Chapter 36 - 36.

"Bagaimana Tuan? Apakah kamu masih merasa memiliki kekuatan untuk melawan kami dan menolak ajakan kami menuju ke markas dan mempertemukan Tuan dengan seseorang?"

Andi menggeleng sekali lagi. Ia sama sekali tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti perintah tamu tak diundangnya, sambil terus mencari celah untuk bisa menyelamatkan diri dari mereka yang tidak diketahui dari mana asalnya.

"Mengapa harus bertanya apakah aku memiliki pilihan untuk menolak? Tidak bukan? kalau begitu silahkan bawa aku kemanapun kamu mau. aku sudah tidak mempedulikan bagaimana nasibku selanjutnya karena bagiku mati lebih penting daripada aku harus menanggung malu karena tidak bisa menyelamatkan bosku."

Pra tamu yang berada di depan Andi mengerutkan kening, mencoba untuk memahami perasaan Andi dan menghubungkannya dengan perintah atasan mereka. Selama ini mereka sama sekali tidak pernah berpikir bahwa Andi bisa dengan mudah mengalami putus asa pada keadaan yang dialaminya. Mereka tahu laki-laki yang ada di depannya adalah orang kuat yang tidak mudah untuk dikalahkan.

Andi menurunkan kedua tangannya untuk diserahkan kepada para tamu. Ia benar-benar pasrah pada keadaan yang saat ini sedang dialami. Tamu tak diundang di hadapan Andi menggelengkan kepala karena mereka sama sekali tidak siap dengan borgol yang akan mereka gunakan untuk menangkap Andi, karena bosnya menyuruh untuk membawa laki-laki itu dengan cara yang baik.

Andi masih terus mengeluarkan kedua lengannya agar musuh yang ada di depannya memborgol dan membawanya ke markas namun setelah menunggu lama tidak ada reaksi maka Andi segera menurunkannya. ia memicingkan matanya mencoba mencari tahu ada apa yang terjadi pada mereka saat ini.

"Tuan berjalanlah lebih dahulu dan kami akan mengawal tuan dari belakang.. Bos kamu kami tidak mengizinkan kami menyakiti Tuan."

"Apa maksudnya? Siapa bos kalian dan apa hubungannya denganku?"

Tidak ada jawaban dan hal ini membuat anda semakin kesal. Ia yang tidak ingin terlalu membuang waktunya kemudian melangkah mendahului para tamu tak diundang tersebut, menuju ke halaman markas. Di sana sudah terparkir beberapa mobil sport berwarna hitam dengan 1 tipe. Saat Andi mendekat, pintu mobil langsung terbuka seolah tahu bahwa orang yang sedang dicarinya sudah siap masuk ke dalam perangkap.

Tanpa menunggu lama, Andi masuk dan duduk di kursi penumpang di belakang kemudi tanpa melihat ke sekeliling.

Andi melangkah masuk ke mobil dan duduk di kursi penumpang. Pengemudi mobil Sport berwarna hitam segera menghidupkan mobil dan melajukan dengan kecepatan tinggi keluar markas. Andi terus mengawasi pergerakan kendaraan yang ditumpanginya. Beberapa tikungan yang dia hafal segera Ia rekam di dalam otaknya. Ia sudah meninggalkan jejak yang bisa digunakan oleh anak buahnya saat dia tidak berada di markas. Dia berharap anak buahnya menemukan jejak itu dan bisa mencari dirinya serta menyelamatkan dia dan Zee.

Saat dia mengawasi perjalanannya, orang yang dapat di belakangnya segera memasangkan plastik berwarna hitam ke kepalanya agar ia tidak melihat jalur yang mereka tempuh.

"Jangan pernah berusaha untuk menyusuri jalur kami karena aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu kalau kamu sampai menghafal jalan yang kita tempuh ini tuan."

Andi hanya diam tanpa merespon ucapkan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Dia tahu semuanya hanya akan sia-sia belaka ketika dia melakukan perlawanan. Bukan karena dia takut kalah karena seorang diri menghadapi mereka, namun dia lebih memilih untuk menyimpan energi yang akan ia gunakan saat mereka sampai di tempat tujuan.

