James tidak tahu apa yang terjadi saat dia bertemu wanita aneh yang datang dengan sepupunya di belakang gedung saat dia sedang latihan karena dia tiba-tiba merasa mengantuk dan tidak ingat apa-apa, tapi setelah pertemuan itu, kehidupan akademinya mulai berubah.
Kehidupan akademinya yang biasanya sendirian karena orang-orang mengabaikannya, kini malah berubah karena wanita aneh itu terus dilihatnya.
Dia melihat wanita itu menunggunya di depan gedung akademi, melihatnya menunggu di depan pintu kelas setelah bel istirahat berbunyi, mengikutinya pergi ke kantin, bahkan saat kelas telah berakhir, James tetap melihat wanita itu.
Wanita aneh itu terus menempel padanya bagaikan sebuah kotoran dan itu mulai membuat James kesal. Namun, dia memilih untuk mengabaikan wanita itu daripada membentaknya dan membuatnya menangis lagi seperti saat pertemuan pertama mereka.
James tidak tahu apa alasannya, tapi dia sedikit terganggu ketika melihat wanita itu menangis.
Tapi, ketika wanita itu terus menempelnya di hari ke lima, James tidak tahan lagi.
"Apa yang kamu lakukan?!" bentak James yang langsung berbalik ketika wanita itu mengikutinya untuk pergi ke gedung asrama pria.
"Oh! Kamu akhirnya berbicara denganku!" ucap Katherine sambil tersenyum lebar. Ketika hari pertama dia mengikuti James, pria itu memang terlihat sedikit kesal, tapi setelah itu, pria itu hanya diam saja dan mulai menganggap dia tidak ada. Pria itu mengabaikannya!
Jadi Katherine sangat senang ketika James akhirnya berbicara padaku.
"Sudah kuperingatkan! Sebaiknya besok kamu tidak menempel kepadaku seperti kotoran! Kamu tahu apa yang terjadi kepada kotoran yang menempel? Mereka akan dihilangkan! Jadi berhenti menempel padaku dan enyahlah!" ucap James dengan dingin lalu berjalan cepat menuju gedung asramanya, meninggalkan Katherine yang terdiam di tempatnya.
Katherine benar-benar terkejut mendengar ucapan kasar dari James. James adalah Javier yang merupakan suaminya, dan suaminya sama sekali tidak akan pernah mengatakan sesuatu yang kasar seperti itu.
"Tidak apa-apa, dia masih tetap Javier," gumam Katherine lalu tersenyum lebar kembali setelah menarik napasnya. Meskipun sekarang Javier sedikit berbeda, dia adalah pria yang Katherine cintai. Katherine yakin semuanya akan baik-baik saja, dia bisa bersama dengan suaminya lagi dan melakukan hal yang tidak bisa mereka lakukan sebelumnya.
***
Katherine memasuki kamar asramanya dengan wajah yang terlihat kacau ketika dalam perjalanan kemari dia kembali memikirkan kata-kata James yang terdengar serius. Tentu saja Katherine tidak takut dengan ancaman James yang mengatakan akan melenyapkannya, karena itu sama sekali tidak mungkin, tapi yang dipikirkan oleh Katherine adalah.
Bagaimana jika setelah ini James malah membencinya? Katherine tidak menginginkan hal itu. Namun, bagaimana dia akan membuat James jatuh cinta kepadanya kalau dia tidak boleh mendekati pria itu?
"Kenapa dengan wajahmu? Apa terjadi sesuatu yang buruk?"
Katherine mengangkat kepalanya dan menatap wanita berambut sebahu dan memakai kacamata yang sedang duduk di kursi belajarnya. Wanita itu adalah teman sekamarnya.
Kesan pertama yang Katherine dapatkan dari teman sekamarnya adalah wanita itu pasti pintar dalam pelajaran sampai menggunakan kacamata seperti itu. Dan dugaannya memang tepat, wanita itu adalah wanita yang memiliki nilai tertinggi seangkatannya dari kelas 1.
"Ah, Emma. Apakah aku mengganggumu yang sedang belajar?" tanya Katherine yang terkejut ketika Emma, teman sekamarnya, menyapanya.
Ketika dia pertama kali bertemu dengan Emma, wanita itu langsung memberitahukan Katherine untuk tidak mengganggunya dan berisik ketika dia sedang belajar. Katherine yang tidak ingin menambahkan Emma sebagai orang yang tidak menyukainya langsung menurut.
