Chapter 5 - Alasan Sebenarnya

"Aileen, bagaimana?" Lyve keluar dari ruang ganti, Ia memperlihatkan pakaian yang didesain oleh Aileen, pakaian dengan tudung khas Priest berwarna putih, bahu terbuka namun langsung disambung dengan handsock putih biru panjang dan sarung tangan putih, rok pendek sepaha, namun dari punggungnya terdapat kain yang berfungsi sebagai jubah yang menutupi paha bagian belakangnya, stocking putih panjang, dia sangat cantik. Bahkan Aileen tak bisa memalingkan pandangannya dari Lyve.

(Sebelumnya, untuk meningkatkan gambaran tentang Lyvemon yang mengenakan pakaian barunya, saya sudah membuat ilustrasi dan mengirimnya di Instagram @shironishikujou, jangan lupa cek dan follow ya >-

"Aileen? Tidak cocok.. ya.."

"Mana ada, Lyve, kau sangat anggun mengenakan pakaian itu, bahkan aku sampai tak bisa berkata apa-apa lagi." Aileen mengacungkan ibu jarinya pada Lyve, "namun Aileen, maaf ya, tudung ini kurang nyaman untukku, aku tak terbiasa, jadi aku akan menyimpannya saja." Ujar Lyve seraya melepaskan tudung yang ia pakai, setelah berterimakasih pada penyihir penjahit, Aileen dan Lyve memutuskan untuk pergi menuju bar yang sebelumnya mereka sepakati untuk pergi ke tempat itu, Aileen masih kurang terbiasa dengan penampilan baru Lyve yang sangat anggun itu, namun pakaian Priest sudah biasa di dunia ini, karenanya, orang-orang tak menghiraukan Lyvemon yang mengenakan pakaian indah sekalipun.

Sampailah mereka berdua di depan bar, mereka memasuki pintu bar yang terbuat dari kayu. Semuanya sangat tenang, bar ini terkadang sepi pengunjung di siang hari karena di kota petualang, para petualang kerap mengerjakan Quest dari Guild di siang hari. Karenanya, bar ini hanya ramai di malam hari sebagai tempat bersenang-senang sekaligus melepas letih para petualang. Berbeda dengan Aileen, ia tak menyukai tempat yang terlalu bising dan ramai sehingga sebisa mungkin ia akan menghindari bar di malam hari, begitu pula dengan Lyve, kemanapun Aileen pergi, ia pasti akan mengikutinya.

"Nona, aku pesan Kreas 1 porsi dan segelas susu!" Lyve memesan makanan favoritnya, Kreas, makanan ini mirip dengan Steak di dunia asal Aileen, bukan mirip, mungkin itu adalah makanan yang sama namun namanya beda. "Aku juga Kreas 1 porsi dan segelas Wine."

Aileen menyukai Wine, itu karena ia sangat kebal terhadap minuman keras, bahkan mungkin ia kuat untuk meminum 1 tong penuh wine jika ia mau, berbeda dengan Lyve, ia benar-benar peka terhadap Wine, mencium aromanya saja ia sudah merasa pusing apalagi meminumnya, karena itu ia lebih memilih meminum segelas susu yang lebih menyehatkannya.

"Aileen." panggilnya setelah ia menghabiskan sepiring Kreas, "Hm?"

"Aileen sudah berbaik hati padaku mendesain pakaian seindah ini, sepertinya ini adalah saatnya bagiku untuk mengatakannya." Lyve membersihkan sudut bibirnya dengan menggunakan jemari kecilnya, "Mengatakan apa?"

"Ikuti aku." ajaknya seraya keluar dari bar, Aileen hanya mengikutinya dengan penasaran, apa yang sebenarnya disebunyikan oleh Lyvemon selama ini darinya. Mereka berjalan dalam keheningan, Lyvemon masih terlihat ragu untuk mengatakan alasannya berada di sini, dalam hati ia terus berkata, 'Ini yang terbaik..'

Sampailah mereka berdua di tempat kesukaan Aileen, gerbang kota yang memperlihatkan pemandangan padang rumput dengan slime yang sangat minim, bukit-bukit kecil juga memperindah tempat ini, "Lalu, apa yang ingin kamu katakan?" Tanya Aileen pada Lyve yang tengah tersenyum seraya memandangi padang rumput itu, "Alasanku berada di sini, alasanku diusir, alasanku memanggilmu, dan alasanku menjadi petualang." Ujarnya.

