Chapter 8 - Rumah

"Terimakasih karena sudah menyelesaikan misi, ini adalah imbalannya." Administrator dari Guild itu menyerahkan beberapa lembaran chartam dan beberapa koin Chartam, mereka berdua terlihat senang, karena misi ini diperuntukan bagi petualang kelas menengah sementara mereka masih kelas bawah, akhirnya mereka mendapat imbalan 2x lipat dari biasanya.

Selain itu, mereka juga sudah menjual koin emas yang didapatkan dari dungeon, total mereka dapat 1 Juta Chartam dalam 1x misi.

Sekali mendayung melewati 2 pulau.

Sekarang adalah waktunya, waktunya bagi Aileen dan Lyve untuk berdebat mengenai masalah pembelian rumah, Aileen tak tega melihat Lyvemon tertidur di atas tikar yang tipis dengan wajah kedinginan, namun Lyvemon tak mau membeli rumah karena menurutnya petualang tak membutuhkan rumah, mereka berdua memutuskan untuk membahas persoalan ini di bar tempat mereka sarapan. Tatapan Aileen begitu serius, begitupula dengan Lyve, mereka memiliki keinginan yang bertentangan, meskipun keinginan Aileen adalah demi Lyve sendiri. "Lalu, mengapa kamu memaksa membeli rumah?" Tanya Lyvemon dengan tegas, Namun Aileen membalas pertanyaan itu dengan tegas, "Semuanya demi dirimu, kamu tak menyadarinya kah? setiap kali kamu tertidur, aku merasa tersakiti karena melihat wajahmu yang menyedihkan karena kedinginan." Begitulah, namun Lyvemon masih tak mau mengalah, ia berkata, "ayolah Aileen, rasa dingin takkan membunuhku, lagipula kita ini petualang-" Aileen dengan cepat menyela perkataan Lyve, "Meskipun petualang, kita adalah makhluk hidup yang berakal, kita bukanlah binatang liar yang hidup di alam bebas, meskipun petualang, kita tetap membutuhkan tempat kembali."

Mendengarnya sontak Lyve terdiam, yang dikatakan Aileen memang benar, "Namun jika begitu.. Aku takkan bisa tidur denganmu lagi bukan.?"

"Haha kata siapa? Kita masih bisa tidur di kamar yang sama namun dengan kasur yang berbeda, bukankah itu ide bagus?" Aileen mendapatkan celah, akhirnya ia berhasil membujuk Lyvemon supaya ia mau mengikuti keinginannya. "Baiklah, aku mengalah, Aileen." Ujarnya dengan senyuman tulus, akhirnya ia bisa menyantap sarapannya dengan tenang karena keputusan Lyve sudah searah dengan keinginannya. Rencananya, Aileen ingin membeli rumah sederhana yang berukuran tak terlalu besar, ia hanya perlu tempat untuk beristirahat dan bersantai saja.

'Beruntung sekali, tempat ini sangat strategis, meskipun berada di luar benteng, namun ini adalah bagian dari safe point.' Batin Aileen, benar, ia berada di luar benteng, ia sengaja membeli rumah yang sudah lama ditinggalkan oleh pemilik aslinya itu karena ia sangat menyukai pemandangan bebukitan yang ada di luar benteng sana.

Berbeda jika ia membeli rumah didalam benteng, bukan hanya pemandangannya yang tidak enak dilihat, namun biayanya juga menjadi mahal karena rumah didalam sana terawat semua. Meskipun rumah ini murah, hanya 500.000 Chartam saja, namun jika Aileen dan Lyve merawatnya dengan baik, maka tentu saja rumah ini akan menjadi lebih bagus daripada rumah yang dijual mahal namun tak dirawat oleh pemiliknya bukan?

Ia dan Lyve memasuki rumah itu, benar-benar kosong dan berdebu, namun tak ada sampahnya karena rumah ini dikunci rapat oleh pemilik lamanya. "Sepertinya kita harus mulai dari yang terdasar ya?"

"Hehe, bersih-bersih adalah tugas perempuan, Aileen, kamu buat kasurnya ya!"

Yang dimaksud Lyvemon adalah merakit, mereka sengaja membeli ranjang rakitan karena itu lebih praktis, Aileen hanya perlu menyambungkan bagian-bagian dari ranjang itu sehingga terciptalah 1 ranjang. Mereka sengaja membeli peralatan yang murah, jika mereka memboros, bagaimana mereka bisa membeli perlengkapan untuk berpetualang bukan?

