Tiga hari berlalu semenjak dia keluar dari rumah orang tuanya. Dia mulai merasakan suasana yang mulai tidak enak dihatinya, dia memiliki intuisi yang kuat dan jarang meleset (kecuali kalo dia lagi becanda dan santai aja, maka intuisinya akan meleset, heheh). Dia mulai merapikan pakaiannya dan dimasukkan kedalam tasnya lagi.
"sore ini saya harus pergi dari tempat ini", bathinnya berkata
Semua pakaiannya yang sudah dia cuci dan kering lalu diangkatnya dari jemuran kemudian dilipat dan disusun rapi lagi kedalam tasnya. Tanpa perlu waktu lama, seluruh pakaiannyapun sudah rapi kembali di dalam tasnya.
"saya harus kerumah ririn dulu, lebih baik saya tinggal disana karena disana lumayan jauh dari kota dan rumah ririn masih berada ditengah hutan permandian air panas. Jadi tidak mungkin mereka akan menemukanku ditempat terpencil seperti itu", pikirnya
Dyah menunggu ririn pulang sekolah di rumah erni sambil berpamitan.
"er, saya pamit dulu yah, makasih banyak udah ngasih tumpangan tinggal cukup lama dirumah kamu", ucapnya
"eh eh, kamu mau kemana? kok udah mau pergi aja? ada apa? udah males yah tinggal sama aku?", tanya erni
"bukan begitu sayang, enggak kok. aku gag malas tinggal sama kamu, malah aku seneng tinggal disini sama kamu. Hanya saja, aku harus pindah dulu dari sini. Soalnya perasaanku sudah mulai gag enak, semacam mereka akan mendatangi rumah ini entar sore. makanya aku harus keluar dulu dari sini", terangnya
"oo gitu, tapi nanti balik sini lagi yah.. terus kamu mau kemana sekarang?, kamu sudah punya tempat tinggal yang baru?", tanya erni
"iya ada, tapi baru mau kesana. Minta izin dulu sama dia, ini lagi menunggu dia pulang sekolah terus kesana deh", ucapnya
"ya udah, kami hati-hati yah", ucap erni
"iya sayang, aku kesana dulu yah. Ntar aku kembali buat ngambil tas aku", ucapnya
"ok sayang sip" ujar erni
"oh iya, ada satu hal lagi. Kalau semisal mereka beneran akan datang kesini lalu menanyai tentang keberadaanku, pliss yah jangan bilang aku pernah disini dan jangan bilang juga tujuanku kemana setelah dari sini. plisss yahhh", dia memohon
"iya sayang, aman pokoknya", ucap erni menenangkan hati dyah
Dyah lalu pergi menuju sekolah ririn untuk menemuinya disana. Tak sampai lima menit, dia akhirnya sampai dan tak menunggu lama akhirnya ririn keluar dari sekolah.
"hei dyah, dari mana sayang. Ngapain kesini? Lagi nyariin seseorang yah", tanya ririn
"hei, iya nih lagj nyari seseorang tapi...", bicaranya terpotong
"tapi kenapa, belum ketemu yah?. Sini aku bantu cari", ujar ririn
"tapi sudah ketemu, hahahaha", ucapnya mencoba menghidupkan suasana
"siapa?, aku?", tanya ririn penasaran
"ya iyalah kamu, siapa lagi. aduh sayangku oon kamu belum berubah juga yah, hehehee", ucap dyah sambil mengacak-acak rambut ririn
"ooo yah? aku? beneran nih aku?, aduh terharunya aku dicariin sama primadonanya Smansa", ucap ririn teriak kegirangan
"huss, jangan ribut. Semua orang pada liatin, malu tau", ucapnya sambil menutup mulut ririn
"eehhh maaf. habis seneng banget sih dicariin sama orang pinter", ucap ririn bangga
"hellehh, stop deh muji-mujinya. Sini deh aku pengen bicara", ucapnya sambil menarik tangan ririn
"hehehe, seneng aku ditarik-tarik sama kamu say", ucapnya oon
"haduhhh, iya iya. Tapi boleh gag kali ini kita serius dikiiiiit aja", pintanya
"mmm, oke oke. kita serius", ucapnya sambil menarik nafas
"ayo, mau ngomong apa", tanyanya serius
"gini nih, mmm langsung aja yah. Boleh gag saya tinggal dirumah kamu selama beberapa hari ini", tanyanya
"whaatt, tinggal dirumahku?", ucap ririn
"iya, emang kenapa?. gag boleh yah?", tanyanya kembali
"haaaaaaaa, yeeeeeaayyyy, ya boleh lah. masa gag boleh. Aku malah seneng banget, idolaku mau tinggal serumah sama aku. Seperti mimpi", terangnya dengan gaya culunnya
"hmmm, mulai deh, hehehee", jawab dyah tertawa geli
"ayok kita kerumah sekarang", ujar ririn
"ya udah, ayok", ucapnya
Dyah lalu menstater motornya lalu bergegas menjauh dari sekolah ririn, dia takut jangan sampai ada orang yang mengenalinya dan melapor pada orang tuanya.
