Lima menit yang lalu
Tania melihat kembang api yang indah. Dia sangat menikmati pesta itu, dan setelah menyaksikan pesta kembang api, dia berjalan ke area pertunjukan Wayang. Wayang atau yang juga dieja Wajang, (Jawa: "bayangan"), adalah sebuah drama wayang klasik Jawa yang menggunakan bayangan yang dilemparkan oleh wayang yang dimanipulasi dengan tongkat pada layar tembus cahaya yang dinyalakan dari belakang.
Saat menonton pertunjukan wayang, Tania bertemu dengan seorang gadis muda, dia adalah gadis yang manis dan baik. Namanya Sintawati Kusumadewi.
"Hai, boleh aku bergabung?", tanya Tania.
"Oh, tentu saja"
Tania seolah lupa jika saat ini dia adalah seorang ratu yang mana tidak boleh berpergian sendirian. Tania langsung saja berbaur dengan masyarakat setempat.
***
Raja Anusapati, Bagarkara, dan Ratri sedang berkeliling disekitar pasar untuk mencari Ratu, tetapi mereka tidak dapat menemukannya. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi mereka masih belum bisa menemukan ratu.
"Apa kalian sudah menemukan ratu?", tanya Raja pada Ratri dan Bagas.
"Ampun gusti prabu, kami belum dapat menemukan ratu", jawab Bagaskara.
Hati raja sangat kacau. Ia benar - benar tidak bisa kehilangan ratunya. Ia memerintahkan Bagaskara untuk segera mencari ratu.
Pertunjukan wayang telah berakhir, Tania berencana untuk kembali ke istana tetapi dia tidak melihat Ratri di sana. Namun gadis baik hati yang bernama Sinta membantu ratu untuk menemukan Ratri. Tetapi mereka juga tidak bisa menemukan Ratri.
Karena hari ini sudah tengah malam dan tidak akan aman bagi ratu untuk pulang sendirian ke istana, Sinta berkata bahwa lebih baik ratu tinggal di rumah Sinta, dan ratu dapat kembali ke istana besok. Akhirnya Tania pergi ke rumah Sinta.
"Apakah tidak apa-apa bagi orang tuamu jika aku tidur di rumahmu?", tanya Tania.
"Tidak masalah Yang Mulia, saya yakin orang tua saya akan senang melihat Anda", jawab Sinta.
"Oh, Baik lah jika seperti itu, aku akan sangat berterima kasih"
Di Pasar Kutaraja, Raja Anusapati, Bagaskara, dan Ratri masih mencari ratu. Semua orang di pasar telah kembali ke rumah mereka karena festival telah berakhir. Bagaskara menyarankan raja untuk kembali ke istana sekarang karena akan berbahaya bagi raja jika ia masih berada diluar istana tanpa pengawalan.
"Yang Mulia, saya berjanji akan menemukan Yang Mulia Ratu, tetapi saya pikir Anda harus segera kembali ke istana sekarang karena hari sudah terlalu gelap setelah festival berakhir", kata Bagaskara.
"Baiklah, tolong temukan ratuku", perintah raja.
"Ya, Yang Mulia. Ratri, tolong sinari jalan lengan lampu yang kau bawa untuk Yang Mulia Raja dan kembali ke istana dengan Yang Mulia".
"Ya, hati-hati. Saya harap Anda akan segera menemukan Ratu", kata Ratri.
Tania dan Sinta sudah sampai di rumah Sinta.
"Ibu, Ayah, ini ratu yang mulia, dia akan tidur di rumah kita untuk malam ini"
"Oh, Yang Mulia Ratu. Suatu kehormatan bagi saya untuk memiliki Anda di rumah kecil saya", kata ayah Sinta.
"Tidak, tidak, tidak, rumahmu lebih besar dari rumahku"
Tania memasuki rumah Sinta, dan ayah Sinta menutup gerbang rumah mereka. Namun sebelum gerbang ditutup, Bagaskara berjalan di depan rumah Sinta. Ayah Sinta melihatnya dan menyapanya. Bagaskara mengatakan bahwa dia sedang dalam pekerjaannya untuk mencari Ratu, kemudian ayah Sinta memberitahunya bahwa ratu akan tidur di rumahnya.
Bagaskara merasa senang setelah mendengar informasi darinya. Dia meminta untuk bertemu dengan ratu. Akhirnya Bagaskara bertemu dengan ratu, dan dia berkata bahwa besok dia akan menjemput Ratu.
