"Dasar sial! Bisa-bisanya mereka berciuman saat aku sudah mengisi tenagaku untuk menyerangnya saat ini!" gerutu Ken yang kesal, "Tapi kurasa seranganku ini tidak akan berpengaruh pada hybrid sepertinya, kan? Aku juga tidak bisa menghisap tenaga yang sudah kukumpulkan ini. Jadi biar kulempaskan saja padanya!" sambungnya bergumam sebelum mengarahkan bola api besar dari tanganya ke arah Ichigo dan Cenora yang cukup jauh di depannya.
Blarrr!
Bola api meledak saat menabrak perisai yang dibuat Ichigo tepat sebelum bola api sampai di dekat mereka. Dan itupun dilakukannya tanpa melepaskan panggutan bibir mereka.
Cenora menarik ciumannya saat melihat percikan bola api dari Ken bak kembang api yang meletus di langit.
"Terima kasih, Sayang," ucap Ichigo sambil tersenyum saat menyentuh bibir Cenora untuk mengusap sisa salivanya mengunakan jarinya. Tapi Cenora hanya tertegun bingung dengan keadaan tanpa bisa merespon Ichigo.
"Kau sudah melihat apa yang ingin kau buktikan? Dia pengantinku. Dan dia sudah mengungkapkan jawabannya! Jadi pergilah atau badai benar-benar kujatuhkan padamu di tempat ini!" ucap Ichigo pada Ken dengan setengah mengancam dan setengah mengejek.
"Cih! Kau kira aku akan menyerah pada Cenora? Tidak akan! Aku akan kembali dan terus membujuknya agar meninggalkanmu dan memilihku!" Ken menanggapi dengan kesal. Kemudian ia menoleh ke Cenora, "Aku tidak akan menyerah padamu sebelum kalian resmi menjadi pengantin Hybrid itu!" sambungnya berucap pada Cenora dan kemudian pergi dengan cepat dari hadapan mereka.
Cenora memandang kepergian Ken dengan tatapan rumit.
'Apa yang akan kulakukan dengan situasi seperti ini?' keraguan kembali menghampirinya saat ingat apa yang dilakukannya dengan mencium Ichigo tidaklah benar.
"Kenapa melamun memandangnya? Aku bisa cemburu," ucap Ichigo di samping telinganya saat memeluk tubuh Cenora dari belakang.
"Apa yang kulakukan ini benar?" Cenora menanggapi dengan pertanyaan.
"Apa maksud pertanyaanmu? Apa itu tentang ciuman tadi?" tanya Ichigo lagi.
"Hmm, ya. Apa yang kulakukan sudah benar? Aku menciummu saat hatiku belum sepenuhnya kuberikan padamu. Aku menciummu hanya agar kau tidak marah dan menghancurkan hal yang sudah baik-baik saja. Apakah aku melakukan hal yang benar? Atau aku malah membuat kesalahan?" Cenora bertanya dengan bingung.
"Bagiku itu sama saja," Ichigo menanggapi dan membuat Cenora memandangnya tanpa berkedip.
"Sebenarnya aku hanya ingin menguji kepedulianmu padaku. Aku memang kesal dan marah pada sikap semberono siluman rubah itu, tapi aku masih sangat waras untuk tidak melanggar peraturan hingga aku harus kehilanganmu."
"Aku sengaja bersikap marah agar kau ataupun siluman rubah itu percaya. Aku ingin menguji perasaanmu, sebesar apa kepedulianmu padaku jika satu hal buruk mungkin akan kuterima setelah membunuh siluman itu."
"Dan ternyata kau sangat peduli padaku. Ciumanmu tadi membuatku percaya, meski kau belum sepenuhnya menerimaku, setidaknya kau tidak membenciku dan menolakku lagi. Sekaligus menunjukkan pada siluman rubah itu kalau kau memilihku di hadapannya."
"Tidak kusangka tindakan kecilku membuatmu menciumku. Aku sungguh bahagia, Sayang!"
Mendengar cerita Ichigo barusan membuat wajah Cenora memerah. Tapi tidak dipungkiri, ia juga sedikit kesal karena sudah dipermainkan oleh Ichigo lagi saat ini. Tanpa menanggapi apapun, Cenora berjalan menjauhinya menuju mobil mereka berada.
"Aku ingin pulang saja!" ucapnya tanpa balik menoleh ke belakang. Langkah Cenora terlihat dihentakkan dengan kasar tapi itu membuat Ichigo tersenyum.
