Chereads / Traveling Ke Abad 13 / Chapter 22 - Cinta Pada Pandang Pertama

Chapter 22 - Cinta Pada Pandang Pertama

Pangeran Mahisa berjalan di area Pasar Kutaraja dengan pengawalnya. Dia melihat seorang gadis cantik di pasar. Gadis itu adalah Sinta yang berjalan bersama pelayan wanita nya. Pangeran Mahisa berjalan perlahan di belakang gadis itu untuk mengamatinya, dan kemudian gadis itu berhenti di sebuah toko aksesoris.

"Yang Mulia, apa yang Anda cari?", tanya pengawalnya.

"Sssstt.. Aku mencari sesuatu yang indah", kata Pangeran Mahisa.

Gadis itu mendengar suara Pangeran Mahisa, dia menoleh ke belakang, tetapi dia tidak mengenali siapa pria itu, dan pria itu nampak menjengkelkan.

"Anda mencari sesuatu yang bagus?", tanya Sinta.

"Oh ya. Aku mau memberikan aksesoris untuk ibuku" jawab Pangeran Mahisa.

Sinta mengambil sebuah cincin yang sangat indah. Cincin itu terlihat berkilauan, dia memberikannya kepada Pangeran Mahisa.

"Saya pikir ini terlihat sangat indah, menurutku cocok untuk ibumu", kata Sinta sambil menunjukkan cincin itu pada pangeran.

"Ya, saya pikir begitu", jawab pangeran.

Dan kemudian Sinta berbicara dengan penjual bahwa dia akan membayar cincin itu. Pangeran Mahisa menghentikannya, dia mengatakan bahwa Sinta tidak perlu membayarnya karena pangeran akan membayarnya sendiri, tetapi Sinta mengatakan bahwa itu adalah hadiah untuknya.

Kini Sinta telah meninggalkan pasar dan kembali ke rumahnya. Tapi Pangeran Mahisa masih berdiri di sana, Dia melihat cincin itu dengan senyumnya.

"Yang Mulia, Kita harus melanjutkan perjalanan", kata pengawalnya.

"Oh, maafkan aku. Oke, ayo pergi ke istana".

Sekarang Pangeran Mahisa sudah berada di kereta kudanya. Dia masih memikirkan Sinta. Dia terlihat seperti baru pertama kali jatuh cinta.

"Ya Tuhan!!! aku lupa menanyakan namanya?", teriak Pangeran Mahisa.

Pengawal pangeran dan yang lainnya mendengar itu, tetapi mereka bertingkah seolah tidak mendengar apa-apa karena jika mereka bertanya kepada Pangeran Mahisa, Pangeran mungkin akan marah.

Sinta sudah sampai di rumahnya. Dia membuka tas belanjaannya dan memeriksa semuanya yang ia beli satu per satu. Pelayannya mengatakan tentang seorang pria yang mereka temui di Pasar Kutaraja.

"Nona, saya pikir pria yang kita temui di pasar tadi sangat tampan, bagaimana menurut nona?" kata pelayan itu.

"Benarkah? Kamu berpikir seperti itu?", tanya Sinta.

"Ya Nona, dia memiliki mata besar dan wajahnya sangat bersinar, dia tampak seperti seorang pangeran dalam cerita dongeng".

"Hahaha.. mungkin! Tapi pangeran yang sebenarnya bukan dia. Aku pernah bertemu dengannya ketika aku masih kecil, tapi aku tidak tahu wajahnya, untuk saat ini, aku pikir itu telah berubah".

"Saya harap dia tampan seperti pria itu", kata pelayannya.

***

Pangeran Mahisa telah tiba di istana. Dia tinggal di kamar miliknya di istana. Dia memandangi langit dari jendela kamar nya, dan dia melihat wajah seorang gadis. Wajah gadis yang ia lihat adalah wajah Sinta.

"Yang Mulia Ratu telah tiba"

Pangeran Mahisa mendengar bahwa Ratu ada di depan kamarnya.

"Eh Kakak ipar, silahkan masuk"

Tania masuk dan melihat Pangeran Mahisa. Pangeran Mahisa tampak tidak senang. Tania mencoba bercerita tentang Sinta. Sinta adalah gadis cantik dengan perilaku yang baik. Dia juga memiliki pendidikan yang baik.

"Dia adalah kandidat terbaik untukmu", kata Tania.

"Yang terbaik untukku atau kamu?", kata Pangeran Mahisa dengan menekuk wajahnya.

