Dahulu kala, sebuah penjara bawah tanah yang sangat amat luas kawasannya terkenal di penjuru dunia, penjara bawah tanah bernama Tormentum ini terkenal dengan kesadisannya, para tahanan disiksa sampai mati, roh yang tak diterima oleh alam selanjutnya terkurung di tempat itu dan kembali merasuki pada tubuh mereka yang sudah mati, itulah Undead, monster yang tercipta dari mayat, yang mana mayat itu dirasuki oleh roh jahat dan penuh rasa dendam, mereka akan terus hidup sampai pada akhirnya mereka dibunuh oleh manusia atau mereka membunuh manusia.
Karena sihir tertentu, biasanya didalam Dungeon, para Priest akan kehilangan sebagian kekuatannya, sehingga yang bisa mereka lakukan hanyalah melakukan sihir pertolongan, bukan penyerangan.
Dan
Jika saja kamu terbunuh didalam Dungeon, maka jiwa mu juga takkan diterima sehingga kamu juga akan berubah menjadi Undead.
~Tanpa Sadar Aku Terlahir Kembali di Dunia yang Berbeda~
"Lyve, Lyvemon, bangunlah, hei." Aileen menarik pelan hidung Lyve yang tengah tertidur pulas di atas tikar, sesuai perjanjian, hari ini mereka akan memasuki Dungeon bekas penjara bawah tanah bernama Tormentum atau 'Siksaan'.
Namun sebelum itu, ia harus memastikan kalau pedang yang ia pesan sudah selesai dibuat. Karena itu, ia membangunkan Lyvemon lebih pagi dari biasanya meskipun Lyvemon menjadi marah karena ia dibangunkan lebih awal. Aileen sangat bersemangat, ini adalah kali pertamanya ia akan melakukan eksploring di dalam Dungeon yang mematikan, meskipun sudah jelas yang bertarung hanya dirinya sendiri, sejak awal, Priest memang tak cocok untuk pertarungan, melainkan Priest adalah Support job, mereka akan berada di garis belakang untuk memberi support pada petarung yang ada dalam partynya, Contoh, ketika Hit Pointmu berada di dalam kondisi Danger atau berbahaya (20%) Maka support seperti Priest akan menggunakan sihir pemulih untuk memulihkan Hit Pointmu.
Seperti itulah intinya, Kembali ke cerita~
"Lalu.. sekarang apa dulu?" Lyve masih memasang wajah kesal karena hidungnya ditarik keras oleh Aileen yang mencoba membangunkannya, hidung Lyve sampai memerah padam karenanya. "Kamu pergi ke pemandian dulu, aku akan mengambil senjata pesananku di pandai besi." Ujar Aileen seraya melemparkan handuk pada Lyve, "Baik.. hah.." Kesalnya, namun mau bagaimanapun, mereka harus menepati janji mereka untuk menjelajahi Dungeon di sekitar Spiritus Kingdom yang berada di sebelah utara kota Audaces.
Lyvemon pergi ke pemandian wanita, pagi hari yang cerah ini, ia berjalan dengan senyuman khasnya, bibir tipisnya selalu dalam posisi tersenyum, menyapa orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya, memulai aktifitas harian mereka.
Berbeda dengan Aileen, ia memiliki kenangan buruk terhadap lingkungan, tentunya di kehidupan sebelumnya.
(Kenangan Aileen yang masih berada di bangku Sma, Terlihat wajah teman-teman seumurannya yang menghina Aileen habis-habisan)
Ia berjalan dengan penuh kewaspadaan, sebenarnya, dalam hati terdalamnya, ia masih memiliki rasa curiga terhadap dunia ini, begitupula pada Lyve, meski begitu, ia mencoba untuk percaya dan membantunya menghadapi masalah Lyve, yaitu Raja Iblis. Ia berjalan tanpa banyak bicara menuju pandai besi yang menjadi tempatnya memesan senjata. Sampailah ia di depan pandai besi itu, ia membuka pintu kayu yang tersimpan rapi, "Selamat datang!" sambutnya dengan penuh kehangatan, tubuh kekarnya terlihat sangat terlatih dalam melakukan penempaan senjata.
