@@@@
"Ah jadi kau akan ganti rugi," ejek Bianca dengan nada mengejek di suaranya , yang malah membuat Daniel semakin frustasi karena dia tak akan sanggup ganti rugi.
"Arghh aku tak bisa membayar ganti rugi itu. Apakah aku tak punya pilihan lain? Pilihan ketiga?" Daniel mencoba menawar Bianca. Dia menatap memohon kepada Bianca. Berharap Gadis itu memberikan pilihan yang lain. Dia berdoa di dalam hati jika dia masih diberi pilihan yang lain.
"Hmm pilihan ketiga?" ucap Bianca dengan nada berpikir .
"Ya , kau memilikinya," ucap Bianca meyakinkan.
"Sungguh? Apa?" Wajah Daniel kembali cerah mendengar ucapan Bianca. Daniel terlihat begitu antusias untuk mendengarkan tawaran Bianca yang ketiga. Dia menegakkan tubuhnya untuk mendengarkan kalimat Bianca
"Pilihan ketigamu adalah PENJARA..."ucap Bianca dramatis dan menekan setiap kata yang terucap. Seperti petir di siang hari tengah menyambar tubuh Daniel. Daniel terkejut bukan main.
"Apa? Pen—jara?" ucap Daniel masih tak percaya. Seketika semua bayang hal buruk dan dampak lainnya muncul di otak Daniel.
"Ya, jika kau tak bisa membayar ganti rugi dan tak mau bekerja untukku maka dengan sangat terpaksa aku akan membawa masalah ini ke jalur hukum dan membuatmu di penjara untuk beberapa waktu. Mungkin sekitar lima tahun." Jelas Bianca santai sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi itu.
"Tidak, aku tak ingin masuk penjara," ucap Daniel cepat setelah membayangkan hidupnya akan hancur jika itu terjadi. Dia tak akan bisa mengapai cita-cita menjadi seorang dokter jika dia masuk penjara.
"Jadi apa pilihanmu Daniel? Apa kau akan memilih pilihan pertama yaitu ganti rugi 80 ribu dollar? Atau pilihan kedua yaitu bekerja untuk menghamiliku? Atau kau lebih memilih pilihan ketiga yaitu masuk penjara selama lima tahun?"
Daniel hanya diam memikirkan apa yang harus dia pilih. Ketiga pilihan itu mempunyai resikonya masing masing.
"Aku tak memiliki banyak waktu. Waktumu lima menit untuk berpikir dan menentukan pilihanmu. Aku harap kau tak akan menyesali keputusanmu? Lima menitmu berjalan mulai dari sekarang Daniel." Desak Bianca menuntut jawaban cepat dari Daniel. Gadis itu tak ingin berlama lama. Gadis itu mulai melihat jam tangannya.
"Apa? Tidak bisakah kau memberikanku waktu seminggu untuk berpikir? tidak,3 hari saja. Atau satu jam?" Daniel mulai panik karena Bianca diam tak bergeming sedikit pun. Gadis itu masih memperhatikan jam tangannya. Seakan benda itu lebih menarik di bandingkan seorang pria tampan dan mempesona di hadapannya.
"Kau membuang waktumu satu menit Daniel," ucapan Bianca membuat Daniel semakin gelisah, keringat dingin mulai bermunculan di tubuh Daniel. Seakan dia sedang dihadapkan pada pilihan hidup atau mati. Tapi memang seperti itulah keadaan yang tengah Daniel hadapi. Jika dia memilih keputusan yang salah , dia pasti akan menyesalinya seumur hidupnya. Hal itu membuatnya semakin frustasi.
"Aiissshhh sial. Apa yang harus aku pilih?" tanya Daniel frustasi karena dia bingung harus memilih pilihan yang mana.
"Walaupun aku bekerja ditiga tempat sekaligus dalam satu tahun, aku tak yakin bisa mengumpulkan uang sebanyak 80 ribu dollar. Aku juga tak bisa meminta uang sebanyak itu pada ayahku," ucap Daniel kepada dirinya sendiri mencoba mencari pilihan yang lebih baik.
"Lalu apa aku harus menerima pekerjaan itu? Tidak - tidak aku masih dalam batas warasku. Aku belum gila hingga membuatku menerima pekerjaan itu." Kini Daniel terlihat seperti orang gila yang sedang berbicara seorang diri.
"Tapi aku juga tak ingin masuk penjara. Dan mengotori daftar riwayat hidupku, dengan catatan kriminal."
"Arrggghhhhh apa yang harus kupilih?"Daniel berteriak frustasi.
Bianca yang sejak tadi diam dan menghitung waktu pun mulai berkata "Waktumu sudah habis Daniel. Jadi apa pilihanmu?" .
"Apa? Tu..tunggu dulu. Aku masih belum cukup berpikir. Berikan aku sedikit waktu lagi."
"Maaf, aku tak bisa. Jam istirahatku hampir habis. Aku harus segera kembali ke kantor. Jadi , cepat katakan apa pilihanmu Daniel ? Berpikirlah sebelum kau mengatakan pilihanmu. Agar kau tak menyesal di kemudian hari."
"Aiisshhhh aku juga sedang berpikir dengan keras nona." Daniel kembali menjambak rambutnya dengan kasar membuat beberapa helaian rambutnya rontok kembali.
"Sial, mengapa ketiga pilihan yang kau ajukan begitu sulit," umpat Daniel kesal.
"Oh bukankah ada sebuah pilihan yang sangat mengiurkan. Kau tak perlu merasakan dinginnya penjara dan tak usah memusingkan uang. Kau hanya perlu bekerja untukku. Dan kau juga tak membutuhkan keahlian khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Di tambah lagi aku akan membayarmu mahal jika kau menyelesaikan pekerjaanmu itu." Bujuk Bianca berharap Daniel mau memilih pilihan kedua.