"Oke, aku akan menunggumu. Maaf membuatmu mengkhawatirkanku"
"Tidak masalah, Yang Mulia. Kalau begitu saya akan kembali ke istana dan memberi tahu raja bahwa Anda akan tidur di rumah nona Sinta"
"Terima kasih Bagaskara"
Keesokan harinya, Tania bersiap untuk pergi ke istana. Dia berterima kasih kepada Sinta dan dia berkata bahwa Sinta harus datang mengunjungi istana nanti. Sinta sangat senang mendengarnya, karena Ratu adalah idolanya sejak kecil.
Bagaskara telah tiba di rumah Sinta untuk menjemput Ratu. Namun bukan hanya Bagaskara yang datang ke rumah Sinta, tapi juga ada Raja Anusapati. Raja Anusapati turun dari kereta kudanya.
"Yang Mulia Raja telah tiba", teriak Karso yang mengumumkan bahwa Raja sudah ada.
"Yang Mulia, apakah Anda tidak ada rapat pagi? Anda terlihat tidak sibuk hari ini", kata Tania.
"Kamu hamil, mengapa kamu meninggalkan istana tanpa pengawal kerajaan?" tanya Raja Anusapati.
"Saya pergi dengan Ratri kemarin tetapi saya kehilangan dia karena saya terlalu fokus pada pertunjukan"
Bagaskara mengatakan bahwa mereka harus kembali ke istana sekarang, dan Sinta mengucapkan selamat tinggal kepada ratu.
Dalam perjalanan menuju istana, Tania merasa jika Sinta cocok dengan Pangeran Mahisa. Dia baik, imut, dan pintar. Kemudian Tania bertanya kepada raja berapa umur Pangeran Mahisa.
"Mahisa? Saya pikir dia berusia 18 tahun", kata raja.
"Apa dia sudah punya pacar?", tanya Tania.
"Pacar? kenapa kamu ingin mengetahuinya?"
"Menurutku Sinta adalah wanita terbaik untuknya"
"Aaaa. Begitu, kurasa dia juga membutuhkan seorang istri untuk membantunya memimpin wilayah Kadiri"
Tania menanyakan mengapa daerah Kadiri mendapat perlakuan khusus dari pemerintah, berbeda dengan daerah lain. Kemudian Raja Anusapati menceritakan bahwa Wilayah Kadiri adalah sebuah kerajaan yang merdeka, namun setelah Raja Ken Angrok melakukan ekspansi, wilayah Kadiri menjadi bagian dari Singhasari. Setelah itu, daerah Kadiri menjadi daerah khusus, dan kemudian Raja Ken Angrok mengangkat Pangeran Mahisa menjadi raja kadiri. Dia berdiri di bawah raja sama dengan adipati di daerah lain.
"Apa perbedaan antara Mahisa sebagai raja di Kadiri dengan adipati lainnya?"
"Karena Kadiri adalah Daerah Mandiri, mereka mengatur pemerintahannya secara mandiri"
"Oh, begitu.. aku mengerti"
Setelah mendengar penjelasan tentang Kadiri, Tania berpikir mungkin tidak semua yang tertulis di buku Pararaton itu benar. Mungkin Raja Anusapati tidak akan pernah dibunuh oleh Pangeran Toh Jaya. Namun ia ingat bahwa dalam sejarah prasasti Mulamanurung diceritakan bahwa Pangeran Toh Jaya menjadi Raja Kadiri, itu berarti Pangeran Toh Jaya mungkin akan membunuh Pangeran Mahisa.
"Ya Tuhan!" kata Tania.
"Ada apa ratuku?"
"Tidak..tidak..tidak.. Aku hanya berpikir tentang Pernikahan Mahisa".
"Hmmm.. kau ingin segera mengatur pernikahan Mahisa? Aku akan menulis surat untuk memberitahu Mahisa dulu"
"Ya tolong, Kita perlu bertanya pada Mahisa sebelum kita mengambil keputusan"
Raja dan Ratu telah tiba di istana. Tania pergi ke kamarnya bersama Ratri, lalu Raja Anusapati pergi ke ruang kantornya bersama Bagaskara.
"Bagas, beri aku kertas dan pena, aku ingin mengirim surat untuk Mahisa"
"Ya yang Mulia"
Kemudian Bagaskara meminta Karso untuk memberikan kertas dan pena.
3 hari kemudian, Mahisa menerima surat itu. Dia membaca surat itu di ruang kantornya.
"APA? PERNIKAHANKU?"