Dia sebenarnya sangat respek kepada Emma yang tetap belajar di asrama. Bukan berarti Katherine juga tidak belajar, tapi dia hanya belajar ketika gurunya meninggalkan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, setelah itu Katherine tidak pernah menyentuh buku lagi. Dia lebih suka ketika sedang belajar bersama orang lain.
Namun, Emma sangatlah berbeda, dia menghabiskan banyak sekali waktu untuk belajar di kamarnya, membuat Katherine tidak terlalu mengenal wanita itu karena tidak ingin mengganggunya.
"Ah tidak, aku hanya penasaran dengan ekspresi wajahmu yang terlihat seperti itu, maaf jika aku sudah bersikap lancang" ucap Emma lalu memutar kembali tubuhnya untuk belajar.
Meskipun dia sedang belajar, Emma sebenarnya mengawasi Katherine yang tidak terduga mengikuti permintaannya untuk tidak berisik padahal Katherine terlihat seperti wanita yang tidak bisa diam di tempatnya.
Yah, dia terus menempel kepada James, fakta yang diketahui oleh seluruh siswa di Akademi Faith Alive, bukankah itu artinya wanita itu memiliki sedikit kepribadian?
Jadi, ketika melihat Katherine yang datang dengan wajah seperti itu, membuat Emma menjadi penasaran. Apa yang membuat wanita yang tidak kenal takut sepertinya berekspresi seperti itu.
"Apakah kamu mau mendengarnya? Sebenarnya aku sedikit kesulitan saat ini, dan kupikir orang sepertimu bisa membantuku," ucap Katherine yang tertarik untuk menceritakan hal ini kepada Emma.
Yah… dia tidak bisa memikirkan solusinya, dia juga tidak mungkin menceritakan ini kepada Luca karena pria itu tidak pernah jatuh cinta. Mungkin… Emma bisa membantunya? Emma adalah wanita yang pintar, dia pasti bisa memberikan saran untuknya, kan?
"Kamu mau cerita?" tanya Emma yang kembali melihat ke arah Katherine. Wajahnya terlihat terkejut.
Katherine mengangguk bersemangat, lalu sambil duduk dengan memeluk bantalnya di atas tempat tidur, Katherine menceritakan apa yang terjadi.
Mata Emma membesar dan mulutnya terbuka ketika mendengar cerita Katherine tentang James.
"Tunggu dulu, jadi kamu benar-benar menyukai James?!" tanya Emma lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Ya!" Katherine menganggukkan kepalanya.
"Tapi… kenapa?!" tanya Emma yang tampak benar-benar terkejut. Dia bahkan langsung berdiri dan berjalan ke tempat Katherine, membuat Katherine langsung bergeser kebelakang agar Emma bisa duduk di tempat tidurnya.
"Yah… bukankah James sangat tampan?" tanya Katherine yang kini terlihat malu ketika dia mengatakannya.
Meskipun Javier-nya sekarang telah memiliki fisik yang berbeda, James tetap terlihat tampan dengan kulit putih dan rambut pirangnya, belum lagi matanya yang berwarna biru selalu menenangkannya ketika Katherine melihatnya.
"Yah, James memang tampan, tapi dia memiliki sifat yang sangat buruk. Apakah kamu tidak masalah dengan itu? Ah lupakan, melihatmu yang terus menempel kepadanya sepertinya itu sama sekali bukan masalah," ucap Emma.
"Ya begitulah. Tapi sekarang aku benar-benar bingung, apakah kamu bisa memberikan saran untukku?" tanya Katherine yang terlihat putus asa.
"Yah… aku juga tidak tahu karena aku tidak memiliki pengalaman sebelumnya. Ah! Bagaimana kalau kamu memberitahu James perasaanmu? Kamu mungkin tidak tahu tapi James juga tidak memiliki pengalaman dengan wanita. Dia memiliki sifat yang sangat buruk dari awal sampai tidak ada wanita yang pernah mendekatinya," ucap Emma memberikan sarannya.
Katherine terdiam ketika mendengar hal itu.
Apakah selama ini ternyata James tidak mengetahui bahwa dia menyukainya?
Kalau begitu… apakah Katherine harus menyatakan perasaannya saja kepada James?