untuk putus."
Wow, pikirku.
Pikiran untuk putus ternyata datang cukup sering.
"Pasangan yang putus dalam waktu satu bulan adalah orang-orang yang seperti, 'Aku pacaran hanya untuk senang-senang, tapi ternyata tidak sesuai ekspektasi.' Jadi banyak orang tidak menganggapnya sebagai pacaran."
Hanya untuk senang-senang.
Tapi tetap saja, bukankah agak buruk untuk mengatakan 'Aku tidak bisa menganggapmu pacarku'?
"Tiga bulan adalah waktu ketika, jika dua orang merasa cocok, mereka dapat melihat sisi baik dari pihak lain dan cinta mereka semakin dalam. Di sisi lain, jika chemistry-nya tidak begitu baik, kau akan mulai khawatir tentang aspek buruknya, dan akan berpikir kalau kau tidak cocok dengan orang tersebut dan semuanya akan menjadi dingin."
Yah, jika dipikir-pikir, kurasa memang benar.
"Isshiki-kun, kau dan Karen-san sedang berada dalam periode tiga bulan ini, kan? Apa pendapatmu tentang Karen-san sebelum ini? Sebelum kau mengetahui soal ini?"
Maksudmu sebelum 'perselingkahan Karen dan Kamokura' ini terungkap?
"Benar. Kurasa aku cukup tergila-gila pada Karen. Dia adalah pacar pertamaku. Memang benar ketika kami pacaran, aku merasa dia berbeda dari yang kuharapkan, tapi aku tidak sampai merasa tidak nyaman."
Membicarakan itu membuatku teringat masa-masa indah yang aku jalani bersama Karen.
Hatiku mulai sakit.
Tapi…
"Benar, 'yang pertama' itu spesial…"
Kata-kata sedih Touko-senpai menusukku 'Jleb' dengan kuat.
Ini adalah syok yang beberapa kali lebih besar daripada rasa sakit yang aku rasakan akibat Karen.
…Benar, Kamokura adalah yang pertama bagi Touko-senpai…
Ketika aku memikirkan itu, aku merasa tercekik, seolah-olah oksigen di paru-paruku menghilang.
"Tapi, jika kau merasa tidak nyaman seperti itu, Karen-san mungkin akan merasa lebih tidak nyaman. Jika kau tidak bisa membuatnya menyukaimu sekarang, saat ini, apakah kau yakin bisa membuatnya menyukaimu ke depannya?"
Bagian terakhir dari kata-katanya terasa tajam.
Ya, benar sekali.
Masalah ini tidak akan terpecahkan oleh waktu.
Tidak, malahan, semakin banyak waktu berlalu, semakin tidak menguntungkan untukku.
Tapi…
"Aku mengerti maksud perkataan Touko-senpai. Memang benar bahwa menunda-nunda bukan berarti akan membuat segalanya jadi lebih baik."
Touko-senpai mengangguk dalam diam.
"Tapi, menurutku tidak akan mudah untuk menarik perasaannya kembali padaku ketika perasaannya sendiri sudah hampir pergi."
"Mungkin tidak mudah, itu pasti. Tapi, kupikir itu masih sangat memungkinkan dalam situasi saat ini."
Ketika aku memasang ekspresi bingung, Touko-senpai menjelaskan kepadaku.
"Karen-san masih menyembunyikan soal Tetsuya darimu, kan? Dengan kata lain, Karen-san sendiri berpikir bahwa pacar aslinya tetaplah Isshiki-kun."
Yah, kurasa itu benar.
"Memang benar kalau perasaannya sekarang sangat condong ke arah Tetsuya. Tapi, kurasa Tetsuya sendiri belum begitu serius dengan Karen-san."
Aku menatap Touko-senpai lagi.
Aku tidak berpikir kalau perkataan itu terlalu percaya diri.
Bahkan jika hanya dilihat dari penampilannya, tidak peduli seberapa sering Karen mencoba untuk memakai topeng cewek imutnya, Karen bukanlah tandingan Touko-senpai.
"Aku bisa menilai itu dari sikap Tetsuya yang biasa, tapi aku juga bisa mengerti dari kejadian 'jalan-jalan' ini. Karen-san berbicara padamu dengan pemikiran bahwa jalan-jalan tersebut sudah pasti akan terjadi. Tapi, Tetsuya berada di posisi kalau dia mungkin akan pergi. Dengan kata lain, tergantung pada sikapku, rencana perjalanan itu mungkin akan terganggu."
Benar.
Jika Touko-senpai berkata pada Kamokura untuk jangan pergi jalan-jalan, maka rencana itu akan batal.
"Menurutmu, bagaimanakah jadinya perasaan seorang cewek jika perjalanan yang dia nanti-nantikan dibatalkan oleh cowoknya? Dan, aku dapat mengendalikan masalah ini."
Touko-senpai mengatakan itu tanpa ragu.
Luar biasa, Touko-senpai.
Daripada kagum, aku lebih merasa sedikit takut.