"Hai!" sapa Cenora singkat, "Bagaimana kabarmu? sambungnya.
"Hmm, lumayan. Sudah lebih baik," jawab Ichigo yang seperti tak acuh, "lalu bagaimana dengan dirimu sendiri? Leon mengatakan bahwa kau dikawal oleh seorang pria dan tubuhmu juga penuh luka," lanjutnya bertanya. Padahal bukan Leon yang satu-satunya melihat keadaan Cenora saat itu, tapi dia pun juga.
"Aku mengalami kecelakaan kecil dan terluka, tapi tidak masalah karena temanku langsung membawaku ke klinik untuk menerima pengobatan," jawab Cenora.
"Apa kau menyukainya?" Ichigo bertanya singkat saat memandang Cenora.
"Menyukai apa? Tolong jelaskan pertanyaanmu agar aku tidak salah paham! Kau sedang menanyakan temanku atau kecelakaan yang kualami?" Cenora memprotes pertanyaan Ichigo yang berbelit-belit.
'Ah, pasti yang dia bicarakan sekarang adalah Ken,' pikir Cenora dalam hati. Dan sepertinya itu tebakan yang tepat.
"Keduanya. Jawab saja keduanya karena aku ingin tahu apa yang kau pikirkan setelah memiliki kekasih? Sekaligus aku ingin tahu bagaimana perasaanmu jika aku tidak ada di sampingmu untuk melindungimu? Apakah kau tetap merasa nyaman?" Ichigo kini memperjelas pertanyaannya.
Cenora terkesiap setelah tahu apa maksud dari pertanyaan Ichigo padanya.
'Kenapa dia bertanya seperti itu padaku? Dan mengapa kedua pertanyaannya itu membuatku sedih? Sebenarnya apa yang salah di sini? Atau aku yang memang salah mengartikan ekspresinya saat bertanya sebagai ekspresi kekecewaan?' Cenora bertanya bingung dalam hatinya.
"Haruskah aku menjawab pertanyaan seperti itu darimu? Aku juga tidak tahu mengapa hatiku terasa nyeri mendengarmu berkata begitu padaku, Ichigo," Cenora menjawab.
"Jawab saja sesuai apa yang kau rasakan. Aku akan mendengar sekalipun kau menjawab kalau kau senang memiliki kekasih sekaligus aku sudah menjauh darimu," Ichigo memotong ucapan Cenora.
"Jika itu tentang Ken, entahlah. Aku tidak tahu seperti apa perasaanku padanya. Kami bahkan baru bertemu kemarin dan itu juga dalam keadaan yang tidak menyenangkan,"
"Dia bukan kekasihku," sambung Cenora menjawab jujur.
"Dan untuk ketidakhadiranmu di dekatku, aku mengakui kalau kau itu sangat berpengaruh. Aku memang sangat kerepotan mengatasi gangguan siluman di sekitarku, terlebih saat kau sakit seperti ini," sambungnya lagi.
Ichigo tersenyum dengan kedua jawaban Cenora yang terdengar tulus. Tapi jika ingin kejelasan yang lengkap, Ichigo harus bertanya pada Leon nanti. Itulah sepenggal ide licik di benak Ichigo yang saat ini sedang bahagia.
"Terima kasih," jawab Ichigo sembari tersenyum.
"Terima kasih untuk apa?" Cenora bertanya balik.
"Terima kasih untuk mengakui keberadaanku yang berguna bagimu. Maafkan aku karena beberapa hari ini tidak bisa menjagamu karena keadaanku. Dan terima kasih juga untuk pengakuanmu tentang pria itu,"
"Kau mengatakan jika pria itu bukan kekasihmu, kan? Aku sangat senang, walau kenyataannya memang kau tidak boleh mengakui pria manapun sebagai kekasihmu, Cenora. Hanya aku pria yang sudah ditakdirkan untukmu, tapi aku masih ingin menunggumu memberikan perasaanmu padaku,"
Cenora terdiam setelah mendengar kalimat Ichigo yang penuh dengan kelembutan saat menatapnya.
'Benarkah hidupku harus seperti ini? Apa aku memang harus menerima kehidupan bersama siluman sepertinya. Apa aku bisa bahagia bersamanya?' Cenora bertanya-tanya dalam hati hingga ia terlihat melamun menatap wajah Ichigo.
Sebegitu pikirannya melayang entah kemana, sampai ia tidak sadar saat Ichigo menggeser duduknya dan memajukan wajahnya ke wajah Cenora.
"Aku melupakan sesuatu," ucap Ichigo singkat sebelum mengecup dahi Cenora yang terluka dan menjilatnya.