"Paman, bagaimana pedangku?" Tanya Aileen dengan senyuman, "Haha, sesuai pesanan, ambilah!" Ia memberikan 2 buah pedang kecil yang sudah dilapisi oleh sarung pedang, ukurannya sangat pas untuk seorang asassin dan tentu saja bentuknya yang sedikit bengkok itu membuatnya lebih mudah untuk diayunkan, gagang pedang yang terbuat dari kayu berkualitas, lalu sebuah rantai sihir yang dapat menghubungkan pedang itu satu sama lain. "Ini sangat sempurna, aku berterimakasih, paman."
"Haha! santai saja!"
"Baik, ini total harganya, meskipun paman meminta 20.000 saja, namun pedang ini sangatlah keren dan tak layak jika dijual dengan harga terlalu murah." Ujar Aileen seraya menyerahkan 50.000 chartam, di dunia asalnya, kemungkinan 20.000 Chartam itu setara dengan 1000 yen (Rp126.4000) karenanya jika dijual dengan harga semurah itu, tentu saja ia akan rugi.
"Terimakasih, petualang! Lain kali datanglah lagi!"
Aileen tak langsung pergi, ia mengambil sebuah zirah rantai yang akan melindunginya dari dalam. "Aku juga beli ini, paman."
***
"Kau siap?"
"Tentu, kapanpun." Aileen dan Lyve mulai berangkat menuju sebelah utara kota Audaces. mereka berdua berjalan kaki menuju dungeon yang hendak mereka takhlukan, meskipun mereka tak tau, apa yang sudah menunggu mereka di dalam sana, selain itu mereka juga harus berjalan semabri membasmi para monster yang menghalangi perjalanan mereka menuju Dungeon, terutama Slime, makhluk menyebalkan yang dibenci semua kalangan karena kemampuan mereka yang dapat merusak serat pakaian dan memakan kain baju. Aileen takkan membiarkan para slime itu merusak pakaian yang dipakai oleh Lyvemon.
Mereka berjalan seraya mengobrol ringan, dan tanpa mereka sadari, mereka sudah berada di depan dungeon yang dimaksud. "Aku duluan." ujar Aileen seraya membuka pintu dari Dungeon itu, ia berjalan perlahan dengan disusul oleh Lyvemon, "Holy Light!" Karena merasa gelap, akhirnya Lyvemon memutuskan untuk membuat penerangan dengan sihirnya, dan seketika lorong penjara yang gelap tadi kini terang namun mengerikan, suara-suara dari para monster terdengar mengerikan di sepanjang lorong, "Aileen!" Kaget Lyve, namun dengan penuh ketangkasan, Aileen langsung menebas Goblin yang menerjang Lyvemon, "Jangan mengotori heroine ku, jelek." umpatnya. Aileen kembali menarik pedang yang sebelumnya ia tancapkan di leher sang goblin.
"Mau lanjut?" Aileen tersenyum pada Lyve yang sedikit terkejut karena serangan dadakan Goblin tadi, namun kini ia sudah kembali tenang dan berkata, "Tentu."
"Lyve, hindari celah di dinding, biasanya itu adalah sarang monster seperti Goblin atau Undead, lalu awasi langit-langit." Aileen memasang posisi siaga tempur, ia mendengar suara langkah kaki yang mana itu bukanlah langkah kakinya maupun langkah kaki Lyve.
"Datang, Skill : Asassinate!" Aileen bergerak cepat dengan menebas tubuh dari para goblin itu, ia menebasnya bukan asal-asalan menebas, namun ia membentuk pola tertentu karena memang itulah skill asassinate. Namun karena lorong ini sempit, ia menjadi sedikit kesulitan dalam bergerak.
~Buku Harian Aileen~
Dungeon, tempat yang penuh dengan misteri. Aku dan Lyve mencoba menelusuri Dungeon pertama kami, namun siapa sangka kalau ini akan menjadi petualangan yang sedikit merepotkan. Penjara ini sangatlah sempit, bau busuk dimana-mana. Aku sampai ingin muntah ketika memasukinya.
Selain itu, tugasku bukan hanya menghabisi para monster yang menyerang,namun aku juga harus memastikan kalau Lyve aman, ia tak bisa bertarung dalam Dungeon karena dalam dungeon di dunia ini terdapat sihir tertentu yang dapat menekan sihir penyerang, menyebalkan bukan?
Bersambung