Chereads / Kisah Cinta Vampire Wanita / Chapter 15 - Membalas Dendam

Chapter 15 - Membalas Dendam

Merasa itu janggal karena tiba-tiba banyak sekali orang yang datang ke arah rumah ini, Luca dengan susah payah berdiri dan melakukan pengintaian.

Ketika dia datang kembali, wajahnya memucat dan dia terlihat panik.

"Nona Katherine! Warga sekitar datang kemari sambil membawa obor api! Sepertinya ada yang memberikan kabar bahwa di sini ada vampire!"

Melihat kondisinya yang bahkan untuk berjalan saja kesulitan, dan Katherine yang tidak ingin menyakiti manusia, membuat Luca menjadi panik.

"Ayo kita segera pergi dari sini!" teriak Luca yang tidak menemukan sebuah solusi. Satu-satunya cara bagi mereka adalah pergi dari rumah ini.

"Diamlah! Luca! Aku tidak akan pergi ke mana-mana! Aku akan menghidupkan suamiku!" ucap Katherine tidak peduli. Hal yang penting baginya sekarang adalah menghidupkan kembali suaminya.

Luca terdiam ketika mendengar itu, dia memandang Katherine dan arah luar secara bergantian. Dari tempatnya, dia bisa melihat cahaya berwarna kuning yang perlahan-lahan mulai mendekati tempat ini.

"Tidak bisa begini. Maafkan aku, nona Katherine."

Dengan sisa-sisa kekuatannya, Luca mulai merapalkan sebuah mantra. Wajah tampannya terlihat kesakitan ketika dia merapalkan mantra itu dan darah segar terlihat di bibirnya.

Namun, itu tidak menghalang Luca untuk melakukan apa yang dia lakukan. Gerombolan warga sekitar sudah semakin dekat.

"Luca. Kamu!"

Katherine segera berbalik menatap Luca ketika menyadari ada sebuah lingkaran sihir kecil tepat berada di bawah kakinya, belum sempat dia bereaksi, dia merasakan rasa kantuk yang sangat luar biasa dan akhirnya Katherine terjatuh dan tidak sadarkan diri.

"Uhuk"

Luca kembali memuntahkan darah begitu menyelesaikan mantranya. Itu adalah mantra untuk membuat target tertidur dan membutuhkan waktu untuk merapalkan mantranya.

"Nona Katherine…"

Sambil menahan rasa sakitnya, Luca mendekati Katherine yang kini telah tertidur di samping Javier. Dia kembali menengok ke belakang dan melihat warga yang semakin dekat, membuat Luca mempercepat langkahnya.

Begitu Luca akhirnya menyentuh tangan Katherine, dengan susah payah, dia kembali menyebutkan mantranya. Luca kembali mengerang kesakitan dan merasakan tubuhnya sepertinya di tusuk-tusuk oleh jarum. Namun, dia harus menyelesaikan mantranya.

"Teleport."

Selesai mengatakan itu, sebuah lingkaran sihir muncul dan membuat Luca dan Katherine menghilang.

Begitu tiba di tempat tujuannya, Luca berusaha keras untuk membuka matanya untuk melihat apakah dia telah sampai, sekaligus untuk memastikan dia membawa Katherine bersamanya. Luca tersenyum dengan lega ketika melihat tubuh Katherine yang sedang tertidur, sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap.

***

Luca secara perlahan-lahan membuka matanya ketika merasakan ada sesuatu yang menyilaukan, dia sedikit mengangkat tangannya untuk menghalangi sinar matahari itu, namun detik berikutnya sebuah erangan kesakitan diikuti oleh gerakannya.

"Lukamu cukup parah. Sebaiknya jangan bergerak dulu."

Luca menoleh ke arah samping ketika mendengar suara yang terasa familiar itu. Sosok Katherine terlihat sedang duduk sambil bersandar di dinding dan memeluk kakinya. Dengan tatapan mata yang terlihat kosong.

Luca lalu menoleh ke tubuhnya. Sebuah senyuman kecil terlukis di bibirnya ketika menyadari tubuh atasnya tidak memakai apa-apa dan telah dibalut oleh perban. Balutan perbannya terlihat tidak rapi, menandakan orang yang membalutnya tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya.

Meski begitu, Luca menyukainya.

"Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri, nona Katherine?" tanya Luca dengan penasaran. Dia duduk bersandar di sandaran kasur dan menoleh ke arah samping.

Ingatan terakhirnya Luca berusaha membawa Katherine ke tempat persembunyian ini setelah ada gerombolan warga yang datang sambil membawa obor api.

