Setelah kejadian tadi, Skay langsung kembali ke tenda. Sebenarnya tadi ia sempat berkeliling mencari keberadaan Yula dan yang lain, namun tak kunjung menemukan keberadaan mereka. Ternyata mereka semua sudah kembali ke tenda, sampai di tempat tenda Skay melihat anggota yang lain membangun beberapa tenda lagi.
Skay duduk di sebelah Yula, ia minum air pemberian Kenzo tadi yang entah mengapa ia bawa sampai sekarang. Ia haus sekarang, apalagi cuaca cukup panas. Di sini jika panas ya panas banget, jika dingin ya dingin banget. Pokoknya masing-masing musim ada plus minusnya. Kita tinggal enjoy saja tinggal di sini.
"Kamu tadi ngapain sama ketua Dark Wolfe?" tanya Yula dengan nada berbisik.
"Panggil dia Kenzo, orang seperti Kenzo tak pantas di panggil dengan sebutan ketua," balas Skay sebal.
"Yaudah deh, gimana tadi kamu sama Kenzo?" tanya Yula mengulang kembali pertanyaan.
"Ya enggak bagaimana-bagaimana," jawab Skay.
"Maksdunya tadi kamu ngapain aja, lama banget deh perasaan," ucap Yula.
"Tubuh kamu juga harum, dan aku yakin jika ini bukan bau parfum kamu," imbuh Yula.
Skay terdiam, ia melepaskan maskernya dan mencium tubuhnya. Benar apa yang Yula katakan, mengapa ia bau tubuh Kenzo? Seingatnya ia tak sebegitu dekat itu kepada Kenzo tadi. Skay menghela nafas pelan, ia jadi teringat tentang Kenzo. Apalagi mayat yang di awet kan itu.
Jujur, ini kali pertama ia melihat benda seperti itu. Tangan yang terbakar secara langsung, ia pikir tadi hanya cairan bisa saja. Ternyata itu cairan mematikan, bahkan bentuknya seperti air putih biasa. Ia menghirup nafas dalam-dalam dan menceritakan sedikit kejadian tadi kepada Yula.
"Tapi kamu enggak diapa-apain sama Kenzo' kan?" tanya Yula memastikan saat Skay berhenti bercerita.
Skay menggeleng. "Enggak sih, tapi aku enggak habis pikir aja ada orang sebejat Kenzo," ujarnya.
"Dia ilmuwan, pantas melakukan perbuatan itu," balas Yula.
"Tapi enggak membuat orang lain menderita, kamu kenapa sih malah kayak belain Kenzo?" tanya Skay.
"Siapa yang belain, aku enggak belain dia sama sekali," balas Yula.
"Maaf udah bentak kamu," ujar Skay merasa bersalah.
Yula pun tersenyum, ia akui kata-kata yang ia ucapkan salah. Jadi wajar saja jika Skay marah kepada dirinya, meraka berdua memutuskan untuk membantu pekerjaan yang belum selesai. Skay membantu memunguti sisa-sisa sampah, ia juga turut membantu memasang karpet anti air di dalam tenda.
Yula sendiri tengah memegangi tangga salah satu anggota laki-laki tengah mengecek apakah tenda bocor atau tidak. Semuanya bekerja sama tanpa memilih pekerjaan yang ada, mereka sangat kompak sekali. Saling bahu membahu agar ini semua cepat selesai.
"Mifta, tolong kamu siapin minuman buat mereka ya, ambil galon air di tenda khusus makanan," ujar Skay menyuruh salah satu anggota perempuannya.
"Baik ketua," jawab orang yang bernama Mifta itu.
"Untuk kamu tolong pasang tempat tidurnya. Tenda ini besar jadi kemungkinan besar bisa muat 10 sampai 12 tenda," ucap Skay.
"Baik, ketua."
"Saya keluar dulu, kalau ada apa-apa hubungi saya saja," pamit Skay.
Skay keluar dari sini, ia melihat banyak pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan. Teman-temannya yang lain pun sudah bersantai sembari menikmati air putih, mereka bercengkrama dan ia senang melihat hal itu. Skay termenung, ia jadi teringat markas milik Kenzo. Pasti membangun bangunan itu membutuhkan dana yang sangat banyak.
