Chapter 13 - Litus Pulchra

Pagi hari tiba, mentari sudah lama menunjukan cahaya indahnya. Burung-burung terbang dan bersuara riang menyambut pagi hari. Padang rumput tertiup angin, rumput-rumput terlihat seperti tengah menari-nari.

Sebuah rumah yang sederhana, satu-satunya rumah yang berada di luar benteng terlihat bersih dan rapi, menandakan kalau rumah itu dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Di dalam rumah pun, kehangatan selalu dan selalu terjadi, setiap saat. Gadis bersurai pirang, berusia 8 tahunan itu tertidur dengan pulas, namun ia harus terbangun karena sosok pria membangunkannya dengan kelembutan. "Flava, bangunlah." Begitulah yang ia katakan ketika membangunkan sosok putri angkatnya. "Papa.." panggilnya seraya mengusap mata kecilnya menggunakan tangan kecilnya. "Nah akhirnya bangun juga." Aileen memasangkan senyuman lembutnya pada Flava yang tengah menguap dengan telapak tangan disimpan di depan mulutnya.

Sudah berapa minggu setelah ia mengadopsi Flava?

Entahlah, hari demi hari mereka jalani, tanpa sadar sudah lebih dari 1 bulan mereka hidup bersama, namun anehnya Flava tak pernah memanggil Lyvemon dengan sebutan untuk orang tua, sebaliknya ia malah memanggil 'Kak Lyve' padanya meskipun Aileen sudah memintanya guna menjaga keadilan. Dulu Lyve sempat marah pada Aileen karena hanya ia yang dipanggil dengan panggilan untuk orang tua, namun hari hari berlalu, sehingga akhirnya Lyvemon menjadi lebih terbiasa dengan semua itu.

Pagi ini, mereka berencana untuk mendaftarkan Flava menjadi seorang petualang di Guild sehingga dia juga akan mendapatkan penghasilan. Jika Flava menjadi petualang, maka ia bisa membantu Aileen dan Lyvemon ketika mengerjakan misi dari Guild tanpa perlu menunggu duduk di belakang, Juga Flava diberi pelatihan khusus oleh Aileen sehingga kelak dalam party mereka akan ada 2 assassin dan 1 priest. Mereka tak membutuhkan Tank karena Assassin adalah petarung yang bisa menyembunyikan jejaknya sehingga musuh akan sulit untuk menyerang Assassin. Tanpa Tank pun mereka takkan kesulitan dalam bertahan hidup.

"Pagi Aileen, dan pagi Flaaavaaa!" Kedua pipi Lyve memerah dan berlari memeluk Flava, begitulah keseharian mereka. Siapapun akan ingin melakukan hal yang sama pada Flava akrena ia sangat menggemaskan, termasuk Aileen, namun sebagai seorang pria, tentu saja dia harus menahannya bukan? Jika tidak maka ia akan dicap sebagai Pedofil meskipun di Terra boleh menikahi anak berusia 8 tahun. Tapi itu bodoh, mana mungkin Aileen tega menikahi anak yang masih polos nan suci seperti Flava.

"Kak Lyveeee.." Kesalnya ketika Lyve menenggelamkan Flava di antara dada berukuran sedangnya. Aileen hanya tersenyum melihat kelakuan mereka, 'Beginilah, sarapan pemandangan di pagi hari.' batinnya.

***

"Papa, apakah Guild itu menyenangkan?"

mereka berdua berjalan bersama, berbeda dengan Lyve, ia pergi menuju gereja untuk mengambil air suci guna meningkatkan kemampuannya. Lantas Aileen menjawab, "Gimana ya, Guild itu bukan hiburan, tapi tempat berkumpul beberapa orang atau kelompok, yah intinya begitu, kamu bisa berinteraksi dengan orang-orang di Guild ini tanpa ada masalah karena kita semua keluarga." Sebenarnya Aileen pun tak mengerti dengan apa yang ia katakan.

Jujur saja, saat ini ia sedang merasakan gelisah, gelisah karena Flava tak bisa menggunakan sihir, bukan tak bisa sih, cuma mereka masih tak tau potensi apa yang dimiliki anak ini. Semoga saja dia bisa diterima menjadi seorang petualang di Guild ini. Mereka berdua memasuki gedung serikat seraya berbincang-bincang, saat ini, Aileen menggendongnya layaknya ia menggendong seorang balita kecil. Namun orang-orang di tempat ini memiliki kesibukan tersendiri, jadi mereka tak peduli siapa yang dibawa oleh Aileen. Ia mendekati Administrator bernama Casia itu, "Wah, jadi ini putri angkatmu ya, imut sekalii! Biarkan aku mencubitnya!"

"Gak mau! papa tolong ! Dia mendekat !" Flava turun dari pangkuan Aileen dan berlari ke belakang untuk bersembunyi di belakang Aileen, "Haha, kak Casia, namanya adalah Flava, seperti yang kukatakan kemarin, aku ingin mendaftarkannya sebagai petualang."