"Apa yang dipikirkannya, Leon?" Ichigo bertanya pada Leon yang berdiri di sampingnya.
"Nona merasa kesal dan malu, Tuan. Dia berucap jujur kalau belum menerimamu sepenuhnya. Tapi memang dia sudah tidak membencimu dan ingin menghindarimu lagi," jawab Leon tanpa ada yang disembunyikan dari tuannya itu.
"Ya sudah, ayo kita pulang," ujar Ichigo lagi dengan senyum di sepanjang langkahnya menyusul Cenora.
Wajah Cenora masih cemberut saat Ichigo memandanginya dari kaca spion mobilnya.
"Hei, kenapa seperti itu? Di mana salahku jika aku menerima ciuman dari kekasihku sendiri?" tanya Ichigo saat melirik Cenora yang duduk di belakang bersama Leon.
'Bagaimana aku tidak marah pada sikapmu yang sembarangan? Aku menciummu karena aku takut kau membunuh Ken dan membuatmu menerima hukuman! Tapi nyatanya aku sudah dijebak olehmu! Dasar berengsek!' gerutu Cenora dalam hatinya.
Leon langsung tertawa kecil sembari menutup mulutnya.
"Melihat ekspresi Leon, sepertinya kau sedang menggerutu padaku dalam hati. Apa aku benar?" ucap Ichigo yang kembali tersenyum.
Cenora langsung menoleh pada Leon.
"Leon, jangan katakan apapun padanya atau aku akan marah padamu! Aku tidak akan menggendongmu lagi ataupun memujimu kalau kau itu lucu! Kau tidak lucu dan manis sama sekali!" ujar Cenora setengah mengancam pada Leon.
Leon seketika berbolak-balik menoleh pada tuan dan nona-nya karena bingung.
"Lalu aku harus memilih siapa di antara kalian? Huaaa, aku ingin menangis!" Leon berucap bingung pada keduanya.
Sikap Leon yang tidak berdaya menjadi bahan tertawaan Ichigo dan Cenora hingga mereka sudah tiba di kawasan perumahan mereka.
*
"Selamat malam!" ucap Cenora yang buru-buru keluar dari mobil sebelum Ichigo turun dari mobilnya.
Tanpa menunggu tanggapan Ichigo, Cenora langsung berlari menuju pintu gerbang rumahnya. Tapi saat ia mencoba membuka pintu gerbang rumahnya, tangan seseorang sudah memegangi tangannya yang mencoba membuka pengait pintu pagar rumahnya itu.
"Ichigo, kau! Kapan kau-" ucap Cenora kaget pada sosok Ichigo yang sudah ada di sampingnya. Dan saat ia menoleh ke arah mobil, nyatanya mobil yang ditumpanginya itu sudah menghilang dan Leon juga tidak ada di sana.
Hanya tertinggal sesosok siluman tampan yang mesum, yang kini berada di sampingnya.
'Tentu saja semuanya begitu cepat menghilang dan dia sudah ada di sebelahku. Dia, kan, siluman!' gerutu Cenora dalam hati.
"Aku lelah. Aku ingin tidur awal dan bangun pagi. Aku sudah tidak datang ke sekolah hari ini dan aku tidak ingin bolos lagi besok!" Cenora berucap tanpa menanggapi kehadiran Ichigo. Dia seperti bicara sendiri dan lebih terlihat sedang bergumam.
"Sudah kubilang ketidak-hadiranmu hari ini tidak akan menjadi masalah. Aku adalah gurumu, bukan?" Ichigo menanggapi tanpa menghilangkan senyumnya.
"Baguslah, kalau tidak ada masalah. Jadi biarkan aku tidur dengan nyaman malam ini!" jawab Cenora yang tidak memandang wajah Ichigo saat bicara. Ia takut akan terpesona pada ketampanan siluman yang terus menggodanya itu, "Tolong jangan halangi pintu gerbang rumahku dengan sihirmu. Itu tidak bermasalah sebelum kau ada di sini!" sambungnya berucap.
"Aku tidak menggunakan sihir apapun untuk mencegahmu masuk ke dalam rumah. Coba saja kalau kau tidak percaya!" seru Ichigo seakan mengelak, "Mungkin kau yang sangat grogi dengan kehadiranku di sampingmu, hingga membuat tanganmu gemetaran," sambungnya.
"Atau…"
"Atau apa?" Cenora bertanya spontan.