"Y-yang benar saja.." Aileen tersenyum, namun arti dari senyuman itu bukanlah senyuman rasa senang, bahagia atau apapun itu. Senyuman miris. Ia benar-benar terkejut karena melihat pemandangan mengerikan di depannya.
Suara erangan makhluk buas terdengar nyaring.
Hembusan angin terasa amat kencang. "Mengapa, kukira makhluk itu hanya satu. " Ujarnya, Aileen terdiam, namun kemudian ia dikejutkan dengan sebuah tentakel yang menerjangnya sehingga dengan cekatan ia langsung menangkis serangan kejutan itu. Ternyata bukan hanya Cerberus yang berada di tempat ini, namun monster lainnya seperti Gurita raksasa, Kraken, lalu ular berkepala sembilan, Hydra. "Mengapa monster ini seperti makhluk mitologi di duniaku." Aileen tersenyum seraya mencoba menghajar para monster yang berada di depannya.
Trang!
Aileen sudah menduganya, kekuatan dari monster yang ia hadapi kali ini lebih kuat. Mereka memiliki Defense tinggi. Satu-satunya cara untuk mengalahkan mereka adalah mencari Lich yang mengendalikan para monster ini. Bayangkan saja, 3 monster raksasa berada di labirin besar ini.
Selain menghadapi 3 monster itu seorang diri, Aileen juga kerap diganggu oleh serangan dadakan dari goblin, sehingga ia menjadi kesulitan. 'Cih, aku tak boleh mati di sini, demi Lyve.' Aileen menggunakan teknik pembunuhnya untuk menghilangkan keberadaannya, namun lagi-lagi tentakel besar itu menyerangnya seolah-olah monster itu mengetahui keberadaannya.
"Shear Slash!" Aileen menyilangkan kedua pedangnya menjadi seperti gunting, ia segera memotong Tentakel itu menggunakan kekuatannya, namun ternyata skill itu masih saja tak berguna. Ia sudah terpojok. 3 monster raksasa sudah menghadangnya.
"Jadi ini tujuanmu ya, Litus, padahal kamu petualang Rank-S, namun malah menyuruh Rank-D ke Dungeon ini."
"Mengerikan sekali." Aileen tersenyum, ia bersandar dengan tersenyum. Menutup kedua matanya, ia sudah tak memiliki harapan sedikipun. "Apa maksudmu, bodoh, chopped to death." Akan tetapi, ketika Aileen sudah berada di ujung hidupnya, tiba-tiba sosok Guild Master, Litus Pulchra datang dan menghabisi ketiga monster itu dengan senjatanya. Tunggu, bukannya dia penyihir?
"Untuk seorang Peniru seperti ku, ini sangat menyenangkan, Aileen, kukira kamu akan mengalahkan para kroco itu dengan mudah." Litus tersenyum menatap Aileen, "Mengapa kamu datang, Litus?"
"Berterimakasihlah pada putri kecilmu yang memaksa ingin membantumu." Litus tersenyum. Ia mengambil rokoknya dan berjalan menjauhi Aileen, "Sebenarnya apa tujuanmu mengirimku ke tempat ini?" Aileen mengambil pedangnya yang sebelumnya terjatuh, "Kau ingin mengalahkan raja iblis bukan? Makanya, jika kamu tak bisa mengalahkan Lich di sini, untuk mengalahkan raja iblis itu hanyalah suatu omong kosong belaka, Aileen."
"Menguji, ya."
"Tepat sekali, nah, sekarang masuklah kedalam sana, disana Lich sialan itu sudah menunggu, ingat, jangan percaya dengan apa yang kamu lihat, mengerti?" Senyuman itu, entah mengapa Aileen membencinya. Namun tak ada pilihan lain, ketika Litus pergi menghilang bak debu yang tertiup angin, ia membuka pintu terakhir, disana terdapat sosok berjubah hitam dengan wajah tengkoraknya. "Jadi, Lich itu seperti ini ya, bau busuk." Aileen menatap Lich itu dengan perasaan kesalnya.
"Papa."
Tangan kecil memegang bagian bawah baju Aileen, suara gadis yang seperti anak terjepit dinding. Tak salah lagi, ini adalah suara dari Flava. "Flava? Menga-" Ketika itu Aileen menyadari sesuatu, ada yang aneh dari putrinya, "Flava menyusul papa karena merasa cemas, ayo papa, kita hadapi dia."
