Kenzo berada di dalam Desa Komora, ia tersenyum puas ketika melihat desa ini yang hampir hancur rata dengan tanah. Tekadnya semakin kuat tak kala melihat orang-orang di sini kelaparan, namun sebetulnya ia mencari perempuan yang berani-beraninya meyumpahi dirinya waktu itu.
Namun dia cepat sekali perginya, sampai akhirnya ia dan yang lain memutuskan untuk melihat-lihat sekitar sini. Memikirkan rencana apa yang cocok untuk membuat orang-orang di sini mati dengan sendirinya, juga bagaimana cara agar Dexstar bubar sampai dengan akar-akarnya.
"Dengar suara tangsian?" tanya Vito saat mereka semua berhenti.
"Dengar, mereka pasti kelaparan," jawab Tije.
"Benar sekali, belum lagi mereka harus mencium udara di sekitar sini yang sangat kotor," ujar Vito.
"Apa kalian tak curiga dengan masker yang dipakai ketua Dexstar tadi? Jika itu masker biasa mereka tak akan bisa bertahan berada di sini terlalu lama," ujar Satya.
"Benar juga, pasti mereka mempunyai masker khusus supaya bisa bertahan di sini," sahut Tije.
"Mereka tak bisa kita anggap remeh, mereka bisa saja lebih kuat dari kita," ucap Vito.
Kenzo terdiam mendengar percakapan mereka, ia tak suka saja dengan ucapan Vito. Secara tak langsung Vito mengakui kalau Dexstar berada di atas Dark Wolfe, dan ia tak mau itu terjadi. Sampai kapanpun tak akan ada yang mengalahkan Dark Wolfe. Tanpa memberi aba-aba ia pergi dari sini.
Vito dan yang tetap diam di tempat sembari menatap Kenzo yang mulai menjauh, mereka saling pandang seolah bertanya apa yang terjadi lewat gerakan mata. Namun mereka sama-sama mengedihkan bahu pertanda tak tau, kepergian Kenzo secara tiba-tiba menimbulkan tanda tanya besar.
"Dia kenapa?" tanya Satya memecah keheningan.
"Kita susul!" titah Vito.
"Tunggu!" balas Satya saat Tije dan Vio berlari menyusul Kenzo di depan sama.
"Kenzo!" panggil Tije namun tak digubris oleh Kenzo.
Kenzo terus saja berjalan, namun tiba-tiba ia merasa perutnya sangat sakit. Ia berhenti dan berpegangan tembok, kenapa bisa sesakit ini? Dapat dirinya lihat jika Tije dan yang lain menggerubungi dirinya dan mereka panik.
"Kau tak apa?" tanya Tije khawatir.
"Shh," desis Kenzo sembari mencengkram perutnya.
"Papah Kenzo bodoh!" maki Vito.
Tije dan Satya memapah Kenzo, namun baru beberapa langkah tubuh kekar Kenzo limbung ke belakang. Kenzo pisang dan membuat mereka panik setengah mati! Mereka langsung membawa Kenzo ke markas tanpa menunggu lebih lama lagi.
***
Sedangkan Skay tengah memasang tenda bersama dengan beberapa anggotanya yang baru saja datang. Di hamparan tanah yang luas dan di sekitar ada beberapa pohon, sangat cocok untuk tempat tinggal sementara. Dirinya mencoba untuk membuat tenda senyaman mungkin dan seaman mungkin.
Ia sengaja membuat 3 tenda saja sebab tanah ini hanya bisa bisa diisi oleh 3 tenda berukuran besar. Mencari tempat strategis cukup sulit, sebab di bawah sana terdapat jurang, sekitar membutuhkan waktu 15 menit jika ingin jalan menuju Desa Komora. Kalau menggunakan motor 10 menit bisa sampai.
"Ada yang kurang?" tanya Skay.
"Tinggal kasih penutup lagi buat bagian luar."
"Buat tenda ini agar mampu menahan angin, sebab di sini cuacanya tak menentu," suruh ku.
"Bagian luar sudah selesai, kita tinggal isi bagian dalamnya dengan perlengkapan kita. Bagaimana jika satu tenda kita isi dengan kebutuhan kita yang jumlahnya banyak itu?"
