Skay berada di dalam rumahnya, di umurnya yang menginjak 23 tahun ia masih tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Rumah ini tak terlalu besar, namun lebih dari cukup sebab yang tinggal di rumah ini hanya 4 orang saja. Ia dan sekeluarga berasal dari sebuah desa yang kini sudah hancur rata dengan tanah.
Dengan kerja keras kedua orang tuanya, rumah ini berhasil berdiri walapun ia sudah tak lagi bisa hidup di desa dan harus beradaptasi dengan lingkungan kota. Susana tak seperti dulu, semua berubau sebab orang munafik itu. Sekarang ia berada di kamar, menyiapkan segala keperluan untuk keberangkatan ke Desa Komora.
"Bawa apalagi ya," gumam Skay.
Koper cukup besar ia isi dengan makanan berbentuk kecil yang tentunya mengenyangkan. Juga minuman-minuman untuk persediaan, semoga masalah di Desa Komora bisa selesai cepat dan ia bisa kembali ke rumah secepatnya.
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, masuklah Yula dengan menyeret koper hitamnya. Yula memang tinggal di sini dan kedua orang tua Skay tak pernah mempermasalahkan jika ia membawa sahabat di rumah ini dan tinggal bersama.
"Apa isi di dalamnya?" tanya Skay kepada Yula.
"Baju-bajuku dan juga keperluanku selama di sana," jawab Yula.
"Bagaimana kalau kita berangkat markas sekarang?" saran Yula.
Skay mengangguk, ia berdiri dan mengambil jaket. Mereka berdua keluar dari dalam kamar. kini mereka sudah berada di dalam mobil, Yula yang menyetir sedangkan Skay berada di samping kemudi. Yula dan Skay hanya berbeda 1 tahun saja, lebih tua Yula dibanding Skay.
Mereka selalu bersama-sama, bahkan mereka berdua lah yang mendirikan Dexstar. Susah senang pasti mereka lalui bersama, kedua orang tua Yula meninggal. Alhasil sekarang Yula menjadi bagian dari keluarga Skay.
"Situasi di desa Komora sekarang bagaimana?" tanya Skay kepada Yula.
"Mereka ketakutan dan tak berani keluar rumah, ada robot yang mengeluarkan semacam cairan berasap. Bahkan mereka makan apapun yang bisa di makan di dalam rumah," jawab Yula.
"Berita tentang rumah mereka yang dilapisi kain hitam benar adanya?" tanya Skay memastikan.
"Benar. Cahaya matahari tak bisa masuk ke dalam rumah, mereka hidup dalam kegelapan dan ketakutan," jelas Yula.
"Anak-anak di sana tak akan tertekan, aku ingin sekali secepatnya berada di sana dan menyelamatkan mereka semua," gerutu Skay.
"Kita tak bisa secepat itu, kita juga memiliki jadwal untuk berangkat ke sana. Lagi pula kita harus mempersiapkan semuanya," balas Yula.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan gedung cukup besar, yang di atasnya tertulis lambang Dexstar. Tempat inilah yang dipakai Dexstar untuk melakukan semua kegiatan yang berkaitan dengan kemanusiaan. Segera Skay dan Yula masuk ke dalam setelah memikirkan mobil di tempat semestinya.
Mereka masuk ke dalam salah satu ruangan tempat berdiskusi, di sana sudah perwakilan dari anggota kelompok Dexstar. Perwakilan itu nanti yang akan menyampaikan hasil dari diskusi ini kepada anggota Dexstar yang lain. Jika anggota berada di sini, maka tak cukup juga akan bising nantinya.
"Saya meminta masing-masing dari kelompok menuliskan apa yang dibawa, hal ini bertujuan supaya tidak adanya barang dobel yang dibawa. Juga semua barang ke bawa oleh masing-masing anggota," jelas Skay yang saat ini duduk di kursi pemimpin.
"Izin menyampaikan sesuatu pemimpin."
"Silahkan," balas Skay menatap orang yang baru saja meminta izin itu.
"Di sana ada radiasi yang berbahaya, apakah pemimpin ada saran untuk mengatasi masalah ini? Terima kasih sebelumnya."