Lantas dari kapan bangunan itu bangun? Apakah membutuhkan waktu yang lama untuk membangunnya? Aish, ia lupa jika teknologi semakin canggih. Pasti Dark Wolfe membuat ini dengan teknologi canggih, dan juga dengan waktu yang tepat. Ia tak tak kalah hanya karena mereka memiliki markas yang besar.
"Yuk kita buat makan siang," ajak Skay.
"Ketua, kita masak apa?"
Skay tampak berpikir sejenak. "Kita masak mie goreng aja agak banyakan, nanti sisanya di bungkus. Saya mau bagi-bagi ke warga sekitar sini, oh iya jangan pedes-pedes ya," jelasnya.
"Baik Ketua, lagi pula kita bawa wadah kecil banyak nanti kita bisa bagi-bagi pakai wadah itu."
Skay tersenyum lalu mengangguk. "Yaudah yuk, kita harus masak air dulu. Nanti kalian panggil yang laki-laki suruh angkat galon," suruh Skay.
"Di mana kita masaknya?"
"Kita masak di bawah pohon sana, ada kompor portabel yang saya bawa dari rumah. Kita pakai itu saja, lagian enggak memungkinkan untuk pakai kayu bakar," ungkap Skay.
***
Kenzo berada di dalam markas, di depannya sudah ada beberapa macam makanan. Ia mencoba untuk makan sekarang, sebab tadi waktu Skay di sini ia bisa memasukkan roti ke dalam mulutnya dan ia berhasil makan dengan normal. Di sini, di meja makan sudah ada Dokter Edward seorang.
Tije dan yang lain entah pergi ke mana ia tak tau, dan ia juga tak peduli dengan keberadaan mereka. Entah mengapa kali ini ia tampak ragu-ragu untuk makan, entah mengapa ia tak nafsu makan padahal perutnya amat sangat lapar. Sampai akhirnya ia mencoba menyuapkan satu suap makanan ke dalam mulutnya.
"Coba telan," titah Dokter Edward.
Kenzo menelannya, namun makanan itu seolah meminta untuk dikeluarkan lagi. Ia mencoba untuk minum namun tetap saja, dirinya bergegas menuju wastafel dan muntah detik itu juga. Sial! Mengapa semua ini terjadi kepada dirinya?
"Tadi saya bisa menelan roti waktu Skay berada di sini," umar Kenzo.
"Skay? Pemimpin Dexstar?" tanya Dokter Edward memastikan.
Kenzo mengangguk pelan. "Dia yang menyumpahi saya dan membuat saya seperti ini," ujarnya dengan dengan nada marah sekaligus sebal.
"Jangan menyalahkan dia, mana mungkin dia menyumpahimu tak bisa makan. Itu terdengar konyol," ungkap Dokter Edward menyangkal apa yang Kenzo ucapkan.
"Terserah, setiap kali saya menjelaskan anda tak percaya," ujar Kenzo yang mulai jengkel dengan dokter itu.
"Sekarang akan saya buktikan, panggil Skay ke sini dan saya bisa makan dengan tenang," imbuh Kenzo lalu pergi dari sini.
Dokter Edward menghela nafas pelan dan tersenyum paksa, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya. Ia menoleh ke samping dan mendapati Vito yang merangkulnya dengan alis naik turun. Vito benar-benar mengejek dirinya karena suruhan Kenzo tadi.
Detik itu juga Tije datang dari luar, dia tampak bingung melihat wajah kusut milik Dokter Edward dan juga Vito yang senyum-senyum sendiri. Apalagi posisi mereka yang berangkulan bagai sahabat sejati. Lantas Tije mendekat ke arah mereka berdua, matanya menatap satu persatu dari atas sampai bawah.
"Kalian kenapa?" tanya Tije.
"Kenzo suruh saya bawa pemimpin Dexstar itu ke sini," jawab Dokter Edward.
"Memangnya kenapa?" tanya Tije.
"Dia akan membuktikan selama ini ketidak percayaan kita. Jadi kalian ikut saya!" ujar Dokter Edward.
"Enggak!" jawab Tije dan Vito berbarengan.
"Saya akan lapor kepada Kenzo kalau–" ucapan Dokter Edward terpotong.
"Iya kita ikut!" potong Tije dan Vito cepat.