"Pertama-tama, sebenarnya, dunia ini tengah diancam oleh sosok yang berbahaya, yaitu raja iblis bernama Dipli Lepida." Ia menghela nafas, "Aku berniat untuk menghancurkan raja iblis itu dengan kekuatan dewi ku, namun, siapa sangka kalau dia lebih kuat dari diriku yang seorang dewi, aku kehilangan kekuatanku dan diusir dari alam dewa dewi, namun sebelum diusir, aku meminta Raja para Dewa untuk memanggil seseorang yang ditakdirkan, itulah dirimu, Aileen Ilustitae." Ujarnya, "Singkatnya, tujuan kita berpetualang bukanlah untuk bersenang-senang, melainkan untuk menghadapi Raja Iblis Dipli Lepida yang berada jauh di ujung Terra."

"Jadi maksudmu, aku dipanggil setelah kematianku bukanlah untuk berpetualang biasa, namun aku harus menghadapi Dipli Lepida di suatu saat nanti, begitu?"

"Benar, sebagai seorang yang meminta untuk memanggilmu, aku bertanggung jawab, aku akan mengikutimu dan menemanimu, aku sudah tidak abadi, karena itu, aku akan menemaniku sampai aku mati nanti." Lyve mengambil tongkatnya dan berkata, "Ini adalah barang terakhir yang ku punya sebelum aku berhenti menjadi seorang dewi."

"Waktu itu, aku berkata padamu kalau Goddess Stuff ini adalah bagian dari diriku, sebenarnya itu hanyalah kebohongan, aku hanya ingin terlihat keren." Lanjutnya seraya menyentuh ujung dari Goddess stuff miliknya. "Lyve.."

"Karena itu Aileen, bersediakah kamu untuk membantuku? Menghadapi Raja Iblis Dipli Lepida yang suatu saat akan menghancurkan dunia ini."

"Dengan senang hati, Lyve, kita akan menghadapinya, namun sebelum itu, kita akan mengumpulkan kekuatan untuk menghadapinya." Aileen tersenyum pada Lyvemon, angin berhembus dari padang rumput itu, meniup rambut mereka berdua. "Mulai dari sini, mohon bantuannya, Orang yang ditakdirkan."

"ya, Dewi Tercantik, Lyvemon Captivatio." Aileen masih memasangkan wajah senangnya, meskipun kini Lyvemon sudah memerah seperti kepiting rebus, "B-bagaimana kamu tau julukan itu?! Padahal hanya Dewa Dewi saja yang mengetahuinya!"

"Haha, semalam aku bermimpi, ada pria dengan jenggot tebal berkata kalau Lyvemon Captivatio adalah Dewi Tercantik yang masih perawan, bahkan suatu saat di masa lalu, para dewa sempat berperang demi mendapatkan hatinya, tapi apa? Sang dewi malah kabur." Aileen kini memasang wajah jahil, "Dan sekarang, keperawanan sang dewi sudah tidak diketahui apakah masih ada atau tidak.."

"HAAH?! TENTU SAJA AKU MASIH PERAWAN! AILEEN BODOOOH!!!"\

"HAHAHA!"

Malam hari telah tiba, tak terasa ya. Hembusan angin malam terasa dingin di kulit Aileen yang tengah melepaskan jubahnya dan menyisakan kaus bertangan pendek, ia duduk di atas tikar yang ia beli supaya mereka tidak tidur di atas rerumputan yang membuat gatal lagi. Disampingnya terdapat sosok Holy Priest yang tengah menyantap sepotong roti seraya melihat bintang-bintang, ia menikmati suasana malam ini meskipun memang setiap malam akan terasa canggung. Di tempat ini, yang memutuskan untuk menetap di luar tidak hanya mereka, melainkan ada banyak petualang yang memutuskan untuk melakukan hal yang sama.

"Hah, hari esok akan menjadi hari yang panjang, kau siap untuk hari esok, Lyve?"

"Tentu, Dungeon di sekitar kerajaan Spiritus, itu adalah Dungeon yang belum dijamah sedikitpun karena katanya memiliki efek buruk untuk penyihir, namun kita akan mencobanya." Lyvemon menjatuhkan kepalanya di pundak Aileen dan menutup matanya, "Kamu mulai lagi ya."

"Setidaknya aku ingin merasakan kenyamanan."

~Buku Harian Aileen~

Tak kusangka kalau tujuan dari Lyve bukanlah berpetualang untuk bersenang-senang, melainkan ia memiliki tujuan mulia yaitu menghabisi Raja Para Iblis yang memiliki nama Dipli Lepida. Dialah yang membuat Lyvemon kehilangan kekuatannya dan diusir dari tempat asalnya, itu berarti, selama ini ia selalu berbohong ya, tapi berbohong sesekali bukanlah hal yang buruk bukan?

Bersambung