'Hee, tumben sekali Flava menyuruhku untuk maju, biasanya dia akan berkata, papa, jika tidak mampu, serahkan pada Flava.' Batinnya, sepertinya lich itu sudah memanggil sosok yang bisa menyamar. Kebetulan sekali, di dunia ini, Aileen sangat menyayangi Flava. Namun sepertinya akan lebih baik jika Aileen mengikuti alurnya. Dengan kata lain, ia akan berpura-pura bodoh dan berpura-pura jikalau yang ia elus kepalanya ini adalah putrinya.
'Aileen, jangan percaya dengan makhluk itu.'
Ini, telepati. Di dunia ini, terdapat skill khusus, Yaitu Telepati. Memungkinkan untuk berbicara jarak jauh. 'Lyve, mengap-'
'Jangan banyak bertanya dulu, makhluk itu memasukan peledak kedalam tasmu lho!'
'Tenanglah, aku mengetahui itu.' Aileen tersenyum ketika ia menancapkan pisau di leher peniru itu, "Kau tau, aku membenci siapapun yang meniru keluargaku, baik itu orang baik ataupun monster jahat menjijikan sepertimu."
"Pap-a-pa.."
Perlahan sosok itu meleleh, ternyata benar, itu hanyalah Slime. 'Bagus Aileen, sekarang buang peledaknya!'
Aileen tersenyum, ia mengambil peledak yang dimaksud dan menatap pada Lich yang menatapnya dengan mata merahnya. Ia tak tau kalau Lich itu tersenyum padanya karena wajahnya yang tak memiliki bibir itu, tengkorak mana ada bibir, adanya mulut. "Manusia yang cekatan, kamu benar-benar cocok untuk kujadikan sebagai objek penelitian."
"Hah? Lich berkata seperti itu padaku? Aku tak tau harus senang atau sedih." Aileen mengambil pedangnya, "Sebaiknya kau pikirkan itu di alam baka, manusia."
'Boss Battle ya, seperti di game Rpg, dewa yang menciptakan dunia ini pasti Otaku.' Aileen tersenyum membayangkan dewa yang bermain game, namun sepertinya ia harus kesampingkan dulu lelucon itu. "Baiklah, ini adalah Boss battle pertamaku."
Itu karena ketika menghadapi Summoner dulu, targetnya malah dihabisi oleh putrinya sehingga jika didalam Game, ia takkan menjadi MVP. "Aileen tersenyum dan segera menebas Lich itu, "Jangan remehkan diriku yang sudah hidup ribuan tahun!"
"Gak nanya!!" Aileen menghindari serangan Lich itu dengan mudahnya, ketika ia sudah berada di atas pundak sang Lich, ia segera mengayunkan pedangnya, mencoba memenggal leher tengkorak itu. Namun,
"Skill Neraka : Perlindungan Dewa Iblis."
Aileen terkejut dan mengurungkan niatnya, Perlindungan Dewa Iblis, jika ia menyentuh pelindung itu, yang ada Mana yang ia miliki akan diserap habis, "Dasar licik." Umpat Aileen pada Lich itu. 'Sekarang bagaimana?' Ia kini dipenuhi oleh keraguan. "Skill Neraka : Jiwa Pendosa!!" Ketika itu, Lich mengerikan itu mengeluarkan Sabit gelap, Hell Reaper, senjata kuno yang konon sudah membantai ribuan jiwa.
Ia mengangkat tinggi Sabitnya, keluarlah para Undead dari dalam tanah, itu adalah jiwa-jiwa yang sudah dihabisi olehnya, tentu saja itu adalah sebagian kecil dari undead yang ia miliki. 'Gawat.'
"Lubang Hitam!"
Dibawah para Undead itu, tercipta lingkaran yang menghisap mereka kembali kedalam tanah. "Kenapa hanya diam?" Suara itu.. ketika Aileen menatap ke belakang, ia langsung bisa melihat sosok dewi dengan sayap indahnya, juga sosok gadis pirang yang memiliki kemiripan dengannya. "Lyve, Flava!"
"pasti Aileen bertanya mengapa kami ada di sini bukan?"
"Sebenarnya ini adalah rencana kami, kami akan membiarkan papa membuka gerbang terakhir, dengan begitu, sihir dapat digunakan lagi." jelas Flava, sepertinya Flava, Lyve dan Litus sudah berencana untuk menjahilinya, namun ini tidak lucu.
"Sepertinya sepulang dair sini kalian harus kuhukum, aku hampir mati tau."
"Papa takkan mati semudah itu kok!"
Lich itu tersenyum, "1 Manusia, 1 Ajin (Setengah manusia) dan 1 Dewi, Benar benar luar biasa!!"
"Dasar sampah."
Bersambung
Selanjutnya : God Eater