Chereads / Tegarnya Si semata Wayang / Chapter 23 - Bab 22 Jauh Ku Melangkah

Chapter 23 - Bab 22 Jauh Ku Melangkah

Pertemuan antara Dyah dan Adi semakin intens mereka lakukan. Seakan apa yang kedua orang tua mereka katakan dahulu untuk menjauhi satu sama lain sudah tak mereka patuhi. Mereka terlalu mabuk akan cinta masing-masing dan semakin jauh dalam melangkah. Cinta mereka telah membutakan mata mereka masing-masing, sehingga apapun rintangannya berani untuk mereka hadapi....

Proses mengantar kesekolah tetap sang ayah lakukan seperti biasa di pagi hari. Namun kini sepertinya Dyah lebih banyak beraktifitas kembali kesekolah. Pagi ini upacara hari senin disekolah dilakukan, Dyah datang selalu sebelum waktu upacara dimulai yaitu sekitar 20 menit sebelumnya. Dyah lalu menuju ke dalam kelas untuk menyimpan tas dan buku cetaknya ke dalam laci meja. Dan menunggu sampai bel upacara berbunyi, sambil menunggu waktu upacara dyah kemudian membuka kembali buku tugasnya untuk memeriksa tugas-tugasnya sebelum diberikan ke guru mata pelajaran yang akan masuk di jam pelajarannya sebentar.

Bel upacara lalu berbunyi, Dyah kemudian merapikan kembali buku-bukunya ke dalam tas dan mengambil topi yang akan dia kenakan pada saat upacara lalu keluar menuju lapangan upacara. Nampak diluar sana, guru-guru sudah siap ditempatnya masing-masing. Juga siswa-siswa yang bertugas pun sudah berada pada posisinya masing-masing. Saat ini, Dyah berdiri di barisan paling depan dan berada disamping pemimpin kelas. Pagi ini matahari Dyah rasakan sangat terik dikulitnya, namun Dyah tetap melanjutkan upacara seperti hari-hari senin yang lalu.

Setengah jam sudah berlangsung upacara bendera, dan bendera sudah di naikkan. Sudah nampak beberapa siswa satu persatu mulai pingsan dan dibawah masuk kedalam kelas oleh panitia Palang Merah Remaja Sekolah. Susunan acara selanjutnya adalah amanat pembina upacara, dan pada saat amanat yang dibawakan oleh kepala sekolah sedang berlangsung tiba-tiba Dyah merasa pusing, lalu Dyah meminta teman yang dibelakang barisan untuk mengisi barisan didepan karena Dyah akan mundur kebelakang. Pada saat Dyah berjalan kebelakang, tiba-tiba penglihatannya mulai gelap dan beruntung pada saat Dyah hampir terjatuh temannya langsung menariknya dan membawanya kedalam kelas untuk beristirahat.

"seumur-umur baru rasa perasaan seperti ini, ternyata begini yah rasanya pingsan?", ujarnya dalam hati sambil berbaring diatas kursi dalam kelas.

"kok bisa yah saya seperti ini?!, apa mungkin karena tadi pagi sarapannya kurang banyak kali yah", pikirnya sambil menutup mata dan menghirup bau minyak kayu putih.

Dan setelah agak enakan, Dyah lalu duduk bersandar ke depan meja sambil menunggu upacara selesai.

"jangan paksakan ikut upacara lagi yah kalo tidak mampu berdiri lama panas-panasan", ucap tim kesehatan

"beruntung bukan saya yang jadi tim kesehatan, kalo saya jadi timnya masa penolong yang ditolong", ujarnya bercanda pada teman tim jaganya

"iya juga yah, kan lucu jadinya. heheehe", sambung teman jaganya tersebut

Upacara telah selesai dilakukan, semua telah bubar dan siswa-siswa yang tadi kurang enak badan disuruh beristirahat ke dalam ruang UKS. Kemudian Siswa dan siswi yang lain dipersilahkan memasuki ruang kelas untuk memulai mata pelajaran pertama...

