Lenguhan panjang Daniel lega sambil menyentakkan Bianca. Menyemprotkan jutaan benih yang dia miliki. Daniel terkulai lemah menimpa tubuh Bianca. Dia kelelahan melakukan tiga ronde percintaan panas bersama Bianca. Tubuhnya lengket di banjiri keringat. Daniel terdiam masih menetralkan nafasnya.
"Menyingkirlah dari atas tubuhku," ucap dingin Bianca mulai keluar lagi. Dengan malas Daniel bangkit sambil melepas penyatuan mereka. Lalu berbaring tepat di samping Bianca.
Dengan tiga ronde yang ia lalui membuat Daniel kini sangat mengantuk dan ingin cepat tidur. Dia mulai memejamkan matanya.Bianca mulai menurunkan piyama tidurnya, dan menarik selimut menutupi tubuhnya. Lalu gadis itu berbalik menghadap ke arah Daniel. Menatap tajam dan tak suka melihat Daniel yang memejamkan mata.
Dengan dingin dan tak berperasaan , Bianca mendorong kuat Daniel dengan kaki kanannya. Membuat Daniel terjatuh dari atas ranjang.
Bukkk...
"Auuuu..." Ringgis Daniel saat merasakan tubuhnya jatuh ke lantai.
"Yak, apa yang kau lakukan?" Protes Daniel sambil mencoba untuk duduk.
"Jam kerjamu sudah habis. Jadi kau bisa keluar dari kamarku. Dan tidur di kamarmu." Tegas Bianca tanpa ingin mendengar bantahan apapun dari Daniel.
"Haahhh ,menyebalkan." Denggus Daniel dengan tatapan tak percaya mengunus wajah Bianca yang mulai memejamkan mata untuk tidur.
"Apa sekarang aku sudah terlihat seperti seorang gigolo yang hanya memuaskan nyonyaku?" Gumam Daniel pada dirinya sendiri. Bianca masih bisa mendengar gumaman itu, namun dia tak peduli. Daniel mulai mengambil pakaiannya tanpa berniat memakainya. Pria itu mulai berjalan menuju pintu.
"Jangan lupa menutup pintu." Perintah Bianca yang membuat Daniel menoleh ke arah gadis itu. Daniel melihat Bianca yang mulai mencari kenyamanan di atas kasurnya.
Daniel menatap wajah Bianca yang terlihat lelah akibat percintaan panas mereka. Tanpa Daniel sadari sebuah senyuman tipis terukir jelas di wajahnya.
"Selamat malam," ucap Daniel pelan namun dia yakin Bianca masih bisa mendengarnya. Lalu dia pergi ke kamarnya dan tak lupa menutup pintu kamar Bianca.
_____________
Daniel Kendrick Pov__
Sudah seminggu aku tinggal di apartemen Bianca. Selama seminggu ini aku mulai mengerti dan memahami watak wanita itu. Jika harus menggambarkannya gadis itu lebih seperti Putri Es dingin di bandingkan seorang putri. Dia memang cantik , aku akui itu tapi sifatnya sungguh sangat menyebalkan. Di hari pertama dia seakan tak menyadari keberadaanku. Di hari selanjutnya dia menyuruhku ini dan itu seakan aku adalah pelayannya saja. Bersikap menyebalkan dengan semua perintah dan keinginannya. Dan dari semua tingkah menyebalkan itu , dia masih menatapku dengan tatapan dinginnya. Melihatku dengan matanya yang tajam dan mengintimidasi. Sejak awal bertemu dengannya , aku seperti lelaki bodoh yang hanya bisa mengikuti keinginannya , dia wanita otoriter yang tak memiliki perasaan. Hanya ada dua ekspresi yang dia miliki , wajah datar dan wajah marah. Gadis itu tak pernah tersenyum sedikit pun. Bahkan untuk melengkungkan sudut bibirnya saja dia seakan tak bisa. Jadi jangan pernah berharap bisa melihat wajah merona malu milik Gadis Putri Es itu. Ah satu lagi ekspresi wajahnya yang aku yakin hanya aku yang melihatnya, yaitu wajah terangsang nan bergairah miliknya ketika berada di bawah kuasaku. Mengingat wajah itu membuat aku selalu tak sabar menunggu jam 10 , jam kerjaku.
Ya jam kerja, sampai saat ini aku masih tak mengerti dengan jalan pikiran wanita itu. Dia ingin memiliki seorang anak dengan membayar dan mempekerjakan seorang pria asing untuk menghamilinya. Apa gadis Putri Es itu sudah gila dan kehilangan salah satu saraf otaknya. Sampai saat ini aku masih bertanya-tanya apa alasan di balik semua ini. Aku yakin dia bukan wanita bodoh, karena dia seorang direktur sebuah perusahaan dan dia juga dengan pintarnya menarik dan membuatku setuju dengan pekerjaan ini. Jadi alasan seperti apa yang melatarbelakangi dia melakukan hal gila ini.
Dan satu lagi aku bertanya-tanya mengenai keluarganya. Apa reaksi keluarganya jika tau Bianca mempekerjakan seorang pria asing untuk menghamilinya? Atau jangan-jangan dia sudah tak memiliki keluarga lagi.
"Yak Daniel.!!" Teriakan seseorang di depanku menyadarkanku dari lamunan panjang.
"Sejak tadi aku memanggilmu. Tapi kau tak mendengarku, apa kau melamun?"
Aku menatap seorang pria yang baru saja duduk di hadapanku dengan membawa bakso di hadapannya. Dia sahabatku. Pria mesum yang selalu meracuniku dengan hal mesum. Rendiansyah Putra.
"Yak mengapa kau terus menatapku begitu? Kau membuatku takut. Aku masih normal dan sangat tertarik kepada Gadis," ucapnya mendenggus tak suka kepadaku.
Aku mendecakkan lidahku. Mencemooh kalimat anehnya.