1 Manusia, 1 Ajin (Setengah manusia) dan 1 Dewi, Benar benar luar biasa!!"
"Dasar sampah." Aileen bisa merasakan aura kebusukan dari tubuh Lich itu. Rasa penasaran dari Lich membuatnya akan melakukan apapun demi mendapatkan tujuannya. Meskipun mencari pengetahuan itu bukanlah tindakan yang salah, namun, menghalalkan segara cara demi pengetahuan bukanlah hal yang bagus. "Lyve, siapkan sihir support, Flava, amati lawan, ketika dia lengah, serang dia, sisanya serahkan padaku." Aileen berjalan dengan santai namun mengeluarkan aura membunuh yang kuat.
'Lawanku kali ini adalah Lich, monster ini hanya akan mati dengan menggunakan sihir suci atau air suci dari gereja, karena itu..' Aileen mengambil botol berisi air suci dari dalam Magic Bagnya. Kemudian ia menyiramkan air itu pada kedua pedang yang ia miliki. 'Semoga ini dapat membantu.'
"Lyve, kerahkan sihir suci mu pada pedangku, lalu, buatlah Perlindungan dengan sihir suci mu."
"Baik, Aileen." Lyvemon membuka gerbang sihir kecil yang memuntahkan sebuah tongkat sihir, itu adalah Goddes Staff. Ia segera merapalkan beberapa sihir, pedang Aileen kini sudah diselimuti energi suci, "Ini saatnya." Aileen dengan cepat melesat, namun Lich itu memiliki kecepatan lebih tinggi, sabitnya berputar dengan cepat seolah-olah sabit itu memiliki kehidupan. Sabit itu terlihat hidup dan terlihat memiliki kecerdasan, sampai-sampai Aileen sedikit kewalahan.
Crals!
"Gh." Sabitnya menyayat perut Aileen, darah mengalir deras, "Ini bukan masalah." Aileen kembali menyerang, "Healing."
Tentu saja bukan masalah, karena dibelakangnya terdapat seorang Holy Priest yang mana dia adalah seorang dewi yang memiliki sihir penyembuh tingkat tinggi. "Menyerahlah dan serahkan jiwa kalian!"
"Terserah! Skill : Chopped!" Aileen menebas lawannya dengan cepat, namun sepertinya Lich itu mampu mengalahkan kecepatan Aileen, mereka berdua beradu senjata dengan kecepatan yang sudah diluar batas wajar. "Hebat, bahkan aku tak bisa melihat gerakan mereka." Lyvemon menatap wajah Aileen yang terlihat sangat serius.
"Assassinate!"
"Bodoh! Flava jangan!"
Deg
Semuanya terasa menjadi hampa. Melihat sosok putrinya yang menatap kosong dengan duri raksasa yang menancap di perutnya. Memang Aileen meminta Flava untuk menyerangnya ketika lawan lengah, namun bukan dari titik buta. Musuh memiliki 1000 jebakan, "F-Flava!!"
Crash!
Duri itu ditarik paksa oleh Lich, Flava terjatuh, meskipun ia masih hidup, namun hidupnya sudah berada di ujung tanduk. "Jangan.." Aileen menatap penuh amarah Lich itu, saat ini, Lich sialan itu menggores perlahan pipi Flava dengan sabitnya, Flava sudah kehilangan banyak darah.
"Jangan.."
Semuanya menjadi kabur di mata Aileen, perlahan penglihatannya menjadi merah bak tenggelam di lautan darah. "Mhahahaha! Lihatlah! Bocah ini jadi terbunuh karena dirimu!" Lich itu semakin membuat Aileen marah,
"Jangan.."
Darah mulai mengucur dari sudut mata Aileen.
"JANGAN MENYENTUH PUTRIKU!"
"Ap-?!"
"Flava.." Lyvemon tak bisa mendekat karena jika ia mendekat semuanya akan berakhir. Namun kini Aileen sudah membuat Lich itu menjauhi Flava, "Apa yang kau tunggu?! Obati dia!" Aileen kini benar-benar murka, ini adalah kali pertamanya ia terlihat murka. Siapa yang tak murka jika melihat sosok keluarga yang ia cintai harus terbaring sekarat dihadapannya? "Skill : Destroyer Assassin." Sosok Aileen menghilang dari pandangan, namun dengan mengejutkan ia langsung berada di depan wajah Lich itu. Dengan menggunakan kakinya, ia menendang sang Lich sampai menembus dinding yang super tebal itu.
