(Preview Chapter Sebelumnya)
"Haha! Sebuah kehormatan bagiku bisa bertemu dengan orang kuat nan bodoh seperti kalian, karena itu, izinkan aku memperkenalkan diriku!"
Elf itu meelmparkan topeng setengah wajah nya beserta membuka tudung hitamnya. Rambut hitam kusam dengan kulit putih pucat, "Namaku Raven, sang pencabik, semoga kalian mengingat namaku, DI NERAKA!"
Raven mengangkat tinggi tangan kiri nya, cakar panjang nan hitamnya mengeluarkan aura hitam yang terlihat berbahaya. "Lyve! segera evakuasi warga!" Aileen mulai panik, kekuatan itu bisa menghancurkan sebuah kota dalam sekejap mata. "Tapi, bagaimana denganmu, Aileen?!"
"Aku akan menghalaunya! Lyve, dengarkan aku, jika aku mati, tolong jaga putriku." Aileen tersenyum, meskipun sebenarnya ia tau kalau ia tak boleh mati di tempat seperti ini, "Jangan bodoh!"
"Pergilah, selamatkan yang lainnya, Lyve." Aileen kini mulai serius, ia berdiri dan mengangkat kedua pedangnya, karena itulah Lyvemon menuruti Aileen, ia berlari seraya menarik tangan kecil Flava yang bersikeras ingin tetap di tempat ini untuk membantu Aileen. Lantas karena tak dapat diatur, akhirnya Lyvemon diam dan membentak Flava, ia menyadarkan Flava jikalau dia tetap di sini, dia hanya akan menghambat Aileen dan mempersulit keadaannya. "Flava, dengarkan Lyve, bantu evakuasi warga." Aileen tersenyum seraya membelakangi Flava.
"He.. Drama yang menyedihkan, seolah-olah ini adalah perpisahan yang sangat menyedihkan, bukan begitu?" Raven tersenyum, tanpa banyak bicara lagi, Raven langsung berpindah ke belakang Aileen dengan kekuatan gelapnya, di tangannya masih terdapat energi gelap yang mana ia bermaksud untuk membunuh Aileen dengan menggunakan sihir gelap itu.
"Jangan meremehkan manusia, monster." Ujar Aileen, ia menahan serangan Raven dengan menggunakan salah satu pedangnya, "Cih."
Brak!
Lagi-lagi Raven mencoba untuk menendang kepala Aileen, namun kini Aileen sudah terbiasa dengan pola serangan yang dimiliki Raven sehingga dengan mudahnya Aileen menahan tendangan keras itu dengan menggunakan sihir. "Sihir : Panah gelap!"
"Benteng Angin!" Aileen masih bisa menahan serangan itu, ia melompat menjauh sebelum ledakan terjadi karena ia tau, elemental kegelapan dapat menciptakan apa yang tak bisa diciptakan oleh elemental lainnya.
Tap
Tap!
Dengan kecepatan yang sama, Aileen dan Raven melompat ke depan.
BRak!
Lengan kanan Aileen beradu dengan lengan kanan Raven, gelombang energi tercipta dari kekuatan besar yang beradu itu. Mereka beradu kekuatan dengan kecepatan yang sudah berada di luar nalar, namun beruntungnya Aileen masih bisa mengimbangi kecepatan Raven, dalam pertempuran yang sengit itu, Aileen bertanya, "Kau bawa kemana orang-orang yang kau culik, Raven?!"
"Kalahkan aku dan aku akan memberitahumu." Seringai itu menandakan kalau memang Raven lah pelakunya, "Skill : Assassinate!" AIleen muak dengan permainan ini, ia langsung mencoba untuk memenggal kepala Raven, namun jika Raven mati, maka Raven takkan memberi informasi mengenai keberadaan orang-orang yang ia culik. Sehingga dengan menahan diri Aileen kini langsung mengurangi kekuatannya dan hanya menggores sedikit leher Raven, namun tak sampai di sana,. ketika Raven memegangi lehernya yang terluka, Aileen langsung melemparkan sebuah pisau lempar dengan skill Throwing Knife yang ia kuasai, akurasi yang ia miliki benar-benar tinggi sehingga serangannya tepat sasaran. Aileen mengincar kedua tangan Raven dengan menggunakan 2 buah pisau.
"Pisau takkan bisa melukaiku." Raven mencoba mencabut kedua pedang itu, "Tujuanku bukanlah itu."
