Chereads / Buat Aku Hamil / Chapter 15 - Bab 14

Chapter 15 - Bab 14

"Aku juga masih normal dan tak akan pernah tertarik padamu," ucapku dengan raut wajah yang kesal.

"Hahahaha.. kupikir kau berubah menjadi gay karena tak pernah menyentuh wanita sekali pun," ejeknya lagi.

Haiiissshhh pria ini sudah gila. Dia memang sering mengajakku ke club malam dan dia selalu mengejekku karena aku tak pernah mau menyentuh wanita malam yang menggodaku.

"Aiiisshhh.," ucapku kesal dan menghiraukan tawanya yang semakin mengejekku. Asal dia tau saja kini aku sudah bukan perjaka lagi. Setiap malam aku selalu menyentuh wanita. Hanya satu wanita. Dan walaupun hampir setiap hari aku menyentuhnya namun aku tak pernah bosan , bahkan ingin sekali melakukannya terus menerus di tempat-tempat yang berbeda yang aku yakin akan membuat sensasi yang sangat menggairahkan.

Oh shit mengingat hal itu membuat aku kembali ingin menyentuh Bianca. Membuat aku tak sabar menunggu jam 10 malam dan menyentuhnya lagi. Menanamkan benda berhargaku di dalam tubuh hangat dan basah miliknya. Oh shit membayangkannya saja membuat tubuhku mulai mengeras. Aku rasa kini aku sudah berubah menjadi pria mesum. Sepertinya otakku mulai teracuni.

"Yaiiisss kau melamun lagi," ucap Rendi kesal menatapku. Membuat aku kembali memfokuskan mataku ke arahnya.

"Semalam Aku mendatangi flat sewamu tapi tak menemukanmu disana. Dan kudengar dari Kim Bum tetanggamu kau sudah beberapa hari ini tidak pulang ke flatmu. Kau kemana Daniel?"

"Ya, memang beberapa hari ini aku tak pernah kembali ke flatku."

"Lalu kau kemana?"

Bagaimana aku harus menjawabnya. Aku tak mungkin mengatakan aku tinggal di apartemen Gadis asing dan berhubungan sex dengannya . Aku yakin Rendi akan terkena serangan jantung dan aku bisa mati jika Bianca tau aku menyebarkan rahasia kami ini.

"Aku menginap di rumah temanku."

"Temanmu yang mana? Kau hanya memiliki sedikit teman dan semua temanmu aku mengenalnya. Jadi temanmu yang mana? Dan kudengar kau juga sudah berhenti bekerja." Selidik Rendi.

Aku semakin terpojok. Aku lupa jika dia mengenal semua temanku. Apa yang harus aku katakan padanya. Aku harus berpikir keras agar dia tak curiga dengan alasanku.

"Daniel, kenapa diam? Selama ini kau tinggal dimana?" Desak Rendi semakin gencar.

"Aku tinggal di rumah seseorang," jawabku ragu.

"Seseorang siapa?" Desak Rendi lagi.

"Seorang gadis tua."

Yang dingin dan menyeramkan yang pernahku temui. Lanjutku dalam hati.

Melihat kening Rendi mengerut aku kembali berbicara.

"Aku bekerja untuknya."

Bekerja untuk menghamilinya.

"Menjadi seorang pembantu di rumahnya." Menjelaskan kepadanya pekerjaanku.

Ya , aku memang sudah seperti pembantu disana. Di suruh ini dan itu. Tapi ada seorang bibi yang akan datang di pagi hari untuk membersihkan seluruh apartemen itu. Sisanya aku yang akan di suruh oleh Putri Es kejam itu.

"Kau bekerja sebagai pembantu. Astaga!" Suara kencang Rendi membuat beberapa orang menengok ke arah kami. Membuat aku kesal dan langsung membungkam mulut busuknya itu.

"Yak. Kecilkan suaramu. Kau ingin kita menjadi pusat perhatian." Kesalku menatap tajam ke arahnya.

"Daniel, kau itu seorang calon dokter dan sekarang kau malah bekerja sebagai pembantu." Kini suaranya sedikit pelan.

"Ya, itu sebabnya rahasiakan ini dari yang lain."

Jika rahasia ini terbongkar , aku bisa mati di tangan Putri Es tak berperasaan itu.

"Baiklah aku akan merahasiakannya. Tapi mengapa kau mengambil perkerjaan itu?"

"Karena bayarannya cukup mahal dan jam kerjaku hanya sedikit. Jadi jam kuliahku tak akan terganggu lagi."

Sebenarnya aku terpaksa mengambil pekerjaan itu. Pekerjaan gila yang pernah kulakukan. Dan sialnya kini aku malah menikmatinya.

"Lalu bagaimana majikanmu itu? Kau bilang dia seorang gadis."

Rendi selalu seperti ini jika membicarakan mengenai gadis. Insting playboynya langsung aktif jika mendengar kata Gadis.

"Dia wanita yang menyebalkan. Sangat suka memerintah dan dia juga suka..."

"Aku tak menanyakan sikapnya. Yang aku tanya bagaimana rupanya? Apa dia cantik? Sexy? Bagaimana bentuk tubuhnya?" Serobot Rendi memotong ucapanku.

Dasar pria mesum. Lihat wajahnya dia sudah seperti pria tua mesum yang langsung berbinar-binar bahagia ketika membicarakan seorang gadis. Seperti seorang pria hidung belang hypersex.

"Dia jelek. Sangat jelek dan tua."

Jelek? Gadis itu sangat jauh dari kata jelek. Dia begitu cantik seperti seorang artis. Tua? Ya dia dua tahun lebih tua daripada aku. Tapi wajahnya masih terlihat muda. Aku mulai mengatakan yang sebaliknya. Aku tak ingin dia tertarik dengan Bianca. Dan mulai mencari informasi tentang Putri Es itu.

Dan entah mengapa rasanya aku kesal melihat antusias Rendi mengenai sosok Bianca.

"Dia sangat gendut, tubuhnya lurus dengan lipatan lemak dimana mana."

Itu adalah kebohongan yang besar. Sudah beberapa malam aku melihat tubuh Bianca. Tubuhnya begitu indah. Lekukkan yang sangat pas di beberapa titik. Bisa di bilang dia memiliki body yang mirip gitar spanyol. Sangat indah. Apalagi ketika tubuh itu berada tepat di bawahku. Astaga, aku mengingat kembali pekerjaan panas yang kulakukan semalam. Sial apa aku sudah menjadi pria mesum. Karena sejak tadi yang ada di pikiranku hanya Bianca dan bercinta.