"Flava, bertahanlah.." lyvemon menggunakan sihir penyembuhan pada Flava, namun lukanya benar-benar parah, membutuhkan waktu banyak untuk menyelamatkannya. "Khah!" Flava memuntahkan banyak darah,namun Lyvemon tak mempermasalahkannya, yang ia utamakan adalah pengobatan Flava. Perlahan luka di dada Flava mulai membaik, beruntungnya duri besar tadi tidak mengenai jantungnya, Jika saja mengenai jantung, Flava takkan bisa diobati lagi.
Aileen terus menghajar Lich itu, sampai pada akhirnya ia kehabisan energi, namun rasa bencinya terus ia lampiaskan, ia mengambil air suci dan menyiramkan air suci itu pada kepala Lich yang sudah kehilangan tenaganya. 'Aileen yang sedang marah, benar-benar mengerikan.' Lyvemon menatap Aileen yang terus menyiksa Lich itu, sampai pada akhirnya Lich itu mati terbakar karena air suci. "Papa.." Flava mencoba untuk bangun, Namun karena kondisinya tak memungkinkan, akhirnya ia tetap terbaring.
Sabit milik Lich itu tergeletak, Aileen segera mengambil sabit itu dan melihat status dari sabit hitam itu, ternyata nama asli dari sabit itu bukanlah Hell Reaper, namun God Eater. Replika dari Hell Reaper namun memiliki kekuatan lebih besar dari Hell Reaper, selain itu, senjata ini dirancang untuk menghadapi dewa dewi.
Ia melupakan hal yang lebih penting.
AIleen berjalan mendekati Flava yang terbaring dengan noda darah di pakaiannya. Ketika ia berlutut dan mengelus pelan rambut pirang Flava, ia berkata, "Mengapa kamu nekat sekali, Flava.." Aileen memiliki ketakutan besar, ia sangat takut kehilangan keluarganya, baik Flava maupun Lyve. "Flava ingin berguna." Singkatnya, "Tapi kamu sembrono tau, jika saja duri itu mengenai jantungmu, aku takkan bisa melihatmu tersenyum lagi."
Tentu saja Aileen sangat mengkhawatirkannya.
"Sudah sudah, yang penting semuanya sudah beres, Dungeon ini akan runtuh, kita harus melakukan teleportasi." Lyvemon menekan tuas yang ada di tempat itu, jika mereka berlari, maka mereka akan kehabisan waktu. Karena itulah mereka akan melakukan teleportasi yang sudah disiapkan dungeon jika mereka sudah menyelesaikan tantangan dungeon.
***
Hari demi Hari mereka lewati, Aileen tidak mengambil misi untuk sementara.
Ia terlalu kelelahan karena Dungeon kemarin, dia mengerahkan seluruh kekuatannya hanya untuk membunuh Lich, begitulah jika Aileen yang benar-benar emosi ditantang. Fase awal dari kemarahan Aileen adalah tersenyum namun dingin, lalu fase akhir dari kemarahannya ia bisa saja menghancurkan lawannya dengan seluruh kekuatannya. Ia tersenyum seraya menatapi Flava yang bermain-main dengan para Slime. Memang aneh, mengapa para Slime itu tak mau menyerang Flava, mungkin karena Flava memiliki darah Wyvern dalam dirinya sehingga ia tak diserang oleh monster lemah.
"Aileen, ambilah." Lyvemon memberikan piring yang diatasnya terdapat beberapa biskuit. 'Meskipun seperti ini, suatu saat, aku akan menghadapi raja iblis, menghadapi Lich saja sudah mati-matian, apalagi raja iblis.'
~Buku Harian Aileen~
God Eater.
Senjata itu adalah replika dari Hell Reaper. Menurut informasi yang kudapatkan, seharusnya God Eater sudah musnah 2 abad yang lalu. Namun sepertinya Lich sialan itu berhasil menciptakannya lagi. Saat ini, kondisi Flava sudah mulai membaik, bahkan dia sudah aktif bermain lagi. Jujur saja, waktu itu aku benar-benar ketakutan setengah mati. Bagaimana jika Flava tak bisa diselamatkan? Membayangkannya sudah membuatku masuk angin.
Namun untungnya, berkat sihir penyembuh yang efektif milik Lyvemon, akhirnya Flava bisa kembali normal. Senang melihatnya. Untuk beberapa hari, aku akan beristirahat, mungkin aku akan mengasah kemampuanku.
Bersambung