"Hai, Cenora! Apa tubuhmu sudah membaik? Kata Pak Guru Kris kau harus pulang lebih awal karena kau pingsan setelah jatuh tersandung jaring laba-laba yang memenuhi sekolah kita!" ucap teman sekelas Cenora padanya saat menyapa.
"Jaring laba-laba?" jawab Cenora bingung, "Sepertinya aku memang pingsan, tapi apa itu karena-"
"Ah, sudahlah. Tidak terjatuh karena jaring laba-laba pun, kau juga sering terjatuh dengan mudahnya!" teman sekelasnya yang lain langsung memotong ucapan Cenora yang belum selesai lalu mengalihkan perhatian pada guru yang baru saja masuk ke kelas mereka.
"Bukankah hari ini Pak Guru Kris yang mengajar? Kenapa malah Miss Elli yang datang?"
Gumaman para teman sekelasnya terdengar oleh Cenora tapi ia terlihat tak acuh. Tapi pada saat Miss Elli mengabarkan jika Pak Guru Kris berhalangan untuk mengajar dikarenakan sakit, barulah Cenora mengangkat wajahnya untuk mendengarkan Miss Elli di depan kelas.
'Dia sakit? Apa karena mengeluarkan darahku yang terkena racun siluman laba-laba itu? Lalu bagaimana keadaannya saat ini? Kudengar racun itu akan sangat mematikan untuk para siluman. Dan aku tidak melakukan apapun untuknya tadi malam,' Cenora bergumam sedih membayangkan keadaan Ichigo yang sakit saat ini.
'Aku harus menjenguknya sepulang sekolah. Sekaligus bertanya apa yang dilakukannya dengan membuat angin besar seperti kemarin. Tapi itupun jika aku berani bertanya padanya,' sambung Cenora berpikir.
***
Seperti biasa, perjalanan Cenora pulang sekolah selalu diramaikan oleh hantu-hantu kecil yang beterbangan ataupun bergelayut di tubuh Cenora, seakan tubuh gadis berusia delapan belas tahun itu adalah sebuah transportasi umum yang menyenangkan.
Berisik? Sudah pasti. Dan terkadang Cenora bingung dengan pembahasan para hantu yang tidak pernah ada habisnya.
'Kalian itu hantu tapi apa yang kalian bahas kadang melebihi pembahasan ibu-ibu di pasar sayur setiap hari!' gumam Cenora dalam hati sembari memijit dahinya yang lelah.
Dan sedikit keanehan yang terjadi beberapa hari ini ternyata dirasakan oleh Cenora. Ia mendapati para hantu mulai terurai dan berkurang sedikit demi sedikit saat Cenora memasuki area perumahan tempatnya tinggal.
Bahkan saat Cenora tiba di depan pintu gerbang halamannya, akan tersisa satu persatu hantu ataupun siluman kecil yang mencoba terbang menjauhinya. Entah mengapa, yang jelas Cenora sangat terbantu dengan fenomena itu.
Pintu gerbang sudah dibuka dan Cenora nyaris masuk ke dalam pekarangan rumahnya, tapi langkahnya terhenti saat teringat pada niatnya saat di sekolah tadi.
"Bukankah aku ingin menjenguk Ichigo yang sakit? Tapi… aku tidak yakin," gumam Cenora sembari memandangi pagar rumah Ichigo dengan perasaan bingung.
Krieet!
Suara pintu gerbang rumah Ichigo yang terbuat dari kayu besar terdengar. Dan saat Cenora menoleh ke sana, nampak setengah pintu gerbang telah terbuka.
"Hei, aku baru bergumam saja tapi kau sudah mempersilahkanku untuk masuk? Hiiih, kenapa aku malah semakin merinding?" gumam Cenora lagi dengan bulu halus di tubuhnya yang ikut berdiri.
"Tapi bagaimana pun juga, aku bisa selamat dari racun yang panas itu karena Ichigo, bukan? Apa pantas aku tidak menjenguknya walau hanya mengucapkan terima kasih?"
Dengan pikiran yang jernih, Cenora memberanikan dirinya berjalan ke lain arah menuju gerbang rumah Ichigo. Dan baru saja Cenora memasuki pagar halaman rumah itu, Braak! Gerbang kayu besar itu langsung tertutup dengan keras.
"Akh, kenapa itu bisa tertutup?! Aku tidak jadi-"
"Selamat datang, Nona. Silahkan masuk ke dalam!" sapa sesosok harimau kecil hitam yang manis.