"Apakah Tuan sama sekali tidak mendengar ucapanku sehingga tuan tidak merespon sama sekali?"

Andi menggelengkan kepalanya dan mengangkat 1 lengan dengan menunjukkan dua jari ke atas.

"Apa maksudnya? Apakah engkau ingin kita berdamai? Aku berharap kita bisa bersama seperti apa yang kamu inginkan. Tapi kalau sampai, nanti bosku tidak mengabulkan semua permintaanmu. Aku tidak akan menjamin apapun terhadapmu. Dengan mengabulkan semua permohonanmu sehingga akan tercapai persetujuan diantara kita."

Andi tidak merespon. Dia yakin semua tidak akan pernah dikabulkan oleh Bos dari para preman yang membawanya pergi dari markasnya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Patut curiga pada mereka. Bukan tanpa alasan. Mereka ke markas dan ruang pribadinya sama sekali tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang sopan dan memakai norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Dari tindakan yang mereka lakukan, Andi yakin bahwa mereka adalah para pemain yang tidak dididik dengan baik. Mereka hanya mementingkan kepentingan sendiri tanpa memikirkan kepentingan orang lain. Hal ini tidak pernah diajarkan oleh Zee selama dia menjadi anak buah wanita itu. Zee selalu mengedepankan etika dan bertindak penuh perhitungan saat melakukan aksi di lapangan.

"Apakah kamu sedang membandingkan bosku dengan bosmu? Kalau itu terjadi aku tidak akan pernah mengampunimu. Kita semua datang dari latar belakang keluarga yang berbeda dan pendidikan yang berbeda sehingga kita tidak boleh menyamakan diri kita sendiri dengan orang lain atau sebaliknya."

"Tentu saja aku sama sekali tidak berani melakukan. Aku sedang tidak membandingkan apapun. Aku hanya sedang menganalisa bagaimana sikap bosku terhadap anak buahnya. Dia sama sekali tidak pernah bersikap kasar kepada kami. Bahkan saat kami membutuhkan pertolongan, dia tidak akan segan-segan untuk turun tangan secara langsung. Nona sama sekali tidak pernah mencuci tangan dari masalah yang dihadapi oleh anak buahnya. Dia selalu memberikan pembelajaran terbaik kepada anak buahnya agar memperlakukan orang lain dengan baik dan sopan serta tidak bersikap arogan meskipun kita memiliki banyak hal yang bisa kita banggakan di hadapan banyak orang."

"Sudahlah. Itu artinya kamu sedang membandingkan bosmu dengan bosku tidak usah mengelak.. Sudah kukatakan kepadamu bahwa bos kita masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda kamu tinggal menurut pada peraturan kami agar kamu selama dan tidak mengalami banyak masalah."

"Baiklah aku menurut kepada kalian. Tidak ada pilihan lain karena menolak pun akan sama nasibnya."

"Hahaha bagus kalau kamu paham. Apa yang dikatakan bosku tentang wanitamu sama dengan apa yang di katakan olehmu. Dia selalu memuji wanita yang sudah menolongnya dari cengkraman penjahat yang mencoba untuk merebut hak miliknya."

Andi mencoba merenungkan ucapan dari preman yang berada di sekelilingnya tentang wanita yang kini berada di tempat yang sama sekali tidak diketahuinya.

"Apakah kamu sudah mengenal Bos wanitaku yang sangat ramah dan baik hati itu?"

"Tentu saja. Bukan hanya sekedar mengenal. Aku selalu memberikan pelayanan terbaik kepadanya. Dia benar-benar wanita yang sangat luar biasa dan aku bisa merasakan siapapun yang akan menjadi miliknya adalah orang paling beruntung di dunia ini."

Andi berusaha untuk melepaskan plastik yang membungkus kepalanya namun dari belakang para preman segera memukulnya dengan keras membuat dia mengurungkan niatnya.