"Tak kusangka kita akan bertemu secepat ini.. oh.. pengantinku!"
"Keparat, aku tak sudi bertemu dengan seorang dewa yang menjual kekuatannya sendiri demi kesenangan sementara."
Dua sosok dengan kekuatan besar saling berhadapan, "Ketahuilah, pengantinku! Di alam Dewa itu tak ada yang namanya keadilan! Ikutlah bersamaku dan kita lanjutkan pernikahan kita!"
"Kau sedang bermimpi? Bahkan aku menolak pertunangan denganmu, kau tak lebih dari serangga biasa yang selalu menggangguku, lalu, sekarang aku mencintai orang lain, sedari dulu aku tak pernah mencintaimu, aku hanya mencintai orang itu." Rambut pirang gadis itu tertiup angin pelan yang entah darimana orangnya. "Siapa dia? SIAPA YANG BERANI MENGAMBIL LYVEMONKU!!"
4 buah tangan hitam keluar dari punggungnya, 'Dia adalah mantan dewa perang, namanya adalah Arbitrio, dia menjual kekuatan dewanya sendiri hanya untuk menguasai bumi ini, kukira dia menjadi petinggi raja Iblis, namun ternyata dia hanya menjadi demit yang menunggu Dungeon ini.'
Dengan lihai Lyvemon menghindari semua tangan hitam itu. "Kau hanyalah milikku, Lyvemon!"
"Hentikan parodi kata busukmu itu! Aku muak mendengarnya! Sancta Dea, da virtutem tuam sanctam. sihir : Holy Arrow!" Lyvemon mulai merasa jengkel dengan makhluk setengah iblis itu, ia terus menerus menembakinya dengan panah suci. "Ahh beraninya mengotori pakaianku, kau akan kuberi hukuman, namun tenang saja, kamu akan menikmatinya juga, Haha!"
"Berhenti melecehkanku, sialaaan!!" Bola cahaya keluar dari setiap jari tangan Lyvemon, ia melemparkan bola-bola cahaya itu dan meledakkannya di udara. "Appare, o daemon gladius!" Arbitrio merapalkan sihir dan memanggil sebuah entitas aneh, makhluk itu terlihat seperti pedang, namun terasa memiliki energi kehidupan.
"Kalau kamu terus menerus menolak hubungan kita, maka aku akan menghilangkan tangan dan kakimu, sehingga kamu akan menjadi ular jelek yang tak sempurna lagi, Lyvemon." Pedang itu mengeluarkan api yang membara, ketika itu pula Lyvemon merasakan sensasi yang pernah terjadi sebelumnya. 'D-dia menyerap energi sihir suci ku..'
"Percuma, kau takkan bisa melawanku, menyerahlah."
Tanpa mendengarkan perkataan Arbitrio, Lyvemon membuka Magic bag-nya dan mengambil tongkat suci miliknya. "Percuma."
Srrtt
Dengan kecepatan tinggi, Arbitrio melesat dan mencengkram rahang Lyvemon, tangannya menutupi mulutnya seraya mengangkat tubuhnya. "Aku ingin tau apa warna darahmu."
"HMH!!HNH!!!"
Lyvemon menjerit histeris ketika bilah pedang itu menembus perutnya, dari mulutnya yang terhalangi oleh tangan Arbitrio, ia memuntahkan banyak darah, 'Aileen..' Lyvemon mulai menyerah, rasa sakitnya tak bisa dibayangkan, bahkan kini ia tak merasakan apa-apa selain rasa sakit yang mengerikan itu.
"Jangan menyentuh gadisku, iblis, Back Stab!"
"Cih."
Trang!!
"Ai..leen.." Lyvemon terjatuh, ia kehilangan banyak darah, tak bisa menyembuhkan dirinya sendiri karena sihirnya telah diserap. "Flava, kuserahkan Lyve padamu, berikan dia Potion!" Aileen mulai disibukan oleh makhluk setengah iblis itu, "Jadi kaulah manusia yang disebutkan olehnya, manusia, berlututlah didepan dewa perangmu!"
"Aku tak peduli mau kau dewa atau iblis, selama kau menyentuh keluargaku, kau adalah musuh besarku." Aileen menendang lengan kanan dari Arbitrio, namun dengan cepat Arbitrio langsung membalas tendangan itu dengan pukulan kuat di area perut Aileen sehingga membuatnya memuntahkan sejumlah darah. "jika dilihat, kau hanya bisa menyerap kekuatan dewi ya, kalau begitu." Aileen tersenyum, "Flava, sepertinya ini adalah tugasmu." "Papa mengizinkan Flava untuk bertarung?!"
"Sepertinya kau menghinaku, manusia, kau memintaku bertarung dengan boca- KHAKH!!'
BRAK!!
"Sepertinya kamu yang menghinaku, dasar sampah." Tatapan Flava terlihat mengerikan ketika berhadapan dengan musuh, ia meninju Iblis itu dengan meningkatkan kekuatan fisiknya. 'Apa-apaan bocah itu?!'