Cenora membulatkan matanya kaget karena yakin yang menyapanya tadi adalah seekor harimau kecil. Tentu saja karena tidak ada manusia ataupun sosok lain lagi di sana saat itu.
'Ah, dia siluman. Jadi mengapa aku harus heran saat dia menyapaku? Konyolnya aku! Aku terlalu khawatir dan takut,' gumamnya dalam hati saat mencoba merilekskan kekagetannya.
'Hei, justru aneh jika aku tidak takut. Aku berada di rumah siluman, bukan? Haish, kenapa rumah siluman pun harus berada di dekat rumahku? Ini menyebalkan sekali!' lanjutnya terus bergumam dalam hati dan mengabaikan sosok manis yang menunggunya sejak tadi.
"Apa Nona hanya ingin terus berekpresi aneh seperti itu di sini? Kau tidak ingin menjenguk Tuan Hybrid di dalam? Bukankah kedatanganmu ke sini untuk melihatnya, Nona?" ucap harimau kecil itu lagi pada Cenora.
"Ah, iya! Aku lupa, hehehe! Aku terlalu kaget karena sambutanmu," jawab Cenora sembari menggaruk pipinya yang bahkan tidak gatal.
"Hmm, anu-," Cenora terlihat sedikit kebingungan, "bisakah kau mengantarkan menemui Ichigo? Aku memiliki sedikit urusan dengannya," tanyanya lagi.
"Panggil saja aku Leon, Nona. Aku adalah pelayan Tuan Hybrid. Mari kuantarkan ke dalam kamar!" ajak harimau hitam kecil bernama Leon.
"Ya, terima kasih, Leon," jawab Cenora ramah, 'Untuk ukuran siluman ternyata ada seluman yang ramah seperti dia. Dia sangat lucu dan menggemaskan,' sambung Cenora bergumam dalam hati.
"Terima kasih untuk pujiannya, Nona. Aku juga sangat senang bisa melayani Tuan Puteri seperti anda. Tuan Hybrid tidak salah memilih pengantinnya!" jawab Leon tanpa berbalik dan terus berjalan sambil berbicara.
"Kau mendengar gumamanku dalam hati, ya?" tanya Cenora heran.
"Setiap siluman bisa mendengar suara sekecil apapun asal itu memang keluar dari bibir seseorang, sekalipun orang itu tidak mendengar gumamannya sendiri, Nona. Jika kau mengumpat dalam hati barulah tidak akan ada siluman yang mendengarkanmu. Tapi…"
"Tapi terkhusus siluman harimau hitam yang usianya belum menginjak remaja, kami masih bisa mendengar suara hati manusia yang tulus. Entah itu marah ataupun bersedih, aku bisa mendengar hal itu, Nona. Bahkan saat ini suara hatimu yang mencemaskan Tuan Hybrid, aku juga mendengarnya!"
Wajah Cenora memerah dan mulutnya langsung ditutup. Ia tidak menyangka tidak ada rahasia sekalipun di dalam hatinya saat ada Leon di dekatnya.
'Jadi aku harus berhati-hati jika mengumpat tentang tuannya? Ini gila!' Cenora kembali mengumpat tanpa sadar.
"Ya, begitulah, Nona. Tapi yang barusan terdengar di telingaku akan menjadi rahasia kita saja. Terkadang tuanku juga sangat brengsek dan kurang kerjaan! Akan sangat heran jika kau tidak mengumpat tentangnya!" Leon berkata jujur dengan ekspresinya yang menggemaskan.
Tanpa aba-aba, Cenora langsung menangkap Leon yang ukuran tubuhnya hanya sebesar kucing Anggora dewasa, dan memeluk Leon dengan gemas.
"Kenapa kau sangat pintar dan menggemaskan, huh? Aku sangat senang saat tahu ada makhluk lain yang setuju dengan pemikiranku tentang Ichigo yang brengsek!"
"Ah, Leon... sepertinya aku menyukaimu! Kita bisa berteman dengan baik!" puji Cenora pada Leon yang tanpa sadar sudah terengah karena dipeluk sangat erat sekali oleh pengantin tuannya itu.
Lagipula kapan ada kejadian manusia bisa menggendong seekor harimau dengan begitu nyaman sekalipun itu adalah bayi harimau? Hal itu mmebuat Cenora senang.
"Eh, Leon? Kau kenapa?!" ekspresi Cenora terlihat lucu saat melihat Leon lemas sambil tersenyum.