Keringat dingin keluar dari tubuh Raven ketika pisau itu tak bisa dicabut, selain itu,sebuah benang yang terbuat dari tembaga bisa terlihat menghubungkan bilah pisau dengan jari jemari Aileen, "Elemental skill : Electric current." Aileen tersenyum, ia mengalirkan aliran listrik dengan tegangan tinggi.
Jeritan Raven terdengar histeris, bagaimanapun dia adalah seorang wanita. "M-Menyerah!! A-aku.. M-menyerah!!" Aliran listrik itu malah semakin kuat, tubuh Raven dialiri oleh kekuatan listrik yang berbahaya. Namun setelah itu, Aileen langsung menghentikan siksaannya, karena jika diteruskan Raven bisa mati dan ia takkan bisa mendapatkan informasi. "Aku sudah menang, sekarang beritahu aku dan kau akan dibiarkan hidup." Aileen menginjak leher Raven tanpa ada belas kasihan, padahal Raven baru saja bisa menghirup udara dengan tenang.
"PAPA!!" Suara itu..
Grep.
Sosok kecil melompat dan memeluknya dari belakang, "Flava.." Flava melepaskan pelukannya, ia tersenyum pada Aileen, lagi-lagi ketika melihat senyuman itu, Aileen malah teringat pada teman masa kecilnya. "Aileen, bagaimana?"
"Aku berhasil melumpukannya, Latifa." Aileen menatap Raven yang masih tak berdaya itu, "Kenapa kau tak membunuhnya, dasar bodoh?!" "Tenanglah, jika aku membunuhnya, aku takkan mendapatkan informasi mengenai keberadaan orang-orang yang ia culik dan mengenai alasannya melakukan semua ini." Jelas Aileen, ia mencoba menjelaskannya pada Latifa, "Tapi ini aneh, aku belum pernah melihat ras seperti ini sebelumnya."
"Dia adalah ras Elf yang memiliki darah iblis lebih banyak, karena itulah ia memiliki warna kulit yang pucat seperti iblis." Jelas Latifa, 'Ternyata begitu, namanya tetap Elf, jika di dalam game, ras seperti ini biasa disebut Dark Elf.'
"Masalah penculikan dan pencurian ini sudah selesai, kita hanya perlu menunggu Raven sadarkan diri dan menggali informasi darinya." jelas Aileen, meskipun Raven sudah mencoba membunuhnya, dengan baik hati Aileen tetap membawa Raven menuju tempat aman, daripada Raven dibakar oleh warga yang marah, sehingga ia memutuskan untuk membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya untuk sementara waktu, meskipun tak bisa disangkal kalau setelah ini Raven akan diekseskusi karena kesalahan besarnya.
Seharian penuh Aileen dan Flava menunggu Raven tersadar, berbeda dengan Lyvemon yang memutuskan untuk berada di kediaman Latifa karena mereka sudah berjanji, berjanji untuk Lyvemon mengajarkan Latifa memasak.
"Papa, bolehkan Flava bertanya sesuatu pada papa?" Flava tiba-tiba berbicara ketika ia duduk dipangkuan Aileen, "Hm?"
"Mengapa papa langsung menerima Flava? Ketika Flava mengatakan kalau Flava merasakan ikatan antara papa dan Flava, mengapa papa tidak menyangkalnya?"
"Itu karena aku juga merasakan hal yang sama, meskipun aku yakin kalau perasaan kasih sayang yang muncul itu bukanlah karena kontrak, aku yakin ada hal lain yang menghubungkan kita." Aileen tersenyum pada Flava ketika menjawab pertanyaan itu, sesuatu yang lain, dalam kata lain, Aileen yakin jikalau jiwa yang berada dalam diri Flava adalah gadis itu yang ber-reinkarnasi ke dunia ini.
~Buku Harian Aileen~
Raven sudah kukalahkan dengan mudah. Dia adalah salah satu bawahan raja iblis. Begitulah yang kami simpulkan untuk sementara. Saat ini kami tengah menunggu Raven terbangun dari tidurnya, ia benar-benar nyenyak ya.
Jujur saja, aku sebenarnya tak mau melakukan kekerasan pada seorang gadis, namun ini demi tujuanku, demi mengalahkan raja iblis, aku harus memperkuat diriku, bagaimana pun caranya. Lalu, tentang orang yang diculik olehnya, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak yang tak berdosa, bahkan adik dari Latifa pun diculik olehnya. Tidak hanya keluarga ternama, Raven juga menculik beberapa budak yang berasal dari Ras Demi Human, aku tak tau apa yang dipikirkan oleh Raven.
BErsambung