"Akh, apa yang kau lakukan?!" pekik Cenora seketika saat terkaget dengan sikap Ichigo yang tiba-tiba menjilat dahinya.
"Sedalam apa lamunanmu sampai tidak tahu aku mendekatimu? Aku ingin melakukan pembersihan saja. Luka di dahimu itu merusak pemandangan indah di mataku!" jawab Ichigo santai setelah memberi kecupan akhir di dahi Cenora.
Cenora refleks menyentuh dahinya yang kini sudah rata tanpa bekas luka meski nyatanya luka di dahinya itu masih basah.
"Hanya karena jilatanmu saja luka ini bisa hilang total. Terima kasih, kau memang-" ucapan Cenora terhenti saat benaknya mengingat sesuatu, "Ichigo, tunggu!"
"Apa? Kau lapar? Makan saja makanan yang bisa kau makan di sini. Leon membuatkan makanan manusia tapi aku tidak tahu itu enak atau-"
"Aku tidak ingin makan! Aku ingin bertanya sesuatu padamu!" Cenora memotong ucapan Ichigo, "Apa kau tahu sesuatu tentang seekor kucing hitam yang berkeliaran di sekitar sini?" sambungnya bertanya.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Ichigo tersedak minuman yang belum sempurna ditelannya.
"Hei, kau bukan siluman kecil seumuran Leon, kan? Hanya minum saja bisa sampai tersedak!" gerutu Cenora setengah tertawa kecil, "Bagaimana? Apa kau tahu sesuatu tentang kucing kecil berwarna hitam di sekitar lingkungan rumah kita?"
"Memangnya aneh jika ada kucing hitam di sekitar sini? Kau bahkan terbiasa dengan kadal yang punya sayap ataupun ular yang melompat dengan ekornya!" gumam Ichigo yang terkesan menghindari pertanyaan Cenora.
Cenora memicingkan matanya curiga.
"Jika dia tidak ikut tidur bersamaku pada malam hari dan menjilati seluruh tubuhku tanpa malu, aku tidak akan bertanya padamu karena hal itu akan kuanggap normal!" ucapan Cenora membuat Ichigo memalingkan wajahnya yang merah dari Cenora.
"Ichigo, kau terlihat aneh dan menyembunyikan sesuatu. Kenapa kau memalingkan wajahmu dariku, hah?" tanya Cenora curiga dan berusaha menarik pakaian Ichigo agar kembali menghadapnya.
"Aku tidak tahu itu, Cenora! Aku, kan, sedang sakit dua hari ini. Bagaimana aku bisa datang ke rumahmu dan-" Ichigo menutup mulutnya seketika saat ia tidak sengaja bicara aneh.
"Apa? Kau mengatakan apa barusan? Coba kau ulangi lagi dan lihat aku saat bicara!" Cenora mendesak Ichigo sembari terus menarik pakaian Ichigo dari samping, tapi Ichigo terus mengelak ingin menyembunyikan senyum liciknya yang bahagia di wajah merahnya.
"Aku siluman harimau, Cenora!" sahutnya dan tetap berpaling wajah.
Tapi tiba-tiba, saat tarikan tangan Cenora di piyama Ichigo terlalu kuat, hingga melepaskan piyama berbahan sutera tanpa kancing yang hanya diikat dengan tali yang kainnya selicin sutera itu sendiri.
Tubuh Cenora hampir terjungkal ke belakang setelah menarik piyama Ichigo yang terlepas. Tapi syukurnya Cenora tidak jadi terjungkal saat Ichigo yang berbalik dengan cepat menarik tangan Cenora dan membuat Cenora malah jatuh ke dada Ichigo yang tidak berbalut pakaian.
Posisi Cenora saat ini berada di atas tubuh Ichigo yang terbaring sembari melingkarkan tangannya di pinggang Cenora.
"Kenapa kau sangat bersemangat seperti ini? Apa karena kau suka menerima sentuhan lidahku di kulitmu jadi kau terus menuntutku untuk menjawab?"
Wajah Cenora memerah seketika setelah Ichigo berucap hal semesum itu tanpa malu.
"Lepaskan aku. Aku tidak bermaksud menarik pakaianmu. Aku hanya bermaksud menyuruhmu menatapku saat bicara!" Cenora memberi jawaban jujur.
"Sekarang aku sudah menatapmu, memandang wajahmu, dengan jarak sedekat ini. Apa kau puas?" Ichigo kembali memprovokasi keteguhan hati Cenora dengan ucapan lembut dan senyuman Ichigo yang menawan.
"Baiklah, aku akan menjawab pertanyaanmu. Tapi setelah itu berikan satu ciuman saja sebagai imbalannya. Bagaimana?" Ichigo menawar walau sebenarnya pihak yang bersalah adalah dirinya sendiri.