Libur puasa telah dimulai, selama sebulan lebih anak-anak sekolah akan diliburkan dan hanya diberikan tugas selama bulan Ramadhan dari Guru mata pelajaran agama untuk membuat amaliyah ramadhan yaitu kegiatan sehari-hari selama bulan ramadhan mulai dari mengaji, hafalan surah-surah pendek, sholat tarawih dan nama penceramah beserta judul ceramah yang akan ditanda tangani langsung oleh si penceramahnya.
Selama bulan puasa, Dyah melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh Guru Agamanya didalam buku Amaliyah Ramadhan tersebut. Tak satupun luput apalagi dengan nama penceramah dan judul ceramah pada saat akan sholat tarawih. Setelah beberapa minggu berlalu, keluarga Dyah akan mudik ke rumah Embah Dyah yaitu orang tua dari Bapak Dyah dimana Dyah dulu disekolahkan waktu Sekolah Dasar. Senanglah hati Dyah bila menyebut rumah Embah mereka di kota besar itu, karena memang Dyah dan tante-tante dan juga sepupu-sepupunya sangat dekat ketimbang saudara-saudara Dyah yang lain. Makanya pada saat mendengar orang tuanya bahwa mereka akan mudik berlebaran disana, hati Dyah sangat senang.
"akhirnya bisa menghilangkan penat disana", bathin Dyah.
Dyah makin giat bekerja dan mengerjakan tugasnya selama akan berangkat mudik, jauh-jauh hari Dyah sudah menyiapkan bajunya untuk dia pakai bila sudah sempai disana. Tanpa diberi perintah, pakaian Dyah sudah rapih didalam sebuah koper.
Hingga waktunya tiba....
Seminggu sebelum lebaran, mereka sudah berangkat menuju kota tempat Embah Dyah tinggal untuk menghindari kemacetan pada saat mudik. Perjalanan lumayan lama ditempuh dengan mobil, Dyah dan keluarganya berangkat pukul setengah delapan pagi dan tiba di sana tepat pukul enam sore pada saat adzan maghrib berkumandang. Kurang lebih 10 jam perjalanan hingga sampai didepan rumah Embah Dyah, sebenarnya pukul empat sore mereka sudah masuk ke dalam kota tersebut. Hanya saja pada jam-jam seperti itu aktifitas kota semakin padat karena orang-orang mulai pulang kantor atau keluar rumah sekedar mencari takjil untuk berbuka, sehingga kemacetan tak bisa diatasi dengan mudah.
Setibanya di rumah Embahnya, Dyah langsung masuk kedalam gang menuju rumah sang Embah sambil berlari dan berteriak kegirangan layaknya anak-anak yang masih berumur 5 tahun saking senangnya bertemu dengan keluarganya setelah sekian lama berpisah.
"Embaahhhhhh... Saya dataannggg" , teriaknya bahagia sambil berlari
kemudian pintu pagar dibuka oleh wanita tua, lalu dia tersenyum...
"cucuku datang... cucu kesayanganku sudah sampai.. Ita, Nana, Nina ayo keluar ada keponakanmu datang", ucap sang embah memanggil bibi-bibi Dyah.
"heeiiii... ponakanku datang. masuk nak, sana langsung berbuka. Kalian sudah batalkan puasanya?", ucap mami nana sapaan untuk bibi Dyah adik ke Empat Bapaknya.
Mama Ita adik bungsu bapak sedang sibuk didapur mempersiapkan buka puasa Dyah dan keluarga sehingga mama Ita tidak keluar menemui keluarga Dyah.
Yang lain mulai membantu mengeluarkan barang-barang di dalam mobil orang tua Dyah. Dyah lalu menemui bibi Ita didapur dan langsung menyapa juga memeluknya.
"Mama Ita... kangen", ucap Dyah seraya memeluk Mama Ita dari belakang.
"Astaga, ini bocah mengagetkan saja", ucap Mama Ita kaget
"heheheh, maaf mama. Habisnya kangen banget, lama banget baru ketemu lagi", lanjut Dyah
"uuu sayang... Mama juga rindu nak", ucap Mama Ita sambil memeluk ponakan kesayangannya.
"Bapakmu mana?, kamu sudah buka?, makan dulu nak gih", lanjut Mama Ita
Dyah mengangguk pertanda belum berbuka, lalu Dyah duduk di meja makan dan melahap makanan yang sudah disediakan oleh Mama Ita.
