Chereads / Traveling Ke Abad 13 / Chapter 13 - Merindukanmu

Chapter 13 - Merindukanmu

Pagi ini Raja Anusapati pergi mengunjungi kuil makam kerajaan. Dia meninggalkan ratu tanpa berbicara apa-apa. Sekarang Tania sedang sarapan sendirian di pendopo timur. Dia mulai merasa kesepian. Tetapi Pangeran Mahisa datang untuk menemaninya dan sarapan bersama.

Pangeran Mahisa bercerita tentang masa kecilnya bersama kakak - kakaknya. Mereka dulu sering bermain beberapa permainan bersama, mereka juga mengikuti pelatihan pedang bersama. Lalu Pangeran berkata bahwa Raja Anusapati adalah pangeran yang paling malas daripada mereka. Dia tidak pernah tertarik untuk menjadi pendekar pedang. Juga, dia tidak tertarik untuk duduk di atas takhta yang saat ini dia duduki, itu sebabnya ayah mereka memilih Pangeran Mahisa menjadi putra mahkota. Tetapi semua menteri tidak setuju dengan ayah mereka. Akhirnya, Raja Anusapati tetap naik tahta.

Tetapi Maha Patih selalu tidak senang dengan Raja Anusapati, Raja Anusapati lumayan cakap dalam memimpin negara sehingga sulit bagi Maha Patih untuk mengambil keuntungan atau dalam kata lain seperti korupsi. Itulah sebabnya Maha Patih mendekati Pangeran Toh Jaya untuk berdiri di sisinya.

"Oh begitu, tetapi kenapa saya tidak menemukan sejarah mengenai Maha Patih di buku sejarah?" kata Tania.

"Buku sejarah? Apa itu?"

"Tidak..tidak..tidak.. abaikan saja"

Raja Anusapati masih dalam perjalanan menuju kuil makam kerajaan. Tetapi beberapa pembunuh datang dan mencoba membunuh raja. Bagaskara melompat dari kudanya untuk menyelamatkan raja. Karena Bagaskara terlalu kuat untuk dikalahkan, maka semua pembunuh pun akhirnya melarikan diri.

"Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?", tanya Bagaskara.

"Saya baik, mari kita lanjutkan perjalanan kita ke kuil makam kerajaan", kata raja.

Mereka pun melanjutkan perjalanan ke kuil makam kerajaan.

Di tempat lain, Ken Umang sedang bersiap mencarikan seorang wanita untuk dijodohkan kepada anaknya. Dia ingin anaknyasegera menikah. Sehingga dia akan menghentikan perasaan istimewanya kepada ratu. Ken Umang meminta dayang istana untuk membuat daftar semua putri bangsawan di Singhasari. Dan memilih beberapa diantaranya yang cocok untuk Pangeran Toh Jaya.

Di aula pertemuan, Pangeran Mahisa memimpin pertemuan hari itu. Semua menteri dan Pangeran Toh Jaya hadir dalam pertemuan itu. Seorang menteri menceritakan bahwa di daerah Kadiri tidak ada akuwu. Akuwu adalah pemimpin distrik. Dan Kadiri adalah bagian dari Singhasari. Maha Patih berpikir bahwa ini adalah kesempatan besar untuk menyingkirkan Pangeran Mahisa, lalu dia merekomendasikan Pangeran Mahisa untuk pergi ke Kadiri.

"Saya pikir posisi ini paling cocok dengan yang mulia Pangeran Mahisa, mengingat anda sempat ditunjuk sebagai Putra Mahkota dan memimpin area Kadiri", kata Maha Patih.

"Mengenai hal ini, saya akan berdiskusi dengan Yang Mulia Raja sebelum mengambil keputusan", kata Pangeran Mahisa.

"Saya percaya bahwa Yang Mulia raja akan setuju dengan rekomendasi saya", kata Maha Patih.

Maha Patih terlihat seperti mendesak Pangeran Mahisa untuk kembali ke Kadiri.

Di tempat lain, Tania merasa kesepian lebih dari yang ia rasakan sebelumnya.

"Ratri, hari apa ini? Kapan Anusapati kembali?", tanya Tania.

"Yang Mulia, Yang Mulia Raja baru saja meninggalkan istana pagi ini, dia akan kembali 2 hari kemudian", jawab Ratri.

Tania menyentuh perutnya.

"Saya pikir anak saya merindukan ayahnya"

"Saya pikir bukan hanya anak itu tetapi juga ibunya juga rindu", jawab Ratri sambil tersenyum menggoda.

