Skay sudah sampai di hotel sejak 1 jam yang lalu, ia tengah melihat kembali barang-barang bawaan yang akan ia bawa nanti ke Desa Komora. Keberangkatan pertama hanya 25 anggota saja yang ikut, sisanya dibagi dalam beberapa sesi. Ada pula yang bergantian dengan anggota yang lain.
Rencananya ia akan berangkat ke Desa Komora melihat situasi yang ada di sana bagaimana, untuk sementara yang ke sana hanya dirinya dan Yula. Sengaja ia tak menyuruh anggotanya untuk istirahat, pasti mereka sangat capek belum lagi mempersiapkan barang-barang tadi malam.
"Ra, nanti kamu jaga di sini. Saya sama Yula akan berangkat ke sana sekarang, jika di sini terjadi apa-apa hubungi saya!" ujar Skay kepada salah satu anggotanya yang berjenis kelamin perempuan.
"Iya, kalian berdua hati-hati."
Skay dan Yula menganggukkan kepala. "Kita pergi dulu," pamit Skay.
Skay dan Yula pergi dari sini, mereka berjalan beriringan. Sesampainya di luar hotel mereka menaiki motor menuju Desa Komora, karena Yula tak bisa membawa motor alhasil Skay lah yang mengendarainya. Selama diperjalanan mereka sama sekali tak bisa mencium udara segar.
Sebab, di sini udaranya sudah tercemar. Kurang lebih 1 jam kemudian mereka telah sampai di depan pembatas yang bertuliskan "DESA KOMORA" setelah memikirkan motor mereka turun dan mulai masuk ke dalam desa. Untung saja mereka memakai masker khusus yang bisa memberikan aroma segar 2 lapis.
"Udara di sini berwarna hitam," ujar Yula sembari melihat sekeliling.
"Ya, di sini sangat sepi, ke mana mereka?" tanya Skay.
"Seperti tak ada kehidupan sama sekali, hanya ada suara bising yang entah dari mana asalnya," jelas Yula.
"Ini suara asalnya dari tempat yang tak jauh dari sini, atau jangan-jangan di sekitar sini dibangun markas Dark Wolfe?" tanya Skay.
"Markas mereka jauh dari sini," balas Yula sedikit tak yakin.
"Tapi suara ini bising, jika tak ada markas mereka kenapa masyarakat di sini tak ada?" tanya Skay yang membuat Yula terdiam.
Duar
Yula dan Skay menutup telinga mereka rapat-rapat setelah mendengar suara itu. Ledakan? Asalnya dari mana? Tanpa menunggu berlama-lama lagi Skay berlari, Yula meneriaki agar Skay berhenti namun tak digubris oleh dia. Pada akhirnya Yula berlari menyusul Skay.
Sedangkan Skay berdiri di atas tanah, di bawah sana ia melihat kepulan asap dan segerombolan orang-orang. Mereka memakai masker dan tampak mengerumuni sesuatu yang baru saja meledak. Di depannya seperti sebuah kolam raksasa tanpa air yang terbuat dari hamparan tanah.
Dengan tekat yang kuat Skay turun walaupun harus seluncuran dengan tanah namun tak apa, ia akan tetap melaluinya.
"WOI! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!" teriak Skay sembari berjalan ke arah orang-orang itu.
"Lepas!" berontak Skay saat beberapa orang di antara mereka mencekal tangannya.
"Berani-beraninya kau berada di sini!" Suara serak dingin itu menyapu indra pendengaran Skay.
"Lepas si*l*n!" bentak Skay.
"Pergi dari sini!" suruh Kenzo.
Ya, Kenzo dan anggotanya baru saja meledakkan sesuatu yang mengeluarkan gas racun, dan akan racun itu akan bekerja selama 2 jam ke depan. Tenang saja, gas racun itu sama sekali tak mematikan. Hanya saja bisa membuat orang batuk keras jika tak mengenakan masker.
Skay melihat efek dari ledakan itu, memang suaranya tak terlalu besar namun tanah di sekitar retak juga rumah di atas sana tembok ikut retak. Ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran orang-orang di depannya ini. Bahkan dari balik masker mereka, ia bisa melihat raut wajah santai.
