Chereads / Terikat Tuan Ilmuwan / Chapter 3 - TENTANG KENZO MANUEL

Chapter 3 - TENTANG KENZO MANUEL

Kenzo Manuel Gutara, nama lengkap pria yang berstatus sebagai seorang ilmuwan hebat. Menjadi keturunan Gutara satu-satunya yang menjadi ilmuwan. Hidup sendiri tanpa kekasih ataupun keluarga, di rumah mewah ini hanya ada dirinya juga pembantu rumah tangga yang akan pulang ketika hari menjelang sore.

Saat ini ia berada di ruang bawah tanah rumah ini bersama dengan seorang laki-laki yang menjabat sebagai asisten pribadinya. Di sini ada beberapa ruang bersekat, yang bisa disebut dengan sebuah penjara? Terdapat beberapa manusia dengan kondisi mengenaskan. Sebagai di antara mereka tak sadarkan diri dengan kulit yang hampir menmpel dengan tulang.

"Kau mulai membunuh mereka sekarang?" tanya asisten pribadi Kenzo yang bernama Tije.

"Mencoba alat ini tak ada masalahnya bukan?" tanya Kenzo.

Tije bergidik ngeri mendengarnya, sekarang di tangan Kenzo sudah ada alat yang dibuat oleh anggota Dark Wolfe kemarin. Alat ini berbentuk seperti tembakan, bukan peluru isinya namun berisi semacam cairan yang dibalut besi kecil. Besi itu akan masuk ke dalam tubuh manusia dan meleleh menyebarkan isi di dalamnya.

"Bangunkan mereka secara paksa!" titah Kenzo.

Tije mengangguk singkat, ia berjalan ke arah salah satu tahanan yang sedang tidur. Di tangannya kini sudah ada tongkat. 2 pukulan berhasil membuat dia terbangun. Kenzo menyeringai, ia berjalan ke arah tahana itu. Di arahkan pistol itu ke depan.

Dor

Sepersekian detik berburu berhasil menembus jantung tahanan itu.

"PANAS TOLONG!"

"ARGHH BUNUH AKU!"

"HENTIKAN! KUMOHON INI SAKIT!"

"KALIAN SEMUA BAJINGAN! LEPASKAN SAYA ARGHH!"

Berbagai macam teriakan Tije dan Kenzo dengar namun tak membuat mereka menolong atau sekadar kasihan. Beberapa detik kemudian tahanan itu mati dengan tubuh berwarna membiru. Kenzo tertawa saat mengetahui alat ini berfungsi seperti apa yang dirinya harapkan.

Ia keluar dari dalam penjara bawah tanah bersama dengan Tije, tak lupa melepas baju yang terkena bercak darah. Mereka berdua berjalan menuju laboratorium yang memang tersedia di rumah ini. Kenzo masuk terlebih dahulu, ia memakai masker dan sarung tangan medis.

"Bacakan kabar terbaru dari Dexstar!" titah Kenzo yang saat ini tengah melihat sesuatu dari mikroskop.

"Mereka salah satu organisasi yang tak takut dengan anda. Pemimpinnya bernama Skay Alulasya Rofanka, dia berumur satu tahun di bawah anda. Mempunyai misi untuk menggagalkan rencana kita di desa Komora," jelas Tije.

"Lanjutkan!" balas Kenzo.

"Korban dari penghancuran desa di salah satu negara bagian barat bumi. Peristiwa itu membuat dia bertekad membentuk Dexstar dari bawah dan sekarang memiliki anggota dari segala penjuru dunia," ungkap Tije.

"Hentikan perjalanan mereka dan buang segala macam perlengkapan mereka!" suruh Kenzo.

Kenzo bangkit dari posisinya, ia membawa jarum suntik yang sudah diisi oleh obat cair. Ia membuka bajunya setengah dan menyuntikkan cairan itu di perut bagian kiri. Setelahnya ia membuang suntikan itu ke tempat sampah yang bisa menghancurkan barang.

Kenzo duduk bersender di kursi, ia melepas maskernya dan memejamkan mata. Sedangkan Tije heran dengan apa yang Kenzo lakukan. Tak biasanya dia menyuntikkan cairan ke dalam tubuhnya sendiri. Lantas ia berdiri di depan Kenzo dan membuka sedikit bajunya, ada bekas jarum di sana.

