Pangeran Mahisa melihat Sinta di Paviliun Timur. Dia sangat terkejut, dan Sinta pun juga terkejut.
"Apakah kamu gadis yang dipilih oleh ratu kami?", tanya Pangeran Mahisa.
"Ya, Yang Mulia?", jawab Sinta.
Sinta merasa gugup setelah mengetahui bahwa Pangeran Mahisa adalah pria tampan yang ditemuinya sebelumnya di Pasar Kutaraja. Pangeran Mahisa tidak bisa menahan senyumnya pada Sinta. Ini benar - benar hal yang tidak pernah ia sangka. Tania memandang mereka, dan dia menyadari jika Sinta dan Pangeran Mahisa saling mengenal.
"Hei, kalian berdua sepertinya sudah saling kenal", kata Tania.
"Ah, Kak, tadi pagi aku bertemu dengannya di Pasar Kutaraja, dan tunggu", kata Pangeran Mahisa.
Pangeran Mahisa mengambil gelang dari sakunya. Dia menunjukkannya kepada ratu.
"Ah, ini bukti pertemuan kami berdua", kata Pangeran Mahisa.
"Wow, aku sangat terkejut. Tapi kenapa kamu menolak Sinta sebelumnya. Apa kamu tidak menyukai Sinta?", tanya Tania.
Mendengar perkataan ratu, Sinta langsung menunduk, sepertinya dia kecewa dengan pertanyaan ratu.
"Eh,, tidak.. tidak.. tidak.. kakak! Saya tidak tahu jika wanita yang dipilih adalah Sinta, saya pikir dia adalah wanita yang lebih tua dari saya dan saya tidak akan menyukainya, makanya saya memberitahumu bahwa aku ingin memilih selir".
"Hmm.. aku mengerti, jadi selir yang ingin kau bawa, itu Sinta?", tanya Tania dengan blak - blakan.
Sinta tersenyum setelah mendengar penjelasan dari Pangeran Mahisa. Sekarang dia tahu bahwa Pangeran Mahisa telah jatuh cinta padanya. Tidak lama kemudian, Raja Anusapati tiba di Pendopo Timur.
"Yang Mulia Raja telah tiba"
Semua orang memberi hormat kepada raja.
"Silakan duduk", perintah Raja.
Dan setelah Raja Anusapati tiba, semua pelayan datang dan membawa makan malam mereka. Raja Anusapati meminta pelayannya untuk mengundang Ken Umang dan juga Pangeran Toh Jaya untuk bergabung dalam jamuan makan malam kerajaan. Dalam waktu singkat, Pangeran Toh Jaya dan Ken Umang datang dan memberikan penghormatan kepada Raja.
"Hari ini, saya akan memperkenalkan anggota keluarga baru kita. Dia adalah Sinta. Sinta adalah seorang wanita yang dipilih untuk menjadi istri Pangeran Mahisa, dan dia akan membantu Pangeran Mahisa untuk memimpin Kadipaten Kadiri"
Ken Umang dan Pangeran Toh Jaya menyambut Sinta. Pangeran Toh Jaya senang mendengar bahwa saudara tirinya akan segera menikah. Namun berbeda dengan Ken Umang. Dia tampak tidak senang karena dia berpikir bahwa Pangeran Toh Jaya harus menikah sebelum Pangeran Mahisa. Jika Pangeran Mahisa lebih dahulu menikah maka kedudukan Pangeran Toh Jaya di istana semakin tidak terlihat. Sebenarnya Ken Umang menginginkan putra nya itu untuk menjadi pemimpin di kadipaten kadiri.
Setelah makan malam selesai, Ken Umang dan Pangeran Toh Jaya pergi lebih dulu, setelah itu Raja dan Ratu mengikuti mereka meninggalkan Pendopo Timur. Sinta pergi menuju ke kereta kudanya. Saat Sinta akan memasuki kereta, Pangeran Mahisa memanggilnya.
"Tunggu, Sinta", teriak Pangeran Mahisa.
"Ya, Yang Mulia", Sinta kembali sambil menundukkan kepalanya seraya memberi hormat.
Pangeran Mahisa meraih tangan Sinta dan memberinya sebuah gelang.
"Apa itu? Kamu bilang kamu akan memberikannya kepada ibumu", tanya Sinta.
"Aku ingin kamu yang memberikannya pada ibuku", jawab Pangeran Mahisa.
"Saya senang memiliki ini", kata Sinta sambil tersenyum.
"Ibuku tinggal di Biara Buddist, kita bisa mengunjunginya sebelum hari pernikahan kita", ajak Pangeran Mahisa.