Pangeran Mahisa tampaknya tidak tertarik dengan wanita yang dipilih oleh Tania. Meski Tania sudah menceritakan tentang sisi baik Sinta. Namun pangeran tidak tahu jika wanita yang dipilih adalah Sinta. Seorang gadis yang dia lihat sebelumnya di Pasar Kutaraja.

"Oke, aku setuju dengan pernikahan ini, tapi bisakah aku memiliki selir sebagai istri keduaku? Aku akan memilih seorang gadis yang aku inginkan sebagai selirku!" kata Pangeran Mahisa.

"Kamu gila? Kamu bahkan belum menikah dengan sinta, tetapi kamu telah meminta untuk menikahi selir? Hoo aku lelah dengan kehidupan di zaman ini", kata Tania yang sedikit kecewa dengan perkataan Pangeran Mahisa.

Tania telah meninggalkan kamar Pangeran. Kini dia sudah memasuki kamar ratu. Tapi di tempat lain, Pangeran Mahisa merasa tidak enak setelah dia berbicara dengan nada yang cukup keras pada kakak iparnya.

"Saya pikir saya melakukannya terlalu jauh hari ini, saya perlu meminta maaf dengan kakak ipar saya"

Tania masih di kamar ratu. Dia berbaring di tempat tidurnya, lalu dia berkata: "Apakah saya melakukan hal yang terlalu jauh dengan Mahisa? Saya harus mengatakan permintaan maaf padanya"

Tidak lama kemudian, seorang pelayan berkata bahwa Pangeran Mahisa akan datang. Kemudian Tania membiarkan dia memasuki kamarnya.

"Kakak, saya ingin mengatakan sesuatu", kata Pangeran Mahisa.

"Aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu", kata Tania.

"Kamu duluan"

"Tidak.. tidak.. tidak.. kamu yang duluan"

Lalu Tania dan Pangeran Mahisa sama-sama berkata "Maaf".

"Oh, kamu juga?", kata Tania.

"Ya, saya pikir saya melakukannya terlalu jauh dengan Anda, saya minta maaf"

"Saya juga, saya pikir saya mungkin tidak meminta Anda untuk menikahi Sinta jika Anda tidak menginginkannya"

"Tapi tidak apa-apa, tidak masalah. Aku tahu kamu memilih wanita terbaik untuk ku"

Ratri memasuki ruangan dan mengatakan bahwa wanita yang dipilih sudah datang ke Istana. Dia sekarang berada di Pendopo Timur.

"Oke, Mahisa ayo pergi ke Pendopo Timur"

****

Raja Anusapati dan Bagaskara masih berada di kamar raja. Bagaskara mengatakan bahwa dia telah menemukan fakta tentang kepala pelayan baru di Rumah Pangeran Toh Jaya. Dia mengatakan bahwa kepala pelayan itu adalah orang melayani Maha Patih, tetapi Maha Patih mengirimkannya ke rumah Pangeran Toh Jaya. Dia mungkin berencana untuk lebih dekat dengan Pangeran Toh Jaya.

"Saya pikir akan lebih sulit untuk meningkatkan hubungan keluarga kami, kepala pelayan itu mungkin menerima perintah dari Maha Patih", kata Raja.

"Beri saya perintah Yang Mulia, saya akan melakukan segalanya untuk membantu Anda"

"Kurasa sudah cukup, untuk saat ini, kamu perlu istirahat sebentar, dan aku perlu bertemu ratu"

"Ya yang Mulia"

Karso telah memasuki kamar Raja dan berkata bahwa Ratu memintanya untuk memberi tahu raja jika dia sudah berada di Pendopo Timur.

"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi"

Raja Anusapati akan pergi ke Pendopo Timur bersama Karso.

"Yang Mulia, Anda terlihat sangat bahagia hari ini", kata Karso.

"Ya tentu saja aku senang karena ratuku sudah menjalankan tugasnya sebagai ratu. Kamu tahu, sejak kami menikah, dia selalu berada di kamarnya"

"Aku juga senang untukmu, rajaku"

****

"Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Pangeran Mahisa tiba"

Sinta berdiri dan kemudian dia menyapa ratu dan pangeran.

"Selamat malam Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Pangeran"

Pangeran Mahisa menatap wajah Sinta. Ia sangat terkejut karena wanita yang terpilih adalah gadis cantik yang ditemuinya di Pasar Kutaraja.

"Kamu??", kata Pangeran Mahisa.

"Kamu??", Sinta juga mengatakan itu.

Pangeran Mahisa tersenyum pada Sinta.