Leo membelalakkan matanya memandang wanita paruh baya sedang melangkah mendekati mereka. IA sama sekali tidak pernah menyangka kalau Mamanya akan mendatangi kediamannya.
"Mama?"
Andrea mempercepat langkahnya menuju Leo. Ia benar-benar mengeratkan kepalan tangannya, sambil terus mengeraskan rahangnya menyaksikan anak laki-lakinya bersama dengan seorang wanita.
"Mama sama sekali tidak pernah mengajarimu menjadi seorang anak yang nakal. Sebulan kamu meninggalkan rumah dan sama sekali tidak memberi kabar pada Mama."
"Mama, aku . . . "
"Apa? Apa yang ingin kau katakan pada wanita yang sudah melahirkan dan membesarkan kamu? Kamu ini laki-laki, memiliki tanggung jawab untuk melindungi Mama dan adikmu. Kamu juga memiliki kewajiban untuk membuat kami merasa nyaman saat di rumah. Bukan kamu bebani dengan masalah bertub-tubi yang sama sekali tidak ada ujungnya. Kamu tahu apa yang sudah Mama alami selama kamu tinggalkan?"
Leo menggeleng. Ia mengatupkan bibirnya sambil sesekali melirik pada Zee yang diam di tempatnya tanpa melakukan apapun. Tampak sekali Zee juga salah tingkah menghadapi perseteruan antara ibu dan anak di hadapannya.
Leo khawatir saat mamanya mengomel, dia akan mengungkapkan semua kejelekannya di hadapan gadis yang dicintainya. Ia yakin saat itu terjadi, akan sulit baginya untuk mengambil hati Zee, apalagi ia tahu mamanya sangat tidak menyenangkan dalam menyambut kedatangannya.
"Ma . . . apakah aku . . . ."
"Apa? Kamu mau apa? Apakah kamu mau lari dari tanggung jawabmu? Ingat ya Leo, berapa kali Mama mengatakan kepadamu agar kamu meminta ijin saat kamu melakukan sesuatu. Pamit sama Mama sebagai bukti bahwa kau menghargai wanita tua ini."
"Aku menghargai Mama."
"Tapi apa yang kau lakukan? Apa? Apakah tingkah lakumu selama ini mencerminkan bahwa kamu memang menghormati Mama?" Tidak, Leo. Tidak. MAma sama sekali tidak merasa dihargai."
Leo menunduk. Ia ingin sekali menjatuhkan tubuhnya di depan Andrea dan meminta maaf atas semua perbuatan yang sudah ia lakukan pada keluarganya, namun ia urungkan. Ia terpana menyaksikan mamanya mendekati Zee dan menatapnya dari ujung kaki sampai kepala.
"Siapa kamu? Apa hubunganmu dengan Leo, anakku?"
Zee menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan Andrea. Bukan karena dia takut namun ia bingung bagaimana harus bersikap pada wanita paruh baya yang kini sedang menyelidikinya
Melihat Zee yang diam seperti orang ketakutan, Andrea akhirnya tersenyum. Dia tahu gadis di hadapannya adalah gadis yang baik. Tidak seperti para gadis yang dibawa oleh Leo ke hadapannya dan dikenalkan sebagai kekasihnya. Dalam hati Andrea memuji kecerdasan anaknya yang pintar dalam memilih pasangan. Dia juga berharap mereka akan bersatu menjadi sebuah keluarga. Entah mengapa Andrea merasa sangat cocok ketika melihat sosok yang sangat sederhana namun bersahaja. Ia pandang Zee dari atas ke bawah untuk memastikan bahwa gadis itu sedang baik-baik saja. Tidak seperti saat pertama kali melihat dirinya.
"Katakan kepada Mama, apa hubungan kamu dengan anakku Leo. Dia anak nakal dan berani membawa anak gadis orang namun tidak membawamu ke hadapan Mama untuk mengenalkan siapa dirimu yang sebenarnya dan apa hubunganmu dengannya."
Leo yang melihat ada hal yang tidak biasa yang terjadi di hadapannya kemudian menarik tangan Zee dan membawa gadis itu menjauh dari Andrea. Dia tidak ingin Zee merasa tidak nyaman saat berada dekat dengan mamanya dan hal itu bisa membuat gadis yang selama ini didiincarnya mencoba untuk melarikan diri darinya.