"Ya saya setuju"
Sinta dan pembantunya memasuki kereta kuda mereka. Setelah Sinta meninggalkan Istana, Pangeran Mahisa kembali ke kamar tidurnya. Dia terlihat sangat bahagia. Ia tidak pernah menyangka sebelumnya jika Sinta adalah wanita yang terpilih untuk menjadi istrinya.
****
Di tempat lain, Ken Umang meminta pembantunya untuk memanggil kerabatnya. Kerabatnya adalah sekretaris kerajaan. Sekretaris kerajaan datang ke kamar Ken Umang.
Setelah 2 jam, sekretaris kerajaan telah tiba di kamar Ken Umang.
"Sekretaris kerajaan ada di sini"
"Masuk"
Ken Umang memberi tahu sekretaris jika dalam waktu dekat Pangeran Mahisa akan menikah dengan Sinta, dan Pangeran Mahisa akan memimpin wilayah Kadiri bersama dengan Sinta. Ken Umang berpikir bahwa ini adalah berita buruk bagi putranya (Pangeran Toh Jaya) karena Pangeran Toh Jaya tidak memiliki posisi yang baik di pemerintahan.
"Raja kita terlalu kuat untuk dikalahkan, kita hanya bisa merebut wilayah Kadiri untuk Toh Jaya", kata Ken Umang.
"Tapi Pangeran Toh Jaya mendapat dukungan dari Maha Patih", kata sekretaris kerajaan.
"Saya tahu, tapi Maha Patih bukan orang baik, saya yakin dia punya rencana lain untuk mendapatkan keuntungan dari putra saya, saya hanya khawatir jika dia akan naik takhta setelah putra saya naik takhta"
Sekretaris Kerajaan berbicara tentang idenya. Dia mengatakan bahwa mereka perlu menggagalkan pernikahan Pangeran Mahisa dan Sinta. Dia akan menculik pengantin wanita sebelum acara pernikahan kerajaan dan membunuhnya.
"Itu ide yang bagus", kata Ken Umang.
Saat itu seorang dayang muda yang melayani Ken Umang mendengar itu, dan dia tidak percaya bahwa Ken Umang dan Sekretaris Kerajaan memiliki rencana untuk membunuh Sinta.
***
Pada hari berikutnya, persiapan untuk pernikahan kerajaan telah dimulai. Tania sibuk hari ini. Perutnya terlihat lebih besar dan dia sulit untuk bergerak. Dia pergi ke departemen seni untuk memeriksa persiapannya. Ia melihat banyak seniman yang merancang sesajen yang indah, sesajen yang disebut dengan "Banten". Ada begitu banyak jenis persembahan.
"Budaya yang bagus, di zaman modern abad 21 kita hanya bisa melihat yang ada di Bali", kata Tania.
"Apa itu kehidupan modern, Yang mulia?", tanya Ratri.
"Hmm.. kehidupan modern"
Tania memberi tahu Ratri tentang kehidupan modern. Dia menceritakan bahwa dalam kehidupan modern, pesta pernikahan lebih sederhana. Dan untuk pasangan kaya, mereka akan mengikuti model barat. Hanya sedikit pasangan yang tertarik dengan pernikahan tradisional karena dianggap terlalu mahal.
"Dan juga, kita akan kehilangan istana ini di era modern", kata Tania.
"Benarkah? Saya tidak tertarik untuk hidup di era modern", kata Ratri.
"Tetapi di zaman modern abad 21, sudah tidak ada golongan seperti Brahmana (pemimpin agama), ksatria (bangsawan dan keluarga kerajaan), waisya (orang biasa, pedagang, dll), dan Sudra (budak).
"Sedikit menarik"
Setelah memeriksa departemen seni. Tania dan Ratri pergi ke Dapur kerajaan. Dalam perjalanan mereka, Tania melihat ke lapangan panahan. Dia melihat Raja dan Bagaskara yang sedang berlatih memanah.
"Yang Mulia pandai memanah, tapi kenapa dia tidak bisa mengalahkan saya", kata Tania.
"Mungkin Yang Mulia lebih baik dari raja", kata Ratri.
"Ahhh.. kau selalu tahu bagaimana membuatku bahagia. Aku akan memasak rendang untukmu"
"Benarkah? oh terima kasih... Yang Mulia Ratu".
Tania akan melanjutkan perjalanannya ke dapur kerajaan, tetapi tanpa sengaja dia jatuh ke lantai dan pingsan.
"Yang Mulia, ada apa??...Kami perlu bantuan! TOLONG AKU!"