"Ide bagus, lakukanlah," balas Skay.
Saky berjalan mendekat ke arah tenda yang berada di ujung, tenda yang ia buat ini tak seperti tenda kemah. Ukuran tenda ini lebih besar dan tinggi, serial sisinya terdapat tiang yang saling menghubungkan. Bentuknya memanjang ke belakang dengan atap berbentuk setengah lingkaran.
Dirinya masuk ke dalam, lantainya sudah di alasi matras tahan air. Itu sebagai layer pergaka, nanti akan ada beberapa layer supaya air hujan tak bisa masuk ke dalam. Ukurannya sekitar 2 meter bagaimana depan dan 4 meter ke belakang. Dirinya mendesain tenda ini cukup lama agar nyaman di huni.
"Skay!" panggil Yula dari belakang.
Skay menoleh ke belakang. "Kenapa?" tanya Skay.
"Ditungguin di depan malah ke sini," sahut Yula sebal.
"Barang-barang penting sudah datang, kamu harus sortir semuanya," imbuh Yula.
"Iya, bantuin soalnya barang-barang ada dalam kardus besar semua," balas Skay.
Mereka keluar dari sini, benar saja sudah ada truk yang terparkir di tengah-tengah tenda. Skay menyuruh supirnya untuk beristirahat sementara anggota yang laki-laki berada naik ke atas truk guna menurunkan barang-barang. Skay membawa satu kotak besar dan masuk ke dalam tenda.
Tenda itulah yang akan ia taruh barang-barang ini, ia duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Kardus itu berada di bawahnya, ia membuka dan ternyata isinya bahan makanan cepat saji. Ada makanan kaleng juga biskuit yang bisa membuat kenyang, ia melihat semua makanannya. Ada yang rusak beberapa dan ia menyisihkannya.
"Langsung buka aja, kalau ada yang enggak layak taruh ke kardus kosong biar nanti di bawa supir turun," ujar Skay saat melihat ada anggota yang lain membawa satu kardus.
"Ini ada baju-baju kita, kemungkinan besar sih enggak rusak. Jadi bisa langsung di taruh tanpa di sortir."
Skay mengangguk sekilas. "Kamu bawa apa?" tanyanya kepada Yula yang baru saja masuk.
Yula meletakkan kardus ke bawah lalu dia membukanya. "Minuman kaleng, susu, teh, kopi dan air mineral di botol," jawabnya setelah melihat-lihat isi di dalam.
"Galon yang isinya air udah di bawa masuk apa belum ya?" beo Skay sembari melihat ke segala arah.
"Baru mau di angkut, ada banyak soalnya," jawab Yula yang tadi sempat melihat di luar.
Skay mengangguk pelan, ia berdiri dan menjadikan satu barang-barang yang rusak di perjalanan. Untung saja tak banyak, setelah semuanya selesai ia membawa kardus tak terlalu besar itu ke luar. Ternyata truknya sudah kosong sebab barang-barang di dalamnya sudah pada dikeluarkan.
Ia menaikkan kardus itu ke dalam truk, cukup kesusahan sebab tinggi badannya yang mungil. Untung saja ada anggota lain yang membantu dirinya. Ia kembali turun dan melihat sekeliling, semuanya sudah siap dan anggotanya sudah pada berkumpul di tengah-tengah. Skay berjalan menuju ke arah mereka, posisinya ia berada di tengah-tengah mereka.
"Terima kasih untuk antusias kalian dalam misi ini, saya tak tau ingin membalas jasa kalian semua seperti apa," ujar Skay.
"Kalian semua terbaik, kalian mau waktu kalian tersita untuk menyelesaikan misi ini yang entah kapan bisa selesai," terang Skay.
"Saya dan Yula sudah masuk ke dalam desa, dan benar dugaan kalian jika mereka tak menerima keberadaan kita di sini. Mereka menganggap kita sama seperti orang lain yang hanya mau desa ini hancur," ungkap Skay yang membuat suasana seketika menjadi hening.
"Kalian jangan emosi saat mereka mengusir kita ... kita harus berusaha agar mereka menerima kita di sini," imbuh Skay.