"kamu disini dulu yah nak, Mama keluar dulu panggil ibu, bapak dan adik-adikmu untuk berbuka juga", kata mama Ita
"mmmmm", ujar Dyah tak beraturan bicara karena sementara mulutnya terisi makanan sambil mengangguk.
Malam ini dyah tidur bersama Mami Nana di kamar mami di lantai 2. Lalu ibu, bapak dan adik-adiknya berada di kamar tengah dilantai yang sama.
Dyah tertidur sambil memeluk Maminya,
"pasti anak ini rindu pada kami semua, pelukannya sangat terasa kalau dia rindu", bathin mami
Lalu mamipun tidur sambil memeluk tubuh Dyah....
Keesokan paginya....
Sudah pukul delapan, Dyah belum juga bangun. Semua anggota keluarga sudah sarapan dan mandi pagi, hanya Dyah saja yang belum bangun hingga jam segitu.
"Sri, naik keatas lalu bangunkan kakakmu. Jam segini belum bangun juga", ucap sang ibu
"tidak usah kamu bangunkan dia, biarkan saja dia tidur dulu. mungkin dia sangat capek sekali. Biarkan dia bangun sendiri", ucap Embah wedo Dyah
"masalahnya kebiasaan nanti dia mam kalo seperti itu", lanjut sang ibu
"halah sudahlah dia juga butuh waktu istirahat, apalagi kalau dirumah sini banyak orang. Biarkan dia istirahat saja", bela sang embah
Sang ibu tidak berkutik bila mama mertuanya sudah berbicara, karena bila ibunya menyahut maka akan lebih panjang lagi bicaranya ibu mertuanya. Jadi dia lebih baik diam.
Pada saat terbangun, perasaan Dyah sangat tidak enak. Perasaannya mual, kepalanya pusing. Dyah berpikir mungkin masih bawaan perjalanan, mabuk daratan. Lalu Dyah berbaring sejenak sekedar mengenakkan perasaannya. Sekitar sepuluh menit berbaring, lalu Dyah bangun menuju ke lantai bawah.
"makan nak, mama ita mu sudah buatkan sarapan buat kamu", ujar Embah wedonya.
"iya embah", ujar Dyah sambil mengucek matanya.
"ihh, ini anak jorok banget. Cuci muka sana", ujar Mami Nana melihat kelakuan Dyah sambil tersenyum
"hehehe, iya mam", ucap Dyah
Dyah lalu menuju ke kamar mandi untuk mencuci mukanya lalu kembali ke meja makan untuk menyantap sarapannya. Karena kebiasaan Dyah pada saat pagi hari hanya sarapan kue-kue tradisional, maka dia menyantap kue-kue yang telah bibinya persiapkan. Dyah tidak terbiasa sarapan dengan nasi atau mie instan di pagi hari, karena akan membuat perutnya sakit dan mules dan akan membuatnya keluar masuk kamar mandi.
"selesai makan, piring dan gelasmu cuci yah sekalian dengan piring-piring yang lain", ujar sang ibu
"tidak perlu kamu menyuruh anak kamu mencuci, biarkan dia bermain apalagi ini hari libur. Jangan bebankan mereka dengan urusan rumah yang bukan jadi tugasnya", ucap Embah wedo Dyah
Ibu Dyah lalu terdiam, karena merasa tidak sejalan dengan aturan yang dia beri ke Dyah dan aturan yang mertuanya berikan.
"yeesss, asik. merdekalah aku selama disini. Bisa santai-santai gag kerja seperti di runah sana", bathin Dyah
"Tapi mam, nanti dia kebiasaan seperti itu kalo kesini", ucap sang ibu memberi alasan
"jangan, biarkan mereka berkumpul bersama sepupu-sepupunya. Moment setahun setahun sekali mereka bertemu, jangan bebankan dengan pekerjaan yang harusnya kalian lakukan sendiri. Mendidik anak silahkan bila kalian sudah sampai dirumah kalian, tapi selama disini aturan itu jangan pernah kalian gunakan", ujar ibu mertuanya
Ibu dan Bapak Dyah tidak bisa membantah lagi dengan kata-kata orang tuanya. Karena memang Embahnya sangat menyayangi Dyah, apalagi Dyah datang pada saat menjelang hari lebaran otomatis Embahnya tidak akan membiarkan cucu-cucunya kecapekan karena mengerjakan hal-hal yang bukan kerjanya selain bermain atau berkumpul bersama sepupunya.