"Pertanyaan yang bagus! Saya sudah menyiapkan beberapa jenis pelindung diri yang tak akan memakan tempat di dalam koper. Masing-masing anggota mendapatkan 5 pakaian pelindung diri. Pakaian itu bisa tahan selama 10 hari," jelas Skay.
"Satu lagi, jika pakaian itu tak berfungsi maka lama kelamaan akan menyusup! Kita memakainya jika radiasi tak mampu diterima oleh kulit kita," tambah Yula.
Mereka semua mengangguk pertanda paham dengan apa yang jelaskan oleh Skay dan Yula. Mereka di sini tak hanya melakukan kegiatan kemanusiaan, namun juga bekerja demi kehidupan masing-masing anggota juga supaya Dexstar semakin besar.
Mereka semua dibayar oleh Skay dengan jumlah yang fantastis, sebab orang-orang hebat yang bisa masuk ke sini. Juga mereka melalui serangkaian tes, Skay dan Yula tak main-main dalam menerima anggota baru. Dexstar disegani di setiap penjuru dunia.
"Jangan sampai kita di sana kelaparan."
"Kalian tenang saya, anggota kita ada yang membuat makanan padat. Kita bisa makan satu kali namun kenyang satu hari."
"Saya semakin bangga berada di komunitas ini. Semua orang melakukan tugasnya masing-masing, sungguh luar biasa dalam membela mereka yang tertindas."
"Kita sudah menyelematkan banyak orang dari kesengsaraan, semua yang kita ciptakan semata-mata untuk menyelamatkan mereka semua."
"Ya! Saya berharap misi di desa Komora berhasil."
Skay yang mendengar percakapan anggotanya merasa terharu, mereka mengutamakan kepentingan bersama dari kepentingan pribadi. Bahkan beberapa misi banyak anggota yang kehilangan nyawa, namun mereka sama sekali tak takut akan hal itu.
Tanpa sadar air matanya turun, segera ia mengusapnya dengan tisu. Senyum tulus terukir di wajahnya, senyum yang hanya ditujukan oleh anggotanya saja. Jika di luar ia akan menjadi pribadi yang pendiam dan hanya berbicara seperlunya saja.
"Ari," panggil Skay kepada salah satu anggotanya.
Ari berjalan ke arah Skay. "Iya?"
"Sudah kamu ketik data-data mereka yang akan ikut ke desa Komora?" tanya Skay.
"Hampir selesai, saya menuliskan data-data semuanya lengkap tanpa terkecuali. Saya hanya butuh tanda tangan dari pemimpin saja."
Skay mengangguk paham. "Beritahu Dexstar yang ada di negara timur untuk tetap berjaga sewaktu-waktu kita membutuhkan bantuan mereka," ujarnya.
"Baik, ada lagi yang ingin pemimpin sampaikan?"
Skay menggeleng, Ari pun pergi dari hadapan Skay. Sedangkan Skay memilih untuk melihat-lihat berita dari laptopnya, semua anggota melaksanakan tugas-tugas yang belum usai. Entah mengapa ia teringat dengan laki-laki yang dirinya sumpahi kemarin.
Rasanya sangat janggal dengan sumpah itu, mengapa ia merasa akan terjadi? Itu tak mungkin, mana mungkin manusia tak mau makan dan berakhir mati. Tapi kalau mati tak apa, lagi pula ia tak kenal dengan laki-laki itu. Semoga ia tak bertemu dengan laki-laki itu, dan dia tak meminta sumpah yang dirinya katakan dicabut kembali.
"Skay? Kenapa bengong?" tanya Yula yang merasa aneh dengan sikap Skay.
"Ceritanya di rumah," jawab Skay berbisik sebab ia tak mau mengganggu mereka yang lagi fokus.
"Oke," jawab Yula lalu kembali fokus kepada pekerjaannya.
"Semoga aku enggak bertemu lagi sama laki-laki sombong itu!" do'a Skay dalam hati dengan nada penuh harap. Tak ada salahnya berdo'a demi kebaikan.