Lalu… bagaimana dengan Javier?

Luca ingin menanyakan hal itu, tapi dia berusaha untuk menahan dirinya.

"Dua minggu," ucap Katherine masih terdengar dingin dan menatap kosong ke depan.

"Cepat pulihkan dirimu dan antarkan aku kembali pulang. Aku setidaknya harus berpamitan pada suamiku."

Setelah mengatakan itu, Katherine kembali berdiri dan keluar dari ruangan itu.

Luca hanya tersenyum simpul ketika mendengar hal itu. Ini adalah tempat persembunyiannya yang paling jauh dari rumah Katherine.

Dia awalnya berpikir Christine dan Leonardo akan mencelakai Katherine, jadi dia memilih tempat ini ketika melarikan diri.

***

Katherine menatap rumahnya, atau sekarang sudah bukan lagi rumahnya, dengan pandangan rindu sekaligus sedih.

Rumah ini seharusnya menjadi tempat baginya dan Javier untuk hidup bersama, tapi sekarang rumah itu sudah menjadi tidak terurus dan terlihat tua.

Sudah dua bulan telah berlalu sejak terakhir kali Katherine datang ke tempat ini. Ketika dia pertama kali bangun setelah Luca menidurkannya dengan mantra, Katherine berusaha untuk kembali mencari rumahnya untuk pulang, tapi seolah dia berada di tempat yang berbeda, dia sama sekali tidak bisa menemukannya.

Putus asa, Katherine lalu kembali pulang dan berniat menyuruh Luca untuk mengantarkannya kembali. Namun, pria itu tidak sadarkan diri dan lukanya semakin memburuk.

Melihat itu, Katherine teringat kembali pada tubuh kaku Javier. Dia sudah kehilangan suaminya, dia tidak ingin kehilangan seseorang yang berharga baginya lagi.

Katherine akhirnya berusaha untuk merawat Luca, meski untuk melakukannya, dia mencuri barang-barang yang dibutuhkan olehnya.

"Nona Katherine!"

Katherine berbalik ketika suara Luca terdengar. Dia menatap pria yang rambutnya terlihat semakin berkilau dengan sinar matahari pagi.

"Aku sudah menemukannya."

Katherine menarik napasnya lalu mengangguk dan mengikuti pria itu.

Tak lama kemudian, mereka tiba di area pekuburan.

Katherine menatap batu nisan yang bertuliskan nama Javier, suaminya. Dia tidak tahu siapa yang menguburkan jasad Javier di sini, tapi Katherine sangat berterimakasih pada orang itu.

Javier hidup sendiri, tapi dia memiliki kepribadian yang baik dan disukai oleh semua orang.

Setidaknya… suaminya bisa beristirahat dengan tenang dan layak.

Luca menatap Katherine dari kejauhan. Setelah menemukan kuburan Javier dan mengantarkan Katherine, dia secara perlahan menjauh dan memberikan Katherine kesempatan untuk sendirian.

Dia tidak ingin mengganggu Katherine yang ingin mengucapkan salam perpisahannya.

Hati Luca terasa sakit ketika melihat Katherine yang memakai gaun hitam dengan wajah yang terlihat sedih. Dari tempatnya dia bahkan bisa melihat ketika air mata akhirnya jatuh dari pipinya dan Katherine berusaha untuk menghapusnya.

Luca merasa bersalah atas kejadian ini, dia tidak menyukai ketika melihat Katherine terluka dan sedih seperti itu.

Seandainya… seandainya saja dia lebih kuat.

"Nona Katherine," panggil Luca yang terkejut ketika Katherine sedang berjalan ke arahnya.

Wajah wanita itu yang tadinya terlihat sedih, kini terlihat menakutkan dengan mata merahnya dan taringnya yang terlihat tajam.

Aura disekitar Katherine terlihat berubah, membuat Luca mundur beberapa langkah ke belakang ketika Katherine berada tidak jauh darinya.

"Luca!" ucap Katherine yang tidak berhenti berjalan ketika dia melewati Luca.

Luca menelan ludahnya ketika melihat Katherine membuka kedua tangannya dan kuku-kukunya terlihat panjang dan tajam.

"Ya, nona Katherine?" tanya Luca dengan takut-takut. Dia bisa merasakan Katherine akan menyerangnya jika dia mengatakan sesuatu yang salah.

"Bantu aku lacak keberadaan Christine dan kakakmu!" ucap Katherine yang terdengar dingin.

Luca terkejut ketika mendengar itu.

"Apakah nona Katherine…"

"Ya! Aku akan membalas perbuatan mereka! Aku akan membalas dendam untuk Javier!"