"Efek sesuatu yang kalian buat ini berbahaya! Jadi stop membuat hal yang tak berguna seperti ini!" ujar Skay dengan suara pelan namun penuh penekanan.
Prok
Prok
Prok
Kenzo tepuk tangan dan berdiri di sebelah Skay. "Skay, ketua Dexstar. Pertemuan kita secepat ini' kah?" tanya Kenzo dengan raut wajah mengejek.
"Memangnya kenapa? Kau ketua mereka? Anggota perusak desa dan kalian semua enggak berguna!" balas Skay tanpa beban sama sekali.
"Cewek, berani banget, songong pula," sahut Vito di belakang sana.
"Kalian semua pikir saya takut? Kalian hanya sampah yang harus dimusnahkan! Pintar otak namun hati tak berfungsi!" cecar Skay.
Tiba-tiba saja Kenzo menarik tangan Skay, hampir saja Skay limbung ke samping untuk saja dia bisa menyeimbangkan tubuhnya. Kenzo manarik tangan Skay menjauh dari mereka, hingga akhirnya Kenzo membenturkan tubuh Skay ke gundukan tanah. Jantung Skay berdetak lebih cepat dari biasanya.
Ia berada tepat di depan Kenzo, tangan Kenzo berada di pundaknya menekan kuat sampai-sampai ia tak bisa bergerak sedikitpun. Dirinya takut jika Kenzo berbuat hal-hal di luar akal, ia dapat melihat jelas siluet mata Kenzo yang tajam dengan alis tebal. Dia menakutkan dan aku baru pertama kali bertatapan secara langsung dengan dia.
"Sebentar lagi komunitas mu itu akan hancur di tanganku," ujar Kenzo.
"Tak akan bisa! Kau yang hancur!" balas Skay lalu mendorong dada Kenzo hingga membuat dia terhuyung ke belakang.
Kenzo melepaskan maskernya. "Masih ingat dengan saya?" tanyanya sembari berjalan ke arah Skay dengan senyum mengerikan.
"Kau? Bagaimana bisa?" tanya Skay nyaris seperti gumaman.
Saat ingin lari tiba-tiba tangannya di cekal oleh Kenzo. "Cabut sumpahmu itu atau kau tau akan akibatnya!" tekan Kenzo.
Skay menelan ludahnya susah payah, ia tak menyangka jika Kenzo adalah orang yang hampir ia tabrak beberapa hari yang lalu. Dan dia sekarang menjadi ketua organisasi yang paling dirinya benci, ia pikir tak akan bertemu lagi dengan seseorang yang hampir ia tabrak itu.
Namun, kenyataannya tak begitu, bahkan tak pernah terbesit di otakku jika Kenzo lah orang yang selalu ada di pikiranku. Sekarang dia menatap Skay dengan tatapan mengintimidasi, seolah-olah dia meminta pertanggungjawaban daringa. Skay melihat Yula berada di atas sana dan dia tak melihat keberadaannya sama sekali.
"Sumpah apa yang kau maksud? Benar-benar tak masuk akal," sangkal Skay.
"Masih mau mengelak?" tanya Kenzo dengan suara rendah.
"Lepas, saya mau pergi," ucap Skay.
"Tak semudah itu, kau harus mencabut sumpah itu," tekan Kenzo.
"Kita tak saling kenal, mengapa kau ngotot sekali?!" tanya Skay tak habis pikir.
Skay mengigit Kenzo lalu dirinya secepat mungkin berlari menjauh dari keberadaan Kenzo. Sedangkan Kenzo mengibas-gibaskan tangannya yang habis digigit oleh Skay, ia mengumpat tak kala Skay sudah naik ke atas. Dia benar-benar membuat dirinya merasa kesal, lihat saja ia tak akan melepaskan Skay dengan mudah sebelum sumpah itu dicabut.
Lantas dirinya menyusul kembali Vito dan yang lain, namun ia masih menaruh dendam dengan Skay yang berani-beraninya menentang dirinya. Dendam ini akan masih ada, tunggu permainan selanjutnya Skay!