Kemudian Tania tersenyum pada Ratri. Ratri memberinya beberapa makanan ringan. Setelah itu, Ratri memberinya beberapa vitamin. Tania mulai mengingat sahabatnya di SMA yaitu Stefy. Ia mulai memikirkan apa yang Stefy lakukan sekarang? Tania bertanya-tanya apa yang terjadi di abad 21 setelah dia pergi dan tinggal di abad ke-13.

Tania yang saat ini berada di tubuh ratu sedang hamil, Ratri berpiki ada baiknya untuk memberitahukan kabar baik ini kepada ibu mertuanya (Ken Dedes). Kemudian Tania setuju untuk mengunjungi Ken Dedes besok.

"Bagaimana rupa ibu mertuaku?", tanya Tania.

"Dia sangat cantik dan tenang, aku sangat menyukainya", kata Ratri.

Hari segera berganti menjadi malam. Raja Anusapati dan pengiringnya sedang beristirahat di sebuah pondok. Mereka akan melanjutkan perjalanannya ke kuil makam kerajaan besok.

Keesokan harinya, Tania dan Ratri pergi ke Vihara Buddha untuk menemui Ken Dedes. Beberapa pengawal kerajaan mengikuti mereka dari belakang. Mereka berjalan melewati Pasar Kutaraja.

"Tolong beri jalan untuk Yang Mulia Ratu", kata pengawal kerajaan.

Orang-orang di pasar Kutaraja sangat terkejut karena beberapa orang belum pernah melihat Ratu sebelumnya.

"Ratu kita cantik sekali", kata seseorang di Pasar Kutaraja.

"Dan dia baik", kata orang lain.

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau dia baik?"

"Dia telah mengunjungi pasar ini beberapa hari yang lalu, saya tahu itu karena dia berjalan dengan Pangeran Toh Jaya".

"Ya, mungkin Pangeran Toh Jaya lebih pantas untuknya, karena dia lebih tampan dari Raja kita"

"Diam, seseorang akan mendengarmu"

Tania telah tiba di vihara Buddha, tempat tinggal Ken Dedes. Seorang penjaga istana masuk untuk membawa Ken Dedes kepada ratu. Ken Dedes bertemu dengan ratu, dia tersenyum padanya.

"Selamat datang ratuku apa kabar, semoga dalam keadaan sehat selalu", ucap Ken Dedes.

"Bibi Mery?"

Tania ingat wajah Ken Dedes sama dengan ibu Ivan di abad 21. Tania memeluk Ken Dedes dan berkata, "Bibi, maafkan aku". Kemudian Tania menangis. Ratri dan Ken Dedes bingung. Mereka tidak tahu mengapa ratu menangis.

"Apakah kamu tidak enak badan, ratuku?", tanya Ken Dedes.

"Tidak, aku hanya ingin meminta maaf padamu"

Kemudian Ken Dedes membawa Tania ke sebuah pendopo. Mereka berbicara bersama. Ken Dedes meminta Tania untuk lebih bersabar menghadapi raja karena kehidupan raja tidak selalu mulus. Tania berjanji bahwa dia akan berprilaku dengan baik pada raja, dan akan menemani raja sampai akhir.

Ken Dedes memberikan gelangnya kepada ratu. Gelang itu untuk calon anak ratu. Dan gelang itu digunakan oleh Raja Anusapati ketika dia masih kecil.

"Terima kasih, semoga bisa bertemu lagi di istana", kata Tania.

"Aku akan datang berkunjung nanti".

Pada hari berikutnya. Raja Anusapati kembali ke istana. Dia dengan selamat kembali ke istana bersama Bagaskara dan semua pengiringnya. Namun setelah dia memasuki istana, dia tidak bertemu dengan ratu. Dia pergi untuk melihat permainan sabung ayam. Kemudian Ratri menceritakannya pada Tania.

"Apa? dia melihat sabung ayam?"

"Ya, Yang Mulia. Baginda pergi bersama Pangeran Mahisa dan Pangeran Toh Jaya", kata Ratri.

"Ya Tuhan, ada juga Toh Jaya? Saya harus pergi untuk memeriksanya", kata Tania.

Tania ingat bahwa dalam buku kitab Pararaton,l menceritakan bahwa Pangeran Toh Jaya membunuh raja ketika mereka melihat permainan sabung ayam. Tania tidak ingin kehilangan suaminya. Kemudian dia pergi untuk memeriksa mereka.

Tania telah tiba di area permainan. Dia melihat Pangeran Toh Jaya dan Raja Anusapati bertarung bersama. Tania berlari dan mendorong Pangeran Toh Jaya.

"Nooooooooo!!!!!!".

Pangeran Toh Jaya terjatuh dan wajahnya terkena kotoran ayam.

"Ya ampun!!!", kata Tania.