Chereads / Traveling Ke Abad 13 / Chapter 8 - Tragedi

Chapter 8 - Tragedi

Besok adalah hari ulang tahun raja. Semua orang di istana sibuk untuk persiapan perayaan ulang tahun raja. Sebagai ratu, Tania juga sibuk, dia memeriksa semua penari di pendopo barat, setelah itu dia pergi ke dapur kerajaan untuk memastikan semuanya sudah selesai. Tania punya rencana untuk memasak rendang, tetapi setelah ia memeriksa dapur kerajaan, disana tidak ada stok santan yang bisa digunakan untuk membuat rendang. Tania berencana pergi ke Pasar Kutaraja untuk membeli santan. Kemudian dia pergi ke Pasar Kutaraja sendirian tanpa Ratri. Dia juga tidak meminta izin terlebih dahulu kepada Raja.

Maha Patih menyusun strategi pemberontakan pada hari ulang tahun raja. Dalam pertemuan itu, ada Pangeran Toh Jaya, dan seorang menteri lain yang pro dengan Maha Patih. Mahapatih meminta Pangeran Toh Jaya untuk mencuri Keris Mpu Gandring dari Raja Anusapati.

Keris adalah senjata tradisional Indonesia dengan pola bilah khas yang dicapai melalui laminasi besi dan besi nikel (pamor) secara bergantian. Dan Mpu Gandring adalah seorang pembuat Keris yang terkenal pada abad ke-11. Keris Mpu Gandring merupakan Keris yang paling sakti diantara keris - keris buatan tangan yang lain nya.

Kabarnya mantan raja (Raja Ken Angrok) membunuh Tunggul Ametung menggunakan Keris Mpu Gandring. Tunggul Ametung adalah pemimpin dari wilayah Tumapel. Tunggul Ametung terkenal sebagai pemimpin yang sangat sakti. Tumapel merupakan bagian dari Kerajaan Kadiri yang sudah menjadi Kerajaan Singhasari setelah ekspansi besar - besaran yang dilakukan Ken Angrok Dan Kabarnya Raja Anusapati membunuh Prabu Ken Angrok untuk membalas dendam karena Prabu Anusapati adalah anak dari Tunggul Ametung.

Maha patih percaya bahwa hanya Keris Mpu Gandring yang dapat membunuh raja saat ini. Karena Keris Mpu Gandring merupakan keris yang paling sakti di Pulau Jawa. Namun berdasarkan informasi yang beredar, kini keris tersebut disimpan oleh Prabu Anusapati.

Setelah menerima perintah dari Maha Patih, Pangeran Toh Jaya berencana pergi ke Istana untuk mencuri Keris Mpu Gandring.

"Saya akan pergi ke istana sekarang", kata Pangeran Toh Jaya.

Pangeran Toh Jaya pergi ke Istana. Ia berjalan melewati Pasar Kutaraja karena Istana dekat dengan Pasar Kutaraja. Dia melihat restoran yang dia kunjungi bersama ratu, lalu dia tersenyum ketika mengingatnya. Setelah itu terdengar suara gaduh disekitarnya. Dia melihat wanita yang sedang dirampok, dia mendatangi wanita itu dan dia menyadari bahwa wanita itu adalah ratu. Pangeran Toh Jaya membantunya tetapi tangan kanannya terluka setelah terkena pedang.

Ratu membuka selendangnya lalu membalut luka sang pangeran.

"Terima kasih Yang Mulia", kata Pangeran Toh Jaya.

"Akulah yang perlu mengucapkan terima kasih. maaf aku membuatmu terluka". kata Tania.

"Tidak apa-apa, aku akan selalu melindungimu, dimanapun kamu berada". Kata Pangeran Toh Jaya

"oke selesai, sekarang darah akan berhenti mengalir". Kata Tania

Di Istana, Raja khawatir karena ratu pergi tanpa memberi tahu apa-apa. Dia menegur Ratri yang ceroboh karena tidak menjaga ratu dengan baik.

"Maafkan saya Yang Mulia, tolong bunuh saya". kata Ratri.

"Bagas, tolong cari ratuku". Perintah Raja.

"Ya, yang Mulia". Kata Bagaskara.

Dalam perjalanan Tania ke istana, dia bertemu Pangeran Mahisa. Pangeran Mahisa bertanya mengapa tangan Pangeran Toh Jaya terluka.

"Saudaraku, apa yang terjadi denganmu?" tanya Pangeran Mahisa.

"Dia menyelamatkan saya dari pencuri". kata Tania.