Mereka adalah petualang, sosok yang dihormati di kota Audaces ini.

Aileen menuruti perkataan Lyve, ia segera merakit beberapa furniture, seperti Kursi, meja dan ranjang. Ia melakukannya dengan penuh hati. Begitupula dengan Lyve, ia membersihkan rumah, menggunakan kain sebagai penutup hidung dan mulutnya karena tempat ini sangatlah berdebu, ia membersihkan rumah dengan penuh ketelitian dan tak meninggalkan sedikitpun kotoran, "Skill Sihir: Kelembutan Hujan!" Ia merapalkan mantra sihir dan membuat lantai dibasahi oleh air, ia membersihkannya dengan menggunakan sebuah lap.

Matahari sudah berada di ufuk barat, langit senja menghiasi dunia ini, Aileen dan Lyve menatap puas rumah baru mereka, meskipun sederhana, namun rumah ini akan menjadi awal kebahagiaan mereka.

***

"Sudah kubilang bukan? Rumah adalah tempat yang nyaman." Aileen duduk di depan pagar rumah mereka, teras kecil dan kursi kayu yang membuat suasana nyaman, mereka bisa melihat bulan yang begitu indah dengan menikmati minuman yang mereka sukai.

"Jujur, aku hanya takut kalau Aileen akan melupakan tugas sebagai seorang petualang." Ujar Lyvemon seraya meneguk gelas berisi susu, "Mana mungkin bukan? Alasanku dipanggil ke dunia ini adalah untuk menghancurkan raja iblis, setelah semua itu terlewati, barulah aku bisa menikmati kehidupan keduaku dengan tenang." Aileen tersenyum, ia memakai pakaian kaus dengan celana pendek karena ini adalah tempat yang santai, sehingga ia memakai pakaian santai, begitupula dengan Lyve, ia memakai pakaian tidurnya karena sebentar lagi akan tidur.

"Aileen, satu lagi yang ingin kuceritakan padamu."

"Hm?"

"Aku bukanlah dewi tercantik yang diceritakan oleh ayahku melalui mimpiku, itu adalah ibuku, usiaku baru 17 tahun, 17 tahun dalam arti sesungguhnya, aku belum hidup sepanjang dewa dewi lainnya, aku.. baru memulai kehidupanku." Ujarnya dengan tersenyum, "Aku baru tau itu, itu berarti, kamu lebih muda dariku ya."

"Tepat sekali."

"Namun mengapa? Di usiamu yang baru 17 tahun, kamu malah nekat mencoba membunuh raja iblis?" Aileen semakin penasaran, "Itu karena Raja iblis sudah membunuh kakakku, aku ingin membalaskan dendamnya dengan membulatkan tekadku, namun siapa sangka kalau aku dikalahkan dengan mudah." Jelas Lyve, jadi semua yang Aileen kira ternyata salah, mulai dari usia Lyve yang awalnya ia kira sudah ribuan tahun, dan alasan dibalik kenekatan Lyve menantang raja iblis. "Kamu menceritakannya padaku, seolah-olah kamu sudah sangat mempercayaiku."

"Tentu saja bukan? Aileen adalah manusia pertama yang kupercayai." Lyvemon tersenyum, ia berjalan mendekati Aileen dan mendekatkan wajahnya pada wajah Aileen.

"Itu ciuman pertamaku, lho."

~Buku Harian Aileen~

Rumah ya, akhirnya aku dapat membeli dan memiliki rumah. Selain itu aku mendapatkan fakta tentang usia Lyvemon yang ternyata 3 tahun lebih muda dariku, mengejutkan sih. Besok aku akan mulai giat dalam mengerjakan misi dari Guild. Ini demi meningkatkan kemampuanku dalam pertarungan. Kemampuanku yang sekarang tak ada apa-apanya dibandingkan petualang lain, tentu saja bukan, aku baru berada di rank D. Setidaknya aku akan meningkatkan Rank ku sampai Rank SSS, dengan kekuatan yang besar, kemungkinan aku bisa menghadapi raja Iblis, meskipun aku harus menjadikan nyawaku sendiri sebagai tumbal, setidaknya, Lyve bisa hidup bahagia, meskipun tanpa diriku.

Oh satu lagi, dengan mengejutkan dia mengambil ciuman pertamaku, juga,, dia memberikan ciuman pertamanya padaku. bibirnya yang lembut, sensasi itu pertama kali kurasakan.

Bersambung