Sudah 1 minggu berlalu.
Ini dia, waktunya bagi mereka untuk berangkat, melangkahkan kaki menuju titik baru.
Mengelilingi dunia ini, untuk mencari pengetahuan dan belajar teknik baru yang ada di dunia ini. Aileen masih belum lama tinggal di dunia ini, karena itulah ia harus belajar, mulai dari adat dan budaya setiap negeri, sampai ke rahasia tiap-tiap negeri. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk menjadi pahlawan. 'Dalam seri anime, orang yang dipanggil ke dunia lain adalah sosok pahlawan, namun diriku.. sepertinya hanya petualang biasa.' Batin Aileen seraya mempersiapkan dirinya.
Ia mengunci rumahnya dan menyimpan kunci rumah itu pada Magic bag miliknya. Ia berjalan mendekati Lyvemon yang sedang duduk menunggu, sepertinya Lyve sangat senang karena bisa memulai petualangan mereka yang sebenarnya. Petualangan yang mana di masa depan mereka akan menghadapi malaikat maut karena siapa yang tau kalau di depan sana akan ada hal yang benar-benar berbahaya.
"Kamu benar-benar serius ya, Aileen." Lyvemon berbicara seraya mengelus lengannya sendiri. "Maksudmu?" "Saat aku mengatakan kalau sebenarnya aku kehilangan kekuatan karena raja Iblis, aku bisa melihat raut wajahmu yang marah, aku tak tau kamu marah karena apa, mungkin karena aku telah membohongimu, ya."
"jadi, maksudmu serius adalah ketika kamu mengatakan kebenarannya, ya?" Aileen ikut duduk disamping Lyvemon, "Dengar, Lyve, mau apapun alasanmu, aku takkan pernah menyesal karena dipanggil ke dunia ini, jika aku tak dipanggil, mungkin aku hanya akan berada di alam baka menunggu dilahirkan kembali." Aileen menghela nafasnya.
"Karena itu, Lyve, aku marah bukan karena kamu membohongiku atau apapun itu, aku hanya muak karena mendengar kekuatanmu yang diambil oleh Dipli, dari saat itu, aku mulai serius berlatih, demi mengalahkannya." Ujarnya lagi, Aileen berdiri dan berkata, "Jika tidak keberatan, bisa kamu ceritakan, bagaimana pertarunganmu dengan Dipli?"
"Tentu saja, Aileen."
(Flashback)
Gadis bersurai pirang itu menatap penuh kebencian sosok manusia dengan 4 lengan. "Seorang dewi lemah takkan bisa menghadapiku." Dipli, itulah ia. Saat ini, Lyvemon bertarung seorang diri melawan Raja Iblis hanya untuk membalaskan kematian kakaknya yang mati karena dihabisi oleh sang Raja Iblis. "Dipli, kali ini aku bersumpah takkan mengampunimu!"
Lyvemon menutup kedua matanya, pakaian indahnya tertiup angin, sepasang sayap yang indah muncul dari belakang tubuh Lyvemon. "Sihir suci : Hukuman Neraka!" Lyvemon langsung melancarkan serangannya, namun dengan angkuhnya Dipli tak menghindari serangan itu, ia berdiam diri dengan siluet tangan muncul di depannya. Menahan serangan suci itu dengan mudahnya.
"Tuh kan? Menyerah saja, dan jadilah makanan bagi bawahanku." Aura gelap keluar dari tubuh Dipli, namun itu tak membuat Lyvemon takut, "Sacred Technique: Sacred Bow, Heaven's Gate Attack."
"Ahahaha!! Sayang sekali.."
"Gh?!"
Dipli dengan cepat berpindah ke depan Lyvemon dan mencekiknya dengan kuat, "K-kekuatanku..."
Kekuatan suci milik Lyvemon diserap, sepasang sayap yang menghiasi punggungnya menghilang begitu saja. "Kamu terlalu lemah untuk menghiburku, Dewi rendahan." Cengkraman tangan itu semakin menguat, membuat Lyvemon merasa sesak nafas, namun disaat yang genting itu, tiba-tiba sebuah anak panah cahaya muncul dari belakang dan mengenai kaki Dipli.
Tentu saja perhatian iblis itu langsung beralih pada sumbernya, namun yang ia lihat hanyalah meriam saja, tanpa ada pengendalinya, ketika itu, Lyvemon berhasil melarikan diri, jika saja tak ada bantuan dari dewi lain, mungkin kehidupannya sudah diserap oleh Dipli.