"Cairan apa yang kau minum?" tanya Tije.

"Akhir-akhir ini saya tak bisa memasukkan makanan ke dalam tubuh saya. Sengaja saya memberi makanan cair lewat luar ke dalam tubuh saya," jawab Kenzo.

"Dosis yang kau gunakan .... " Tije sengaja menggantungkan ucapannya.

"Lebih banyak dari yang Dokter Edward anjurkan," jawab Kenzo tanpa beban sama sekali.

"Gila!" maki Tije.

Ia tak habis pikir dengan pikiran Kenzo, bahkan dia sangat santai tak bisa makan dan minum. Sedangkan Kenzo sendiri juga merasa aneh dengan tubuhnya. Ia tak selera makan apapun jenisnya, jika ia tak makan maka tubuhnya akan cepat drop. Mungkin untuk sementara waktu ia akan menyuntikkan cairan makanan di perutnya.

"Tetap di sini, saya akan keluar sebentar. Pantau terus Desa Komora, jangan sampai ada orang asing masuk ke sana. Jika ada segera kabari saya!" ucap Kenzo panjang lebar.

"Ya!" jawab Tije seadanya, ia mematuhi segala perintah yang Kenzo tujukan kepada dirinya tanpa terkecuali.

Karena merasa sudah tak ada kegiatan lagi di sini, Kenzo keluar. Ia berjalan menuju sebuah ruangan yang hanya dirinya bisa masuk ke dalam. Sesampainya di dalam ia melihat seorang perempuan paruh baya dengan alat-alat medis melekat di tubuhnya.

"Mama kapan bangun? Ken kangen banget sama mama," lirih Kenzo seraya berjalan menghampiri perempuan itu.

"Ken mau sama mama, 5 tahun bukan waktu yang yang mudah hidup tanpa mama," imbuh Kenzo.

Perempuan itu ialah mamanya, 5 tahun koma dan sekarang ia masih berusaha membangunkan mamanya. Keluarganya tak tau jika mamanya masih ada di sini, mereka hanya tahu jika mamanya sudah meninggal dan juga sudah di makamkan.

Berbagai alat canggih ia ciptakan berharap mamanya bisa bangun, namun dari sekian banyak alat itu tak ada yang berhasil satu pun. Tujuannya menjadi ilmuwan salah satunya untuk menyelamatkan nyawa mamanya.

"Ken capek ma, hidup Ken diisi dengan membunuh orang. Ken tau kalau mama enggak suka Ken jahat, tapi Ken harus ngelakuin itu. Maafin, Ken, ma," lirih Kenzo di akhir.

Ia menggenggam erat tangan mamanya yang kini kurus dan putih pucat. Usapan lembut ia rindukan setip hari, bahkan setiap detik. Ia rindu dengan semua ini, puas memandangi wajah mamanya, ia bangkit dari posisinya dan berjalan menuju sudut ruangan.

Ia menyingkap korden hingga masuklah sinar matahari yang menyilaukan. Ia berjalan menjauh dari jendela, lalu dirinya duduk di sofa dengan mata terpejam. Memikirkan kesehatan mamanya membuat ia pusing, bahkan setiap malam ia membuat berbagai macam jenis obat.

Berharap dengan itu mamanya bisa terbangun dari tidur panjangnya. Tiba-tiba hpnya berdering, ia mengambil benda pipih itu dari dalam saku dan menaruhnya ke samping telinga setelah menekan salah satu tombol.

"Selamat siang, Tuan di suruh untuk segera datang ke mansion utama."

"Ada keperluan apa?" tanya Kenzo dengan intonasi datar.

"Saya tidak mengetahuinya, lebih baik tuan segera datang."

"Saya ada urusan yang tak bisa ditinggal!" balas Kenzo.

"Maaf, untuk kali ini Tuan besar menyuruh anda untuk datang tanpa ada penolakan!"

Tut

Tut

Tut

Kenzo mematikan teleponya secara sepihak, ke tempat seperti itu lagi? Bahkan ia tak sudi ke sana, namun mau tak mau ia harus datang ke neraka yang sesungguhnya. Segera ia keluar dari ruangan tempat mamanya dirawat, tak lupa mencium kening mamanya cukup lama.

"Cepat bangun, Ken nunggu mama," gumam Kenzo lalu benar-benar pergi dari sana.