Suasana di belakang gedung asrama pria itu menjadi hening. Hanya suara angin sepoi-sepoi yang terdengar, membuat suasana di antara sepasang pria dan wanita yang duduk di situ menjadi sedikit canggung.
Katherine hanya tersenyum sedih ketika melihat respon dari James. Dia tahu bahwa akhir-akhir ini hubungannya dengan James menjadi lebih baik dan mereka sudah seperti pasangan, tapi James tidak pernah memberitahukan perasaannya. Dia tidak pernah mengatakan kata-kata itu.
Apakah selama ini James hanya terpaksa untuk akhirnya menerimanya karena tidak ingin merasa diganggu lagi olehnya? Atau dia benar-benar menyukainya?
Katherine sungguh tidak tahu.
Jadi, meskipun Katherine tidak tahu bagaimana perasaan James saat ini padanya, Katherine ingin mengatakan bahwa dia serius terhadap James. Dia ingin menikahi pria itu.
Katherine pun tahu bahwa James tidak akan segera mengajaknya menikah karena mereka masih sekolah dan James memiliki impiannya, tapi ketika dia melihat bagaimana respon James saat ini, Katherine merasakan hatinya sakit, padahal dia sudah mengetahui jawabannya.
"Ya, tentu saja kita tidak mungkin akan langsung menikah. Kita masih sekolah, hehe," ucap Katherine sambil tertawa canggung, mencairkan suasana yang hening itu.
"Kate… aku.."
"Tidak apa-apa. Oh iya, apakah kamu masih mau berada di sini? Aku ingin kembali ke asramaku," ucap Katherine lalu segera berdiri dan mengibas-ngibas roknya yang kotor karena mereka duduk di lantai.
"Ah, iya, aku juga akan segera kembali. Aku akan mengantarmu," ucap James yang ikut berdiri dari tempatnya.
"Tidak apa-apa. Kamu harus merapikan peralatan latihanmu. Aku duluan, ya!" ucap Katherine sambil tersenyum lalu langsung berbalik meninggalkan James.
James hanya memandangi punggung Katherine yang secara perlahan-lahan menjauh lalu menghilang. Dia menghela nafasnya lalu mengutuk dirinya sendiri. Dia benar-benar bodoh.
***
Setelah tiba di kamarnya dan mengganti pakaiannya, Katherine hanya diam dan tiduran di kamarnya sambil menghela napas berkali-kali. Dia tahu bahwa dia tidak seharusnya bersikap seperti ini karena James tidak mengingatnya sama sekali, tapi Katherine ingin segera diperlakukan seperti saat suaminya memperlakukannya.
Hubungannya dengan James memang sudah membaik selama beberapa bulan ini, tapi kencan mereka sama sekali mulai terasa membosankan. Mereka hanya bertemu di sekolah, makan siang bareng, lalu Katherine menonton James yang sedang latihan.
Hanya itu yang mereka lakukan!
Mereka bahkan belum pernah ciuman! Ah! Jangankan ciuman, kalau dipikir-pikir mereka belum pernah berpegangan tangan!
Katherine tentu saja beberapa kali mencoba untuk menyenggol-nyenggol jari-jari James ketika mereka sedang jalan bersama, dengan harapan bahwa James akan menggenggam tangannya, tapi pria itu sama sekali tidak peka!
Beberapa kali Katherine berpikir untuk menggenggam tangan James duluan, tapi setelah dipikir-pikir lagi, Katherine ingin merasakan perasaan berdebar ketika tangannya dipegang oleh seorang pria secara tiba-tiba. Jadi dia memilih menunggu James untuk melakukannya.
"Ahh… harusnya tadi aku membiarkan Javier mengantarkanku. Ini pertama kalinya dia menawarkan diri untuk mengantarkanku," pikir Katherine yang menyesal telah menolak ajakan James tadi.
Meskipun Katherine sering menonton James yang sedang latihan pedang, James sama sekali tidak pernah menawarkan dirinya untuk mengantarkan Katherine kembali ke asramanya karena biasanya dia latihan cukup lama dan itu melelahkan.
Katherine pun sama sekali tidak masalah soal itu karena dia mengerti bahwa mungkin James lelah dan ingin segera beristirahat, mungkin itu juga alasan kenapa dia latihan dibelakang gedung asramanya.
"Kate?! Kenapa kamu sudah di sini? Apakah kamu sakit?" suara seorang wanita membuat Katherine segera membalikkan badannya.
"Tidak kok, aku baik-baik saja."