Setelah kurang lebih satu jam Dyah beristirahat, lalu Dyah menuju ke dalam kelasnya untuk mengikuti mata pelajaran yang sedang berlangsung. Dan tak terasa bel pulang berbunyi, seperti biasa Dyah pulang tanpa jemputan dari sang ayah dan akan jalan kaki untuk bisa sampai ke rumahnya. Namun beberapa waktu belakangan ini, Dyah tak khawatir karena ada Adi yang selalu menemani perjalanannya sampai ke persimpangan rumahnya bersama kawannya Abdi. Bahkan Dyah merasa perjalanan pulangnya terlalu cepat sampai dirumah saking asyiknya berbincang dengan Adi dan Abdi.

Lalu sampailah Dyah di simpang depan rumahnya kemudian Dyah masuk lalu berganti baju kemudian makan. Setelah makannya selesai, biasanya Dyah langsung masuk kamar dan tidur siang. Tapi kali ini berbeda, setelah makan Dyah akan segera menuju ke koridor rumah sakit yang berada di dekat rumahnya untuk menemui Adi dan Abdi yang sedang duduk-duduk menunggu kedatangannya.

"kalian tidak pulang? kenapa masih disini?", tanya Dyah

"sebentar lagi kok, malas soalnya dirumah. Soalnya kakak-kakakku pada ngumpul kalo jam segini. Biar deh kami baring-baring di kursi tunggu Rumah Sakit ini", jawab Adi.

"waduh, kasian juga kamu", ujar Dyah

Mereka cukup lama terdiam satu sama lain, Adi dan Abdi nampaknya sudah tertidur dan Dyah duduk tak jauh dari mereka tertidur. Pada saat Dyah duduk bersandar di kursi tunggu Rumah Sakit tersebut, Dyah nampak aneh melihat perutnya yang mulai membuncit. Dyah berpikir saat itu mungkin hanya masuk angin karena akhir-akhir ini malas makan dan tidak suka mencium segala macam bebauan.

"eh kalian, saya pamit pulang yah soalnya mau pergi kerja tugas sebentar sore", ucap Dyah

"ok, hati-hati yah", ucap Adi

"kalian mau sampai kapan tiduran begini disini, entar ada satpamnya loh yang usir kalian", ucap Dyah kembali

"heheheh, enggak kok. bentar lagi, nih juga mau duduk supaya gag ditegur sama si satpam kalo lewat sini, hehehee", ucap Adi kembali.

"okelah, saya pamit dulu yah", Dyah lalu pulang kembali kerumahnya yang berada sangat dekat dengan Rumah Sakit itu

Pukul 15.30 Dyah mulai siap-siap untuk pergi kerja kelompok setelah selesai sholat ashar. Baju mulai dia kenakan, kemudian celana. Pada saat dia ingin mengancing resleting celananya, Dyah nampak kesulitan menutupnya. Masih dengan pemikiran yang sama, dan tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi Dyah lalu mengabaikannya dan mengganti celananya dengan celana yang agak besar kemudian bersiap-siap berangkat. Pada saat pamit kepada orang tuanya kemudian sang bapak kembali memberi kunci motor kepada Dyah.

"pakailah motor itu, supaya kamu tidak lewat maghrib sampai dirumah", ucap sang bapak

"tidak usah pak, sebentar si nurul akan menjemput", ujar Dyah

"oh bapak kira kamu mau jalan. Hati-hati", sambung sang bapak

"iya pak", sambung Dyah

"piiiiip.... piiiippp.... piiiiiiipppp". Terdengar suara klakson motor dari pinggir jalan depan rumah Dyah, terlihat dari kejauhan nurul sudah berada didepan menjemput Dyah.

"saya pamit pak, bu. Nurul sudah tiba", terang Dyah

"ya, cepat pulang. Kalo sudah selesai tugasnya, langsung pulang. Jangan keluyuran", sambung sang ibu.

Dyah lalu berjalan ke arah Nurul dan berangkat ke rumah teman yang sudah disepakati buat kerja tugas mereka. Setibanya mereka di rumah Ika tempat mereka kerja kelompok, teman-teman mereka sudah lumayan banyak yang datang. Supaya waktunya maksimal buat mengerjakan tugas, akhirnya mereka memulai untuk berdiskusi tentang tugas yang telah diberikan oleh guru mata pelajarannya. Tidak seperti biasanya, kali ini Dyah hanya sebagai anggota dan tidak terlihat aktif dalam berdiskusi dan mencari jawaban-jawaban tugas. Dyah terlihat sangat lesu dan pucat, jadi dia menyerahkan jawaban-jawaban pada teman-teman kelompok yang lain buat mereka cari bersama.