Katherine sengaja berhenti beberapa meter dari rumahnya untuk melihat kembali penampilannya saat ini.
"Aku benar-benar terlihat jelek sekali saat ini," gumam Katherine ketika melihat pakaiannya yang robek dan penuh darah.
"Aku harus segera mengganti pakaianku begitu tiba di rumah dan membuang pakaian ini. Ahh sayang sekali, padahal pakaian ini belum lama aku beli," keluh Katherine yang merasa sayang dengan pakaiannya yang masih terbilang baru. Dia sudah berusaha untuk tidak membuat pakaian ini kotor, tapi mau bagaimana lagi, lawannya sepertinya tidak ingin menyerang raut wajahnya yang cantik.
Sambil memikirkan bagaimana alasan yang harus dia katakan pada Javier mengenai pakaiannya yang tiba-tiba menghilang, Katherine kembali melangkahkan kakinya menuju ke rumahnya.
Dahi Katherine berkerut ketika dari kejauhan dia melihat pintu rumahnya yang terbuka dengan lebar. Bukankah tadi sebelum pergi dia telah menutup pintunya kembali?
Apa sebenarnya yang terjadi?
"Ah! Apa Javier sudah bangun dan menungguku, ya?"
Rumahnya dijaga oleh Luca, tidak mungkin ada maling yang masuk ke dalam rumahnya. Jadi satu-satunya alasan kenapa pintunya terbuka lebar seperti itu karena Javier yang membukanya dan menunggunya tepat di depan pintu.
"Waduh, gawat dong. Aku harus bagaimana?" pikir Katherine yang tiba-tiba bingung harus melakukan apa, jika Javier masih berada di kamar setidaknya dia bisa masuk secara diam-diam, tapi jika Javier sudah menunggunya di ruang tamu seperti itu, dia tidak bisa masuk secara diam-diam lagi. Sebuah kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya ketika memikirkan bagaimana Javier akan melihat penampilannya saat ini yang penuh dengan darah dan pakaian yang compang-camping. Yah, dia akan memikirkan alasannya nanti ketika bertemu dengan suaminya itu.
"Eh?"
Katherine berhenti dari tempatnya ketika hidungnya mencium sesuatu yang segar, sesuatu yang sangat familiar baginya. Raut wajah Katherine segera berubah menjadi cemas, dia buru-buru berlari mendekati pintu tersebut.
Tidak… ini tidak mungkin…
Katherine terus berharap agar apa yang dia pikirkan itu tidak benar-benar terjadi. Namun, harapan kadang tak sesuai dengan kenyataan.
"Javier?" ucap Katherine dengan pelan ketika menatap tubuh suaminya yang terbaring di lantai dengan darah yang tergenang. Dia bisa merasakan dadanya menjadi sesak dan matanya mulai berkaca-kaca.
Hal yang paling dia takutkan selama ini terjadi!
Katherine melangkahkan kakinya secara perlahan-lahan menghampiri tubuh yang sedang terbaring itu. Dia memang menyukai Javier yang sedang berbaring karena pria itu terlihat sangat seksi ketika sedang tidur, tapi bukan tidur seperti ini yang ingin dilihat oleh Katherine.
"Nona Katherine, penampilanmu," ucap Luca memperingatkan ketika melihat penampilan Katherine saat ini.
Seolah tidak bisa mendengar Luca, Katherine terus berjalan mendekati Javier.
"Baby…" panggil Katherine dengan pelan ketika dia akhirnya sudah tiba dan berlutut di samping Javier. Katherine meraih tangan Javier dan menggenggamnya dengan erat disamping pipinya. Sebuah penyesalan muncul dipikiran Katherine ketika melihat Javier yang terbaring seperti itu. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi seandainya dia tidak pergi, maka ini tidak akan terjadi.
Air mata perlahan-lahan keluar dari mata lentik wanita tersebut.
"Baby... kamu… sudah… pulang."
Mata Katherine membesar ketika dia bisa mendengar suara Javier. Dia awalnya mengira Javier sudah tidak ada saat melihat wajah Luca yang terlihat bingung. Dia beranggapan bahwa Luca bingung akan memberitahukannya mengenai Javier yang telah pergi, lagipula pria itu tidak mungkin akan bersedih atas kematian Javier.
Katherine buru-buru menghapus air matanya dengan tangan satunya saat melihat Javier yang kembali membuka matanya.
"Ya, aku sudah pulang. Baby, bertahanlah! Luca bisa menyembuhkanmu. Kamu mungkin tidak akan percaya tapi Luca adalah seorang penyihir," ucap Katherine dengan nada senang. Dia tahu bahwa Luca memiliki sihir penyembuh dan selama orang tersebut belum meninggal, sihir Luca bisa menyembuhkannya.