"Yakin? Lalu kenapa kamu sudah berada di sini? Kamu biasanya kembali ketika matahari telah tenggelam, jika kamu sakit ayo kita pergi ke ruang perawatan, aku akan menemanimu," ucap Emma yang langsung menghampiri Katherine setelah meletakkan buku-buku yang dia bawa.
Sebenarnya Emma tidak salah mengira ada sesuatu yang terjadi dengan Katherine. Setelah Katherine menceritakan bahwa dia telah berpacaran dengan James, teman sekamarnya itu selalu berada di luar dan kembali ketika sudah malam hari, menghabiskan waktunya dengan pacarnya, membuat Emma sangat senang karena hanya dia yang berada di kamar sendirian dan bisa lebih fokus untuk belajar.
Namun, ketika melihat Katherine yang telah berada di kamar lebih dulu setelah dirinya, membuat Emma tidak bisa untuk tidak mengkhawatirkan teman sekamarnya itu.
"Aku baik-baik saja dan sedang tidak sakit, Em. Terima kasih. Aku hanya ingin beristirahat saja hari ini," jawab Katherine sambil tersenyum.
"Ngomong-ngomong, apa itu? Kenapa kamu membawa buku banyak sekali?" tanya Katherine untuk mengganti topik.
"Baiklah, kalau kamu ada kesulitan, jangan ragu untuk memberitahuku," ucap Emma yang tidak ingin mendorong Katherine untuk memberitahukan apa yang terjadi.
"Ah itu adalah buku-buku yang ingin kupelajari lagi. Aku meminjamnya dari perpustakaan," jawab Emma lalu berjalan ke lemarinya untuk mengganti pakaiannya.
"Sebanyak itu?" tanya Katherine yang terkejut. Dia tahu bahwa Emma sangat suka belajar, tapi dia tidak sangka wanita itu akan belajar dengan satu… dua… sepuluh buku! Mana ada buku yang sangat tebal!
"Ini bahkan masing kurang! Penjaga perpustakaan akademi yang baru tidak mengizinkanku meminjam lebih dari sepuluh! Padahal penjaga perpustakaan yang sebelumnya mengizinkanku melakukannya karena tahu bahwa aku tidak suka belajar di perpustakaan. Aku sungguh berharap dia akan dipekerjakan kembali! Sepertinya aku harus menulis sesuatu di kotak siswa," suara Emma terdengar sedikit kesal ketika mengatakannya.
"Ah begitu, tapi kenapa kamu butuh banyak buku? Apakah kamu ingin melakukan penelitian atau semacamnya?" tanya Katherine penasaran.
Setelah beberapa bulan berada di Akademi Faith Alive, Katherine akhirnya tahu bahwa Emma sering melakukan penelitian dan membantu banyak orang. Membuat Katherine makin kagum dengan teman sekamarnya itu dan membiarkan Emma untuk memakai kamar mereka untuk belajar.
"Apa maksudmu? Kamu tidak tahu bahwa senin kita sudah akan ujian tengah semester?" tanya Emma yang terkejut.
Katherine mengerjap-ngerjapkan matanya ketika mendengar hal itu.
Ujian tengah semester?!
"Maksudmu senin minggu depan?!" tanya Katherine yang terkejut.
"Tentu saja!" jawab Emma.
Katherine terdiam ketika mendengar hal itu. Dia bisa merasakan dadanya berdegup dengan kencang karena bersemangat. Ujian tengah semester…
Berbeda dengan ujian biasanya yang saingannya hanya siswa-siswa di kelasnya. Ujian tengah semester adalah ujian yang dilakukan sekaligus oleh semua siswa dan itu artinya saingannya telah bertambah.
Dia bisa bersaing dengan James, Emma, dan bahkan Luca!
Katherine ingin tahu sudah sampai mana pengetahuannya tentang dunia manusia dan ingin melihat apakah dia bisa mengalahkan teman-temannya.
"Emma!" panggil Katherine tiba-tiba yang langsung bangun dari tempat tidurnya.
"Apa?" tanya Emma yang sudah duduk di kursi belajarnya dan bersiap untuk belajar.
"Aku akan menantangmu dalam ujian tengah semester ini! Aku pasti akan merebut posisimu sebagai siswa nomor satu di akademi Faith Alive! Persiapkan dirimu!" ucap Katherine sambil menunjuk Emma dengan telunjuknya. Raut wajahnya terlihat serius.
Emma mengerjap-ngerjapkan matanya, terkejut dengan perkataan Katherine, sebelum akhirnya tersenyum.
"Baiklah! Tantangan diterima!"