"Mama jangan membuat dia ketakutan seperti ini. Dia gadis yang baik dan aku tidak mungkin membiarkan Mama membuatnya tidak nyaman saat berada di rumahku."
Andrea tersenyum melihat sikap posesif yang ditunjukkan oleh Leo. Dia semakin yakin kalau hubungan antara mereka berdua sangat erat dan dekat. Hal ini membuat Andrea kemudian melangkah mendekati Zee dan menariknya agar mendekat kepadanya serta menjauh dari Leo.
"Mama belum menikahkan kalian, maka jangan pernah dekat seperti itu. Aku yakin gadis ini pun memiliki perasaan yang sama dengan apa yang aku rasakan. Sebenarnya dia risih kepadamu namun dia takut untuk menolak karena aku yakin kamu pasti membuat dia tidak nyaman sama sekali."
"Mama yang membuatnya tidak nyaman. Bukan Aku. Jangan pernah melempar fakta. Yang tampak nyata di hadapan kita adalah dia ketakutan karena kehadiran Mama yang tiba-tiba marah-marah di depan aku. Zee sama sekali tidak pernah menerima kemarahanku seperti Mama marah tadi, makanya ke depan jangan pernah melakukan itu lagi. Kalau sampai dia pergi mama adalah orang pertama yang akan aku salahkan."
Andrea tersenyum lalu mengangguk. Ia mengajak Zee duduk di sofa di sudut ruangan. Zee dan Leo mengikuti semua ajakan Andrea. Sebenarnya dia sama sekali tidak tahu apa yang harus ia katakan kepada Andrea.
"Sayang, menginap di rumah MAma ya? Jangan di sini karena Mama yakin dia akan selalu mengawasimu dari ruangannya. Dia itu nakal, Sayang. Jangan pernah percaya padanya. Dia bilang tidak melihatmu, namun dia pasti memasang CCTV di kamarnya untuk melihatmu."
"Mama, jangan menjelek-jelekkan aku dong. Masa iya anak sendiri dicemarkan begitu? Bagaimana aku akan laku kalau Mama seperti tadi?"
Leo mencibirkan bibirnya membuat Zee memandangnya sesaat lalu ia mengalihkan wajahnya. Zee sebenarnya ingin tersenyum melihat interaksi mereka berdua, namun ia urungkan karena melihat Andrea sedang memperhatikannya.
Andrea yang melihat interaksi antara si dan Leo Tersenyum Dalam hati dia bahagia karena akhirnya anak laki-lakinya menemukan gadis yang baik yang cocok dijadikan sebagai seorang menantu.
"Kalian ini benar-benar sangat manis. Mama suka sekali dengan hubungan kalian dan ingin segera mengajak kalian untuk ke pelaminan. Mama sudah sama sekali tidak sabar ingin menimang cucu dan mama harap kalian akan mempertimbangkan keinginan mama."
" tapi tambah. Aku Dan Dia…."
"Apa? "Jangan kau panggil aku tante Panggil mami seperti Leo memanggilku. Oh iya kamu ini benar-benar sangat lucu dan unik. Kamu panggil apa Leo? Dia? Ah mengapa kamu jadi malu malu terhadap Mama? Mama akan sangat senang ketika mendengar kamu memanggil anakku dengan sebutan yang sangat manis. Sayang misalnya, atau panggilan lain yang lebih didengar enak di telinga. "
Zee menggelengkan kepalanya. Tanpa terasa badannya yang sejak awal sudah sangat lemah, kini tiba-tiba terhuyung dan nyaris jatuh kalau saja tangan Leo tidak sigap menangkap tubuh mungilnya.
"Sayang kamu kenapa? Apakah kamu sakit? Katakan pada Mama, apa yang sudah Leo lakukan kepadamu sehingga kamu selemah ini."
"Tidak tante mas Rio sama sekali tidak melakukan apapun kepadaku. aku baru saja mengalami kecelakaan sehingga Mas Leo harus membawaku ke rumah ini. sebenarnya aku Dan Dia. . . ."
Leo segera membungkam mulut agar dia tidak membocorkan hubungan mereka kepada Andrea. si mencoba untuk memberontak namun tenaganya kalah kuat dengan tenaga laki-laki mafia itu. Andri Andrea Leo dan si menggelengkan kepalanya.
Kamu pasti selalu memaksakan kehendak kepada . . . Oh ya siapa namamu tadi? Mama lupa."
"Zee Tante."