***
"Jadi begitu, seorang dewi saja dikalahkan dengan mudah, ya." Aileen memandangi kedua tangannya, "Jika memang kamu yang masih memiliki kekuatan sehebat itu bisa dikalahkan dengan mudah, bagaimana dengan diriku?" Aileen mulai kehilangan rasa percaya dirinya, "Aileen, kamu hanya perlu percaya."
"Papa, Flava sudah siap!" Flava berlari dari gerbang, ia baru saja pulang dari toko pakaian untuk membeli pakaian yang lebih baik daripada pakaian yang sebelumnya. "Sip, sebaiknya kita berangkat sekarang, Lyve, Flava." Aileen berdiri, ia langsung memulai perjalanannya, dimulai dari padang rumput yang dihiasi dengan Slime. Mereka memulai petualangan kali ini dengan senyuman, 'Ini adalah petualangan pertamaku, berkelana hanya demi mencari berbagai Informasi.' Aileen berjalan seraya memakai jubah hitamnya.
Mereka berjalan tanpa ada hambatan, bahkan sekali ada hambatan itu hanyalah Goblin dan Slime saja, itu bukan masalah bagi mereka karena mereka sudah terbiasa dengan monster kroco. Untuk sampai di desa selanjutnya, mereka membutuhkan waktu 4 hari perjalanan dengan berjalan kaki, yah itu tak terlalu jauh. Tempat yang mereka tuju sekarang adalah desa bernama Ferrum, desa yang dikenal dengan maraknya pencurian dan penculikan.
Aileen berniat singgah di kota kecil itu dan berniat untuk membantu orang-orang untuk mengungkap kasus pencurian dan penculikan yang kerap terjadi. Dengan begitu, orang-orang akan mempercayainya dan akan membagi informasi mereka, begitulah tujuannya.
Malam hari telah tiba, Aileen sudah membuat tenda karena tidak mungkin untuk melanjukan perjalanan di malam hari.
"HUP!" Aileen membunuh 1 Goblin yang mencoba menyerang mereka diam-diam, hanya 1 goblin tak ada apa-apanya baginya. Ia berjaga, membiarkan Lyvemon dan Flava tertidur. "Aileen, selanjutnya aku saja, kamu belum beristirahat." Tiba-tiba Lyvemon berada di belakangnya, sepertinya yang dikatakan Lyvemon benar, ia harus beristirahat karena perjalanan mereka sangatlah panjang.
"Baiklah, selanjutnya kuserahkan padamu, Lyve." Aileen masuk kedalam tenda yang ia buat, ia bisa melihat sosok Flava yang tertidur dengan raut wajah tak tenang. Beberapa kali ia memanggil 'Ibu' tanpa sadar. Aileen menatapnya dengan penuh kasih sayang, ia berkata, "Mau bagaimanapun, Flava adalah anak yang dibuang." Ujarnya, ia menyelimuti Flava dengan jaketnya karena bisa melihat tubuhnya yang menggigil.
'Apakah aku bisa menghadapi raja iblis? Sungguh aku tak mengetahuinya, mendengar cerita dari Lyve, rasanya aku jadi kehilangan rasa percaya diriku, namun jika aku tidak berusaha untuk menghadapinya..' Aileen menatap sejanak Flava yang kini memeluknya, 'Anak ini takkan mendapatkan kebahagiaan, aku harus melindungi keluargaku, setidaknya aku ingin hidup berguna di dunia ini.'
Meskipun samar, ia masih bisa mengingat kenangannya di dunia lama, tentu saja, ia hanya kehilangan ingatan tentang nama saja. Baik nama dirinya atau orang lain, namun setiap detail ingatan lainnya ia masih mengingatnya dengan jelas.
~Buku Harian Aileen~
Dulu, ketika aku masih hidup di dunia lamaku, aku hanyalah seorang mahasiswa biasa. Aku menjalani hidupku dengan tenang, namun karena aku seorang otaku, aku jarang berinteraksi dengan luar. Aku pergi keluar dari rumahku hanya untuk pergi ke kampus atau membeli bahan makanan.
Itu semua karena aku dikhianati oleh gadis yang kusukai sejak kecil.
Waktu itu aku pindah dari Tokyo karena orang tuaku bercerai, dia menatapku dengan kesedihan, waktu itu aku masih berusia 7 tahun, ketika itu aku berkata, "*****, setelah dewasa nanti, aku akan menjemput ***** dan menikahi *****!"
Dia terlihat senang, namun ketika hari pertamaku masuk ke Universitas, dengan jelas aku bisa melihatnya, berciuman dengan pria lain.
Aku...
tak ingin dikhianati seperti itu.
Bersambung