"Mengapa kamu diam? Apakah ada hal yang salah yang aku ucapkan tadi? Kalau salah tolong beritahu aku salahnya di bagian mana! Tapi kalau tidak ada yang salah. aku mohon sekali lagi jangan pernah minder dengan kondisi mu karena aku sama sekali tidak menyukai hal itu. Aku lebih suka wanita yang kuat dan mandiri serta wanita yang percaya diri dengan segala kondisi yang dimilikinya."
"Baik Tuan. Saya akan selalu mengingat semua pesan."
Mendengar Miranda menyebutnya dengan sebutan tuan, Afzal menggelengkan kepalanya. Dia sama sekali tidak pernah setuju ketika calon istri memanggil suami calon suaminya dengan sebutan Tuan.
"Aku bukan Tuanmu tapi calon suami. Panggil aku dengan panggilan yang benar dan buat aku bahagia saat bersamamu."
Miranda menganggukan kepala lalu ia tersenyum ia mempererat pegangannya kepada Afzal mencoba menyingkirkan perasaan tidak nyamannya saat ini. Bagaimanapun dia harus bertindak secara profesional karena ia yakin Alex benar-benar menginginkan hal itu. Miranda yakin Alex sama sekali tidak akan marah ketika dia bersikap manja terhadap Afzal karena Alex tahu sikap manja yang ditunjukkan oleh Miranda hanya sebatas sandiwara.
"Sayang ..."
Afzal menoleh lalu tersenyum. Dia merasa sangat bahagia ketika orang yang diinginkannya menyebut dengan sebutan sayang. Namanya melambung jauh membayangkan bagaimana indahnya kehidupan yang akan datang. Dalam hati dia berjanji untuk tetap menjaga hubungannya dengan Miranda walaupun apa yang terjadi kepada mereka berdua.
"Apakah kamu mengemudikan mobil ini sendiri sayang? Kamu benar-benar sangat rendah hati mau menyetir mobil sendiri tanpa mempekerjakan seorang driver."
Afzal menggeleng. Ia kembali teringat kegagalannya mencari Anton untuk memerintahkan dia membawa mereka ke rumah.
"Sebenarnya tadi aku kesini bersama dengan deiverku tapi entah mengapa dia tidak kelihatan sekarang. Beberapa kali aku mencoba untuk mencarinya namun aku kesal karena tidak menemukannya. Daripada aku marah dan kecewa karena menunggunya maka lebih baik aku mengambil kunci cadangan dan membawa mobil ini pergi kamu tidak keberatan kan?"
"Sama sekali tidak. Ini justru lebih baik untuk kita berdoa agar bisa lebih dekat satu sama lain. Kalau ada driver bersama kita, aku yakin kita tidak bebas untuk bicara apapun. Maka sekarang ayo segera nyalakan mobil dan kita akan meninggalkan klub ini. Tidak baik bagi kita orang baik-baik berada di klub malam."
Afzal mengangguk lalu dia mencoba untuk menghidupkan mobilnya namun sebelum mobil menyala, seseorang menggedor pintu mobil dan memintanya untuk turun.
Afzal dan Miranda menoleh ke luar mobil bersamaan. Mereka tidak pernah menyangka kalau saat mereka berdua seperti sekarang ada seseorang yang berusaha untuk mengusik. Miranda kesal dengan keberadaan atom yang kini berdiri di luar pintu mencoba meminta untuk turun dan dia akan menggantikan posisinya menjadi seorang driver yang akan mengantar mereka berdua ke mana pun mereka menginginkannya.
"Dari mana saja kamu? Sudah lama aku mencarimu dan aku sampai merasa menjadi pungguk yang merindukan bulan namun bulan tidak pernah muncul karena sipungguk tidak tahu dimana bulan dan kemana dia pergi."
Anton mengangguk lalu dia membuka pintu mobil depan dan belakang meminta Afzal untuk masuk terlebih dahulu sebelum Miranda. Sebenarnya Anton sangat kesal ketika dia melihat Miranda berada bersama dengan Afzal. Dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau bosnya akan mendapatkan seorang wanita yang baginya wanita tersebut jauh dari kata sempurna. Dia memang tampak sangat sederhana namun kesederhanaan yang dimunculkan oleh Miranda saat ini benar-benar tidak setulus kesederhanaan Andini dan Zee.
