"Xena," panggil Echa yang kini duduk di sebelahnya.
"Ya," jawab gadis itu tak menoleh sedikitpun. Ia nampak sibuk sendiri.
Sasa dan Echa saling lirik dan perang pikiran. cepat bicara.
"Kita nanti sepulang sekolah mau ke Mall, apa kau—"
"Aku tidak bisa ikut." sahut Xena langsung.
Echa mengerjap heran, ia bahkan belum menyelesaikan ucapannya namun sudah ditolak duluan.
"Kamu ada acara kah?" tanya Sasa ikut melanjutkan.
"Aku harus membaca buku," ungkap Xena sambil memperlihatkan buku tebal yang dipegangnya. Ia bahkan belum membaca seperempatnya.
Echa akhirnya memilih tertawa, meski tidak ada yang lucu. Entah apa yang ia tertawakan, bukankah itu aneh. kan baca buku bisa nanti-nanti pas pulang sekolah. Xena itu harusnya berbaur. bukan pacaran dengan buku terus.
"Kamu sudah beberapa hari di sini loh, bukankah harusnya jalan sesekali dengan teman?"
Xena menurunkan novel yang sedang ia baca, sepertinya agak terganggu dengan perkataan Echa barusan. Lalu menatap mereka serius.
Echa menahan senyum, berpikir sepertinya rencananya berhasil. Tidak ada yang bisa menolak ajakannya. Memangnya apa serunya membaca buku sih. Enakan cuci mata di mall. bisa lihat koleksi baju, tas sepatu cantik bahkan make up dan aksesoris belum lagi kalau nanti ketemu cowok tampan. Double deh senangnya, Sayangnya itu hanya ada dalam khayalan Echa, sebab yang diucapkan Xena berikutnya di bertentangan dengan harapanya.
"Aku tidak punya teman," tukasnya kemudian, lalu kembali membaca. Tak mengindahkan tatapan cengo Echa da Sasa. Mereka saling lirik.
"Kau dengar apa yang dia katakan?" ucap Echa pada Sasa, gadis itu langsung mengangguk.
"Sebentar, tidak punya teman? Lalu, kami ini apa? Berudu?" tanya Echa tak terima dengan tatapan nanar. Melihat Echan yang begitu sepertinya Sasa tak bisa hanya melihat saja.
"Hei, sudah sudah, dia hanya bercanda sepertinya kok malah ribut," bisik Sasa menenangkan.
Echa malah merengut, menatap Xena dengan kesal, rasanya ia ingin mengigiti Xena. Teman barunya itu agak menyebalkan.
"Kita bisa pergi berdua nanti, atau mengajak yang lain," usul Sasa lagi karena Echa tak bergeming.
Meski masih kelihatan sebal, Echa pun mengangguk, mungkin Xena butuh waktu untuk beradaptasi dengan mereka, karena dari kepribadiannya ia kesulitan bersosialisasi. Harusnya ia bersyukur karena Echa dan yang lain mau mendekati duluan.
"Jam tangannya lucu," puji Echa tiba-tiba melirik ke arah pergelangan tangan Xena yang tertutup manset tangan.
"Harusnya aku juga pakai itu," lirihnya lagi.
Xena menghela nafas, kemudian menaruh bukunya di atas meja, membuka resleting tasnya. Mencari sesuatu. Kemudian menyodorkan pada Echa ketika ketemu.
"Ini—" Ucapan Echa mengantung, ia tidak menyangka Xena membawa jam lain di tasnya.
Sedangkan Sasa menatap heran.
"Pantas saja tasmu sebesar itu," cicit Echa namun Xena tak menjawab, Echa tersenyum riang. Ia tak lagi marah sekarang.
"Ini manis sekali, terima kasih Xena," ujarnya sambil menatap jam itu.
"Untukku tidak ada kah?" Sahut Sasa mau juga.
Xena lagi-lagi menghela napas. kenapa mau membaca buku banyak sekali rintangannya.
Ia kemudian merogoh tasnya lagi. ia menemukan jam tangan warna abu-abu.
"Mau ini?" tanya Xena datar.
begitu melihat jamnya, Sasa pun langsung menyambarnya sebab jamnya bagus walau warnanya abu-abu. Kalau dia sih lebih suka warna cerah.
"akan ku pakai," kata Sasa.
Sementara itu dari sudut lain, Amel menatap ke arah Xena tajam. Ia kesal ketika mendengar rumor bahwa Dino yang selama ini di kejarnya sepertinya sedang pdkt. Ia meremas botol digenggamannya. Karena Xena tak kelihatan ketakutan pada ancamannnya tempo hari, malah terlihat biasa saja, kemudian ingatan itu kembali, si Rifqi yang sok bersikap seperti pahlawan kesiangan."
"Aku akan cari cara lain, awas saja," gumamnya.
***
Jam kedua adalah olahraga, para siswi sudah berganti pakaian dengan kaos olahraga, kecuali Xena yang malah memakai luaran sweater.
"Kau mau mandi keringat?" tanya Echa seakan tak percaya akan yang dilihatnya.
Xena malah balik tanya "Kenapa?"
Sasa tertawa, "Tidak ada yang memakai sweater saat olahraga Xena, kecuali kamu."
"Tidak ada larangan, kan?" tanyanya.
Mau tak mau Sasa dan Echa mengganguk.
"Ya, memang tidak sih," tutur Sasa Kemudian menarik kedua temannya untuk segera ke lapangan.
Sepertinya Xena masih akan terus bersikukuh mengenakan sweater itu.