"Tapi tapi, apakah kamu yakin gadis kecil ini akan dijadikan petualang?" Tanya Casia, ia meragukan kebolehan Flava, "Tenang saja kakak mesum, Flava ini kuat!" Ujar Flava dengan penuh semangat, "Begitulah, tapi kami masih tidak mengetahui kekuatan sihir Flava, jadi tolong ya."

"Oke!"

Casia mengambil bola kristal, ia meminta Flava untuk menaruh telapak tangannya di atas bola kristal itu. "Papa..?" Flava kebingungan melihat ekspresi mereka, "I-ini.."

"Bola kristalnya.. Hitam?"

Sihir kegelapan, sihir yang sangat cocok untuk seorang Assassin. "Sihir yang cukup langka, Putrimu memiliki bakat besar di bidang Assassin, Aileen!"

"Hebat.." Kagum Aileen, "Hoo, Bocah itu menjadi petualang? Meragukan sekali, ya.." Dia kembali, sosok elf dengan penampilan anggun disertai tongkat sihirnya, tidak salah lagi, itu adalah Guild master, Litus Pulchra! "Apa maksudmu, Guild Master?" Aileen merasa kesal karena kebolehan putrinya malah dihina. "Aku hanya meragukannya, meskipun ia memiliki Elemental yang langka, namun bocah tetaplah bocah."

"Jangan berlagak sok hanya karena umurmu yang panjang, Nenek!" Aileen menatap Litus dengan tatapan kebencian, keluarganya dihina, siapa pun akan marasa marah bukan? "Tarik kembali ucapanmu, bocah tengik."

"Papa.." "Flava, mundur dulu."

"Baiklah, aku akan mengakuinya sebagai petualang, namun, dengan 1 syarat." Litus menghisap rokoknya dengan senyuman liciknya, "Dia harus bisa mengalahkanku, jika dia menang, aku akan mengakuinya sebagai petualang, namun jika dia kalah, maka, Wyvern itu akan kujadikan budak!"

"Memangnya kenapa kalau dia Wyvern, Hah?!" "Sosok terkutuk yang hanya menginginkan kehancuran, itulah Wyvern." Litus berjalan mendekati Flava yang menatapnya dengan keringat dingin yang bercucuran, "Bagaimana, bocah Wyvern?"

"Flava.." Aileen bimbang, dia adalah Guild Master, tak mungkin Flava dapat mengalahkannya dengan mudah, "Flava menerimanya, namun itu akan Flava lakukan esok hari."

"Kenapa? Takut?" Ledek Litus, "Benar, Flava ketakutan, saking takutnya Flava ingin berlatih untuk esok hari, Flava sangat membenci diri Flava sendiri yang dulunya seorang Wyvern, namun sekarang berbeda, Flava bukanlah Wyvern lagi, Flava akan menunjukannya pada Litus kalau Flava bukanlah sosok yang menginginkan kehancuran!" Flava menatap Litus dengan tatapan benci, "Wah wah, aku akui kalau kamu memiliki tekad tinggi, akan tetapi, bisakah bocah mungil sepertimu mengalahkan petualang Rank-S sepertiku?"

"Kita tidak tau, makanya, esok hari kita akan bertempur."

"Boleh, datanglah ke arena duel, disana aku akan membuatmu jera dengan perkataan mulut mungilmu itu." Litus tersenyum dan pergi dari tempat itu, Lantas ketika Litus keluar, masuklah Lyve, wajahnya menandakan kalau dia sudah mendengarkan semuanya, "Flava, apa yang kamu lakukan?" Tentu saja, Aileen sangat khawatir dengannya.

"Papa, apakah papa tau kenapa kita merasa kalau kita memiliki ikatan satu sama lain?" Ujar Flava tiba-tiba, "Aku.."

"Itu karena, ketika Kak Lyve melepaskan kontraknya, dia tak benar-benar melepaskannya, namun memindahkannya pada papa." Jelasnya, mendengar itu, Aileen terkejut dan menatap Lyve, "pasti papa bertanya tanya, mengapa demikian, jawabannya singkat."

"Dengan memindahkan kontrak, Flava takkan mati, jika saja Flava kehilangan kontraknya, maka Flava akan mati di sana, karenanya, kak Lyve dengan sembunyi-sembunyi memindahkan kontrak tersebut pada hati papa, karnanya, papa bisa merasakannya bukan? seolah-olah ada benang yang menghubungkan hati kita, namun karena papa memiliki sikap yang lembut hatinya, penyayang, karenanya Flava merasakan kalau papa adalah papa kandung Flava."

Penjelasan yang berbelit, namun, meski begitu, bisa disimpulkan kalau diantara mereka terjalin kontrak yang dipindahkan oleh Lyvemon guma menyelamatkan kehidupan Flava.

Bersambung

Selanjutnya : Duel di Arena