Chereads / Traveling Ke Abad 13 / Chapter 17 - Bad Feeling

Chapter 17 - Bad Feeling

Tania tinggal di sebuah kamar di dalam Istana Kadiri yang menjadi tempat tinggal Pangeran Mahisa dimana istana itu adalah tempat Pangeran Mahisa memimpin wilayah Kadiri. Tania berdiri di depan kamarnya, untuk melihat matahari terbenam. Dia menyentuh perutnya dan mencoba berbicara dengan anaknya.

"Anakku, tolong doakan ayahmu, ibu jadi khawatir, dia akan datang ke sini tanpa Bagaskara".

Tidak lama kemudian Pangeran Mahisa datang untuk menyambut Ratu. Tania bertanya tentang kabar dari raja, tetapi Pangeran Mahisa mengatakan bahwa dia belum menerima informasi tentang raja, tetapi dia mengatakan juga bahwa Bagaskara telah kembali untuk menjemput raja.

Di tengah hutan, raja menemukan bahwa pengawalnya dan yang lainnya tewas. Dia tidak tahu apa yang terjadi ketika dia beristirahat di dekat sungai. Setelah itu, terdengar suara derap kaki kuda menghampirinya.

"Siapa kamu?", tanya raja.

Pangeran Toh Jaya turun dari kudanya. Dia berjalan ke arah raja.

"Jangan khawatir kakak ku, aku datang untuk menyelamatkanmu", kata Pangeran Toh Jaya.

"Wah, terima kasih sudah datang ke sini, tapi aku bisa menyelamatkan diriku sendiri", kata raja.

"Kamu harus membuktikannya, kakak!"

Pangeran Toh Jaya langsung menyerang raja. Terjadilah pertempuran sengit antara raja dan Pangeran Toh Jaya hingga raja menruh pedangnya di leher Pangeran Toh Jaya.

"Apakah kamu memiliki keinginan terakhir sebelum pedangku memotong lehermu?", tanya raja.

"Hahaha.. hahaha…", Pangeran Toh Jaya menjawab pertanyaan itu dengan tawa.

Namun tiba-tiba, Pangeran Toh Jaya menangkis pedang yang ada di lehernya, dan dia membalikkan keadaan. Sekarang dia meletakkan pedangnya di leher raja.

"Batalkan pernikahan, atau kamu tidak akan pernah bertemu istri dan anak mu!", teriak Pangeran Toh Jaya.

Bagaskara datang untuk menyelamatkan raja. Dia menembakkan panahnya ke tangan Pangeran Toh Jaya sampai dia menjatuhkan pedangnya. Bagaskara berlari ke raja dan pangeran. Kemudian dia menodongkan pedangnya ke leher Pangeran Toh Jaya.

"Oh Bagaskara, kamu selalu datang tepat waktu", kata Pangeran Toh Jaya.

Raja Anusapati berdiri, dan dia berkata kepada Bagaskara untuk menjatuhkan pedangnya. Kemudian Raja Anusapati meraih tangan saudara tirinya. Dia berkata kepada Pangeran Toh Jaya bahwa dia akan membatalkan pernikahan. Setelah itu, Raja meminta Bagaskara untuk menulis pengumuman pembatalan pernikahan Pangeran Toh Jaya.

"Saya harap kita bisa memperbaiki hubungan kita seperti dulu, kamu selalu akan menjadi adik ku. Aku tidak pernah memisahkan kamu dengan Mahisa, tidak ada yang saudara kandung atau saudara tiri, kalian berdua adalah saudaraku", kata Raja.

"Maafkan aku, kakak", pinta Pangeran Toh Jaya.

"Tidak masalah, kamu bisa kembali ke Kutaraja dan memberitahu ibumu jika aku telah membatalkan pernikahanmu", perintah raja.

"Terima kasih kakak, aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu", jawab sang pangeran.

Pangeran Toh Jaya kembali ke Kutaraja sedangkan Raja Anusapati pergi ke Kadiri bersama Bagaskara. Dalam perjalanan ke Kadiri, Raja Anusapati bertanya kepada Bagaskara tentang ratu. Bagaimana dengan kondisi ratu di Kadiri. Lalu Bagaskara memberi tahu raja bahwa ratu sangat baik. Dia tinggal di kamar tamu di Istana Kadiri ketika Bagaskara pergi untuk menjemput raja.

"Apakah kamu pernah merasa bahwa ratuku sekarang seperti berbeda?", tanya raja.

"Maafkan saya Yang Mulia tapi saya tidak tahu apa maksud Anda", jawab Bagaskara.