Saat dia membuka pintu dan mempersilahkan Miranda turun Anton sengaja menginjakkan kakinya di kaki Miranda sehingga membuat wanita itu menjerit.
"Auw, kamu kenapa tidak hati-hati, Tuan? Kakiku sakit sekali mengapa kamu menginjaknya begitu keras?"
"Ampun Nona saya tidak sengaja tadi saya menginjak kerikil dan an-nas jatuh sehingga kaki saya tak terelakkan untuk menginjak kaki nona. Maafkan aku karena keteledoran ku ini membuat Nona kesakitan."
Miranda mendengus kesal dia benar-benar tidak pernah menyangka kalau akan mendapatkan perlakuan buruk dari anak buah Afzal. Tanpa mengucap kata apapun dia segera masuk ke mobil dan duduk disebelah sambil terus mengelus kaki yang diinjak oleh Anton.
Jeritan Miranda didengar oleh Afzal dari dalam mobil namun dia sama sekali tidak bisa berbuat banyak karena dia sudah terlanjur duduk di belakang kemudi untuk menunggu Miranda.
Saat Miranda masuk dan Anton menutup pintu, Afzal memperhatikan Miranda yang kini sedang mengelus kaki nya.
"Apa yang terjadi mengapa kamu menjadi dan mengelus kaki mu seperti itu? Kelihatannya kamu sedang kesakitan."
Miranda menggelengkan kepala lalu ia memandang Anton. Dia bingung bagaimana menjawab pertanyaan Afzal.
Afzal dan Miranda duduk berdampingan sambil berpegangan tangan, sedangkan Anton yang melihat tindakan mereka dari spion di depannya, hanya bisa mengepalkan tangan lalu memukulkannya ke kemudi. Anton tahu apa yang sebenarnya dilakukan oleh gadis bernama Miranda saat ini. Beberapa kali dia bertemu dengan gadis itu saat berada di restoran menunggu Afzal melakukan meeting. Beberapa kali pula Anton melihat Miranda bersama dengan laki-laki yang berbeda dan hal ini membuat Anton semakin yakin bahwa tujuan Miranda mendekati Afzal adalah murni karena dia mengharapkan sesuatu.
Melihat Anton yang kesal dan memukul kemudinya, Afzal memandang drivernya dengan mengerutkan kening. Ia sebenarnya tahu kalau Anton sama sekali tidak menyetujui dirinya membawa Miranda pulang.
"Apa yang membuat supirku marah-marah seperti itu? Apakah aku sudah membuat kesalahan kepadamu sehingga engkau melakukan hal yang sama sekali tidak membuat aku senang?"
"Tidak ada Tuan. Saya hanya kesal pada diriku sendiri yang tidak berdaya saat ini. Yang tadi lupakan saja karena aku sama sekali tidak sengaja. Tangan ini refleks saja memukul kemudi tapi kalau ada yang merasa tersinggung, saya harus meminta maaf dengan segera."
Miranda yang melihat sama sekali tidak berdaya mendengar ucapan Anton hanya mencibir. Dalam hati ia berjanji untuk memberikan pelajaran kepada Anton kelak jika dia sudah menjadi pemilik tahta di kerajaan kecil milik Afzal.
"Kelihatannya ada yang sedang cemburu sayang. Dia cemburu melihat kemesraan kita berdua. Aku yakin dia juga ingin sekali seperti dirimu."
Afzal memandang Miranda lalu mengangguk dan tersenyum. Dia tahu Miranda sedang menggoda Anton sehingga ia merasa perlu untuk mengimbangi permainan Miranda agar Anton merasa kesal pada mereka berdua.
"Cemburu ya? Aku sama sekali tidak pernah berpikir bahwa ada orang yang cemburu melihat kita sayang. Kalau dia cemburu aku yakin itu karena dia tidak mampu seperti kita. Selama ini aku mengenal dia Aku sama sekali tidak pernah melihat dia bersama dengan lawan jenis. Dia sangat tertutup dan lebih memilih untuk bercengkerama dengan laki-laki dan menutup diri dari pergaulan dan perempuan."