"Hah?.. dan kamu Kakak, kamu baik-baik saja?". Tanya Pangeran Mahisa.

"Saya baik-baik saja". Jawab Tania.

"Ah adik, tolong bawa ratu kita ke istana, aku akan kembali ke rumahku". Kata Pangeran Toh Jaya.

"Oke, kalau begitu"

Tania melanjutkan perjalanannya ke Istana dengan Pangeran Mahisa sementara Pangeran Toh Jaya masih menatapnya. Tania menghentikan langkahnya, lalu ia menoleh kembali ke Pangeran Toh Jaya.

"Toh Jaya, tolong hati-hati". kata Tania.

"Terima kasih Yang Mulia, Anda harus pergi sekarang". Ucap Pangeran Toh Jaya sambil tersenyum.

Setelah Tania pergi, Pangeran Toh Jaya melihat lukanya, lalu menyentuh selendang Tania yang telah melilit luka itu. Lalu dia tersenyum.

Tania telah tiba di istana. Ketika dia memasuki kamarnya, ada Raja Anusapati. Dia duduk menunggu ratunya kembali ke Istana. Tania dan Pangeran Mahisa tidak bisa berbicara apa-apa.

"Kenapa kamu pergi tanpa memberitahuku apa-apa?". tanya raja.

"Saya baru saja pergi ke Pasar Kutaraja untuk membeli santan". Jawab Tania.

Raja melihat tangan Ratu. Kemudian dia melihat darah.

"Apakah itu darah? Apakah kamu baik-baik saja?", tanya raja.

"Tidak masalah, ini bukan darahku, ini....".

"Darah ayam", teriak Pangeran Mahisa.

"Ayam?"

Raja meminta Ratri untuk membersihkan telapak tangan ratu. Setelah itu Raja meminta Tania untuk beristirahat. Kemudian Raja meninggalkan kamarnya bersama Pangeran Mahisa.

Keesokan harinya adalah hari perayaan ulang tahun Raja Anusapati. Tania pergi ke dapur kerajaan, dia akan memasak makanan favoritnya "rendang". Dalam perjalanannya ke dapur kerajaan, dia berjalan melewati kamar Perdana Menteri, lalu dia bertemu Pangeran Toh Jaya.

"Toh Jaya, apa kabar?", kata Tania.

"Saya baik", jawab Pangeran Toh Jaya.

"Bagaimana dengan lukamu?", tanya Tania.

"Sudah sembuh, jangan khawatir".

"oh baiklah kalau begitu aku pergi"

Setelah itu, Pangeran Toh Jaya mengunjungi ibunya. Ibunya melihat lukanya. Kemudian Pangeran Mahisa mengatakan yang sebenarnya. Ibunya menasihatinya untuk berhenti mengharapkan apa yang bukan miliknya karena itu akan menyakitinya.

"Aku akan menjaganya meskipun dia bukan milikku". Kata Pangeran Toh Jaya.

Pangeran Toh Jaya meninggalkan kamar ibunya. Kemudian Ken Umang merencanakan pernikahan kerajaan untuknya. Dia akan mencari istri yang baik untuk anaknya.

Di dapur kerajaan, Raja Anusapati datang untuk melihat istrinya memasak makanan.

"Hei Anusapati, kamu di sini". kata Tania.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?", tanya raja.

"Hmmm.. aku butuh talenan tapi gak ada talenan". kata Tania.

"Oke, aku akan pergi dan menemukannya, tunggu aku di sini".

"Oke, jangan datang terlambat".

"Ya Ratu ku".

Raja pergi mencari talenan. Ketika raja menemukan talenan, Karso memanggilnya, Karso mengatakan bahwa para tamu sedang menunggu raja di aula tempat hari ulang tahun raja dirayakan. Akhirnya, raja pergi menemui para tamu. Kemudian karso datang ke dapur kerajaan dan memberi tahu ratu bahwa raja telah pergi ke tempat itu untuk perayaan ulang tahunnya.

Pesta ulang tahun Raja telah dimulai. Raja Anusapati tahu bahwa akan ada pemberontakan. Dia mencari Bagaskara tapi dia tidak ada. Saat itu giliran pertunjukan pencak silat. Namun anehnya, mereka yang melakukan pertunjukan pencak silat dengan menyerang raja. Salah satu dari mereka menikam dada raja dengan pedang. Raja jatuh dan lemas. Tania baru saja datang dan melihat raja ada di lantai. Dia berlari ke arah raja. Dia memeluk raja dan menangisi raja.