Chereads / Us! / Chapter 15 - Pendekatan

Chapter 15 - Pendekatan

"Xena, kamu yakin pakai sweater saat cuaca panas?" Tanya ketua kelas sambil sedang mengatur barisan, saat melewatinya. Agak heran sebenarnya.

"Tentu," sahut Xena santai.

Pak Arwin namanya, guru olahraga yang berusia 45 tahun namun semangatnya masih luar biasa. Sebelum memulai olahraga, seperti biasa untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu agar tidak ada encok atau saraf kejepit nantinya pas olahraga.

Setelah pemanasan singkat yang tak sampai lima menit itu langsung beralih ke olahraga yang sebenarnya.

Untuk anak laki-laki, hari ini khusus basket. Sedangkan yang perempuan main bola voly, Xena bukan termasuk orang yang pintar olahraga, karena sebelumnya ia enggan untuk turun ke lapangan, tapi kali ini ada teman-teman yang menariknya, walau begitu dia main lempar bola dengan Sasa yang ternyata cukup jago, sedangkan dirinya berkali-kali mencoba memukul bola, namun tak melewati Net. Lapangan yang cukup luas membuat para siswa leluasa bermain. Beberapa orang di panggil untuk bermain voly berkelompok kemudian.

Di antara mereka muncul Amel yang paling bersemangat, tiba-tiba saja muncul niat buruk dalam dirinya, ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini, Amel sendiri memang dikenal sebagai tim voly putri dari SMP, ia mengambil langkah menjadi lawan Xena.

Meski Xena sudah bilang ia tidak bisa. Tapi mereka tak peduli dan menggabungkan Xena ke dalamnya.

Sangat jelas sekali, saat permainan berlangsung, Amel berkali-kali mencoba smash ke arah Xena. Namun dihalangi oleh pemain lawan.

Xena terdiam, ia ingat sekali, gadis itu yang merundungnya kemarin, kenapa ia baru sadar sekarang, dan bagaimana caranya ia bisa ada di sana. Dan sekarang seperti sedang berusaha ingin membunuhnya, Namun ia tidak gentar dan terus bermain, Amel pun berkerjasama dengan dua temannya untuk mencelakai Xena.

Bola bagus diberikan pada Amel. Dengan penuh semangat ia men-smash kencang ke arah gadis yang diincarnya sedari tadi.

Bola itu sukses menghantam telak wajah Xena dengan keras, para gadis menjerit, Amel dan temannya tersenyum girang. Pluit panjang ditiup. Sasa dan Echa yang tadi permisi sebentar segera menghampiri Xena dengan wajah pucat karena khawatir.

"Kalau dia pingsan gimana," bisik teman amel merasa ketakutan.

"Kan anggap saja kecelakaan, biar kapok dia," balas Amel santai tak peduli pada yang lain.

Xena memegangi wajahnya yang baru saja kena hantam. Ia menunduk. Sasa memegangi bahunya, dan yang lain mengerubungi, entah simpati atau hanya ingin melihat dengan mata kepala sendiri.

Awalnya mereka kira Xena menangis saat sang gadis tertunduk, ternyata bukan.

Pak Arwin datang dengan tak kalah panik. Menyuruh Xena untuk mendongakkan wajahnya.

"Aku tidak apa-apa," ucap Xena dingin, dengan wajah nampak memerah, Amel di sebelah pak Arwin nampak memasang wajah palsu meminta maaf. Pak Arwin menegurnya untuk berhati-hati lain kali, yang lain melirik ngeri. Mereka tahu Amel sengaja namun memilih diam saja.

Lalu tanpa diduga, ada darah tiba-tiba menetes dari hidung Xena. Amel mundur bersamaan dengan para gadis lain yang menatap ngeri. Apa yang sebenarnya terjadi.

Sasa Panik. Dan pak Arwin meminta Xena segera dibawa ke UKS. Untungnya ia masih punya kesadaran.

Xena berjalan sambil menyeka hidungnya yang terus mengeluarkan darah. Sedikit melirik ke arah Amel yang memucat.

Mutia–Petugas uks segera mengobati Xena. Ia mnyuruh Xena berbaring jika merasa pusing. Tapi Xena bilang dia tidak apa-apa dan tidak merasa pusing. Hingga hanya duduk di ranjang sambil menyeka hidungnya dengan kapas. Kalau bukan karena guru dan teman-temannya malas ia ke UKS.

"Sekeras apa dia melakukan smash," ujar Mutia karena melihat wajah Xena yang merah bak kepiting rebus.

Pak Arwin bertanya apa Xena ingin dibawa kerumah sakit untuk diperiksa? Karena smash tadi terdengar sangat keras. Ia bahkan bingung kenapa Xena tidak pingsan. Bukan berarti ia mengharapkan anak didiknya itu pingsan. Hanya heran.

"Aku tidak apa," ucap Xena kelihatan seperti tak merasakan sakit yang berarti. Di luar Sasa dan Echa menunggu dengan cemas.

"Sikap kalian seolah-olah aku sedang dioperasi caesar," ujar Xena keluar dari UKS.

Kedua temannya langsung merangkul nya.

"Kenapa keluar?!

"Kamu harus istirahat!"

"Masih pusing? Harus ke rumah sakit tidak?"

Tanya keduanya bersahutan.

"Aku yang sakit, kenapa kalian yang heboh," cibir Xena.

Echa mendengus "Itu namanya teman, Xena."

Kening Xena berkerut "Teman?"