Raja Anusapati berbicara tentang perasaannya, dia mengatakan bahwa ratu memiliki karakter yang berbeda dan tidak seperti sebelumnya. Bahkan raja berpikir bahwa istrinya adalah orang yang berbeda. Namun Bagaskara mengatakan bahwa ratu mengalami kecelakaan yang mungkin kecelakaan itu lah yang membuat ratu seperti orang lain, karena ratu tidak mengingat apapun yang terjadi sebelumnya. Tapi Bagaskara meyakinkan raja bahwa ratu masih sama.

"Ya, saya pikir begitu, tapi saya khawatir tentang sesuatu", kata raja.

"Tentang apa?"

"Jika karakter ratu yang sebenarnya telah kembali, saya akan kehilangan ratu saya saat ini, sejujurnya saya lebih merasa cocok dengan karakter ratu yang sekarang".

"Jangan khawatir Yang Mulia, Yang Mulia Ratu akan selalu menjadi istri Yang Mulia"

"Terima kasih Bagaskara, kamu bukan hanya penjaga favoritku tapi juga temanku selamanya".

Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan mereka ke Kadiri.

****

Pangeran Toh Jaya tiba di Kutaraja. Dia pergi ke istana untuk menemui ibunya. Namun sesampainya di kamar ibunya, Ken Umang tidak mau bertemu dengannya. Dia tahu bahwa putranya meminta raja untuk membatalkan pernikahan. Ken Umang kecewa dengan anaknya. Namun Pangeran Toh Jaya tetap menunggu di depan kamar ibunya.

"Maafkan saya, Yang Mulia. Pangeran Toh Jaya masih di luar kamar menunggu Anda", kata pelayan Ken Umang.

"Biarkan dia melakukan apa yang dia mau, aku tidak peduli", kata Ken Umang.

Seorang dayang istana yang melayani Ken Umang bertemu dengan pangeran, dia meminta pangeran untuk meninggalkan kamar ibunya karena sekarang Ken Umang masih membutuhkan waktu. Dayang itu terus berusaha membujuk Pangeran Toh Jaya. Akhirnya Pangeran Toh Jaya meninggalkan kamar dan pergi ke rumahnya di luar istana.

Ketika Pangeran Toh Jaya tiba di rumahnya, Maha Patih sudah menunggunya di Pendopo di dalam rumah. Pendopo adalah tempat untuk menyapa pengunjung. Pada zaman Singhasari, sebuah rumah bangsawan memiliki pendopo untuk menyambut pengunjung yang berkunjung ke rumahnya.

"Selamat malam Yang Mulia, apa kabar?", tanya Maha Patih.

"Mengapa kamu datang ke sini? Apakah kamu ingin membunuhku karena aku membiarkan raja pergi ke Kadiri dengan selamat?", tanya Pangeran Toh Jaya.

"Tolong jangan berpikir seperti itu, saya datang ke sini karena saya ingin memberi Anda kepala pelayan yang pintar ini"

"Kepala pelayan? Saya sudah punya beberapa pelayan pria, saya tidak butuh kepala pelayan baru".

"Tapi kepala pelayan ini berbeda dengan yang lain, dia bisa membantumu"

"Baiklah, tidak masalah, tapi hari ini aku lelah, tolong biarkan aku istirahat", kata Pangeran Toh Jaya.

Pangeran Toh Jaya pergi ke kamar tidurnya sementara Maha Patih kembali ke rumahnya. Kepala pelayan baru itu tinggal di sebuah kamar kecil di rumah Pangeran Toh Jaya. Dia tampak seperti dia memiliki rencana yang buruk untuk keluarga kerajaan.

****

Pagi di Istana Kadiri, Tania baru saja bangun dan melihat Raja Anusapati sedang tidur dengannya. Dia terkejut karena dia mengira Raja akan tidur di kamar lain.

"Ah.. Ivan, kenapa kamu tidur di sini", Tania memukul raja dengan bantal.

"Ada apa ratuku, kita adalah pasangan suami istri, itu normal bagi suami istri", kata raja sambil memeluk istrinya.

Raja Anusapati bangun dan dia meminta ratu untuk menemaninya hari ini. Raja Anusapati ingin pergi ke luar Istana Kadiri untuk melihat rakyatnya.

"Hmmm..menarik..ok deal, aku shower time dulu alias mandi", kata Tania.

"Shower? Shower apa? Ratuku, tolong beri tahu aku Shower itu apa?"

Tetapi Tania malah tidak menjelaskan apa pun pada raja, ia langsung pergi.

"Jangan tinggalkan aku sendiri!!!"

Tania meninggalkan raja tanpa menjelaskan padanya apa itu Shower.