Lima belas menit kemudian, dia sudah sampai di batas jalanan beraspal dan akan memasuki sebuah hutan tempat wisata air panas yang masih jarang dijamah oleh orang karena jalannya yang masih tanah. Untuk sampai kerumah ririn membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit, karena jalanan yang harus dilalui sangat licin. apalagi bila saat hujan melanda, maka jalan ini akan semakin sulit untuk dilewati karena akan berlumpur. Beruntung hari ini matahari sedang terik-teriknya hingga membuat jalan dari tanah tersebut mengering.
Dari jalan tanah tersebut, kita masih membutuhkan waktu 5 menit untuk melewati jalan setapaj menuju rumah ririn. Dan akhirnya sepeda motorpun didorong karena tidak bisa masuk diantara jalan setapak yang dipinggirnya jurang. Perjuangan yang harus dilakukan oleh seorang anak pedalaman untuk bersekolah.
"jalanan kerumah kamu seperti menguji nyali yah, hehehee", ucapnya
"iya, sudah begini deh jadinya", ucap ririn
"terus kalau hujan deras dan jalanan tidak bisa kamu lewati buat bersekolah, bagaimana caranya kamu kesekolah?", tanyanya penasaran
"kalau hujannya dari sore sampai pagi tidak reda, maka sorenya itu saya akan keluar dari rumah diantar sama bapak menuju rumah tante yang ada dikota untuk bermalam disana. Tapi kalau hujannya baru di pagi hari, yah harus tetap dilewati donk", ririn menjelaskan
Akhirnya dia sampai disana lalu tanpa waktu yang lama dia menjelaskan keinginannya untuk tinggal beberapa wakti dirumah ririn kepada orang tua ririn.
"boleh nak, tidak apa-apa. Tapi beginilah rumah ririn, gubuk kecil. kalau mau kesekolah kamu harus mandi disungai pemandian air panas yang berada di bawah sana. karena kami tidak punya kamar mandi untuk mandi nak", ucap ibu ririn
"iya tante tidak apa-apa. yang penting saya sudah diizinkan tinggal disini saja saya sudah berterima kasih", ucapnya.
Lalu dia pamit untuk mengambil tasnya yang dia tinggal di rumah erni dan segera kembali ke rumah ririn.
Sore berganti malam, ternyata suasana dirumah ririn bila malam hari sangat sunyi sekali, hanya terdengar suara jangkrik dan suara air sungai yang mengalir. Penerangan dirumah ririn juga tidak memakai listrik, tetapi memakai lampu minyak tanah yang terbuat dari kaleng bekas susu dan sebuah sumbu yang diisi minyak tanah. Apabila lampunya dinyalakan maka akan menghasilkan asap hitam yang banyak dari pembakaran sumbunya, dan bila hidung dikorek, maka asap hitam tersebut akan banyak menempel didalam saluran lubang hidung. Pengalaman baru yang dirasakannya membuat dia lebih paham arti hidup tiap-tiap orang itu sangat berbeda. Rumah yang orang nampak dari luar hidupnya menderita, malah memiliki kelapangan hati yang luas dan saling menghargai satu sama lain. Pelajaran itu yang dia petik dari kehidupn ririn dan keluarga, bahwa rumah mewah tak selamanya bahagia.