Katherine lalu menatap Luca yang duduk disampingnya dengan ekspresi wajah senang. Namun, ekspresi wajah tersebut segera berubah ketika melihat Luca hanya diam di tempatnya dan tidak mengucapkan mantranya.
"Luca? Apa yang kamu lakukan? Cepat sembuhkan Javier," ucap Katherine dengan gemas.
Apakah pria itu marah padanya karena dia tadi menggunakan perintah pada pria itu?
Dasar anak ini. Dia bisa ngambek juga ternyata.
"Itu.. aku tidak bisa menyembuhkannya," ucap Luca dengan pelan.
"Haha… jangan bercanda Luca. Cepat sembuhkan Javier. Kamu tahu bahwa semakin lama kamu menundanya, maka Javier akan semakin kesakitan?"
"Apa kamu marah soal kejadian tadi? Aku benar-benar minta maaf dan janji tidak akan mengulanginya lagi. Jadi, tolong segera selamatkan Javier," ucap Katherine dengan nada memohon.
"Aku benar-benar tidak bisa menyembuhkannya, Nona Katherine," ucap Luca lalu menggunakan sihirnya sekali lagi untuk mencoba menyembuhkan Javier, tapi sekali lagi tubuh Javier sama sekali tidak bisa beregenerasi seperti yang seharusnya.
"Sebaiknya nona Katherine mempersiapkan diri untuk…"
Luca tidak meneruskan kata-katanya ketika merasakan energi yang sangat besar di sampingnya. Dia sudah lama ikut bersama dengan Katherine, tapi ini pertama kalinya dia merasakan energi membunuh yang besar muncul dari Katherine.
"Luca Ridcully! Jangan berani kamu mengatakan sesuatu seperti itu! Aku…"
"Baby… jangan memarahi Luca, dia sudah berusaha,"
Katherine tidak melanjutkan kata-katanya ketika merasakan tangan Javier yang menggenggamnya bergerak. Katherine buru-buru melepaskan tangan itu dan membuang wajahnya ketika menyadari bahwa sekarang dia tanpa sadar telah menunjukkan bentuknya yang seperti monster.
"Tidak… jangan lihat aku saat ini," ucap Katherine dengan ketakutan. Tidak ingin menunjukkan wujud aslinya pada Javier. Dia merasa sangat bodoh karena tidak bisa menahan emosinya tadi. Lagipula kenapa Luca harus memancingnya seperti itu?
"Kamu… tidak… perlu… menyembunyikannya… uhhh… sejak awal aku sudah mengetahuinya."
Katherine dan Luca terkejut ketika mendengar hal itu. Javier sejak awal sudah mengetahuinya?
"Jangan berbohong! Bagaimana mungkin sejak awal kamu sudah tahu tapi kamu tetap menikah denganku?! Wajahku terlihat seperti monster!" bantah Katherine yang masih menyembunyikan wajahnya dengan rambutnya. Dia saja tidak menyukai tampang aslinya karena jauh dari kata cantik, bagaimana mungkin Javier akan menikahinya jika pria itu tahu bahwa dia adalah seorang vampir?
"Yah… kurasa rasa cintaku padamu lebih besar daripada rasa takutku pada penampilanmu. Sini… biarkan aku melihatnya sekali lagi… mata merahmu."
Katherine merasa sedikit ragu-ragu ketika mendengar hal itu, tapi pada akhirnya dia menatap Javier kembali ketika tangan pria itu terasa di pipinya.
"Matamu benar-benar indah… kuharap aku bisa melihatnya lebih awal… aku mencin…"
Katherine membesarkan matanya ketika tangan Javier yang semula memegang pipinya, secara perlahan-lahan jatuh ke bawah seiring dengan matanya yang tertutup secara perlahan.
"Baby?" panggil Katherine dengan suara yang tidak percaya.
"Baby… aku tahu kamu mendengarku! Jangan seperti ini!" ucap Katherine ketika tidak ada jawaban dari Javier. Dia mencoba untuk menggoyang-goyangkan lengan Javier tapi tidak ada respon dari pria tersebut.
"Javier! Bangunlah! Kumohon jangan seperti ini! Kamu pasti kecewa karena aku sejak awal tidak jujur padamu, kan? Aku akan menceritakannya, jadi bukalah matamu!" teriak Katherine yang mulai histeris.
Ini tidak boleh terjadi. Dia baru saja menikah dengan Javier. Dia bahkan belum sarapan bersama dengan Javier sebagai sepasang suami istri.
Suaminya tidak boleh pergi meninggalkannya seperti ini!
Dia tidak akan membiarkan Javier untuk pergi!
"Nona Katherine… Javier sudah…" Luca tidak meneruskan kata-katanya ketika energi yang tadi terasa kembali dari tubuh Katherine.
"Luca! Lakukan sihir kebangkitan!" ucap Katherine dengan tajam.