"Flava, kau sudah mengobati Lyve?"
"Sudah, hanya perlu menunggu waktu."
"Kalau begitu, tolong salurkan kekuatan gelapmu pada pedangku, aku ingin menghajarnya." Aileen tersenyum dan menyerahkan kedua pedangnya pada Flava, "Papa pakai pedang Flava saja, ambil ini."
"Terimakasih, tolong jaga Lyve, oke?"
Aileen tersenyum dan menatap remeh pada Arbitrio yang terduduk di sudut ruangan, "Kalian benar-benar menghinaku." Aura mengerikan keluar dari tubuh makhluk setengah iblis itu, ekor yang menyerupai ekor reptil tumbuh, sebuah tanduk juga tumbuh di dahinya, dan 2 buah mata tambahan muncul di pipinya. Taring mengerikan memanjang, kuku tajamnya semakin menghitam, "Dia sudah sepenuhnya menjadi iblis." Lyvemon mencoba berdiri.
"Lyve, tempat ini terlalu berbahaya untukmu, segera keluar dari sini bersama Flava." Aileen berbicara tanpa melihat mereka berdua, "Tapi Aileen! Aku ingin membantumu!"
"Apakah aku harus mengatakannya, Lyvemon?" Aileen perlahan melirik Lyve, "Eh?"
"Maaf jika menyakitkan, tapi jika kau terus di sini, kau hanya akan menghambat karena kekuatan dewi mu akan diserap habis olehnya, Lyve." Mendengar itu Lyvemon terdiam, 'Aileen benar, aku hanya menghambat.'
"Baiklah, kuserahkan dia padamu, tapi jika kamu tak keluar dengan selamat dan membuat buaya aneh itu mengejarku aku takkan memaafkanmu, oke? Jika kamu mati, aku akan mencekikmu sampai mati oke?" Lyvemon berdiri dan berlari keluar dari tempat itu seorang diri, "Flava, mohon bantuannya, putriku."
"Baik, papa." Mereka sudah menyiapkan rencana. Dengan kecepatan yang tinggi, Aileen melesat untuk memutuskan tentakel yang keluar dari punggung iblis itu, 'Menjijikkan sekali.' Kesal Aileen, ia memotong tentakel itu dengan menggunakan pedang yang memiliki api hitam, Aileen menggabungkan sihir api dan sihir kegelapan milik Flava, sehingga ketika api itu mengenai lawan, api itu takkan bisa padam dan mencegah regenerasi.
'Dari belakang, aku hanya perlu memberikan sihir dukungan untuk papa, dengan mempertahankan kekuatan kegelapanku pada pedang yang dipegang papa, itu sudah cukup.' Flava memperkuat sihirnya, 'Tak ada pilihan lain.'
"Dasar Serangga!!" Iblis itu mengayunkan cakarnya pada tubuh Aileen sehingga membuatnya terpental jauh dengan pendarahan yang parah, "Papa!!"
"Sisanya untuku, Flava!" Aileen terkapar karena rasa sakit yang tak main ini, namun ketika itu pula, Iblis itu datang dan mengangkat tubuh Aileen dengan mencengkram lehernya, "Hentikan..." Flava tka bisa bergerak melihatnya, "Hentikan..."
"HENTIKAN KUBILANG!! Skill Kegelapan, Soul Hunter : Death Reaper!" Flava berpindah dengan cepat, di tangannya terdapat sebuah sabit hitam, dengan cepat ia memotong tangan iblis itu, membuat Aileen terjatuh, "Kau menggunakan kekuatan yang berbahaya lagi, jangan berlebihan, Flava." Aileen tersenyum, ketika itu Flava tersenyum pada Aileen, "Flava takkan menjual kemanusiaan Flava, papa." Ujarnya.
"Percuma, Iblis, kau takkan bisa beregenerasi jika api ku masih menempel di tanganmu." Flava berjalan dengan menarik sabitnya, suara decitan terjadi karena sabit hitam dan lantai batu yang bergesekan. "Iblis, selamat tinggal, sesali semua perbuatanmu." Flava mengangkat sabitnya.
"Di Neraka."
***
"Lyve, Aileen dan Flava dimana?!"
Lyvemon akhirnya sampai di pintu keluar, "Mereka bertarung dengan mantan Dewa perang yang menjadi Iblis, aku sudah tak bisa merasakan hawa kehadirannya, sebentar lagi Ailen dan Flava akan keluar, setelah itu, kita akan kembali masuk untuk menyisir Dungeon ini, siapa tau ada korban lain.' Ujar Lyvemon, "Baiklah, lalu apa kamu baik-baik saja? pakaianmu dipenuhi darah."
"Ini sudah baikan, tapi.. pakaian pemberian Aileen dirusak oleh makhluk sialan itu."
Bersambung