Chereads / Pungguk Tak Merindukan Bulan / Chapter 43 - 43. Gadis Arogan

Chapter 43 - 43. Gadis Arogan

Miranda tertawa. Ia benar-benar merasa terhibur dengan ucapan Afzal saat ini. Ada banyak alasan yang membuat dia harus menggoda Anton lebih banyak lagi agar laki-laki itu marah kepadanya. Saat Anton marah, Miranda akan menambahkan bumbu yang akan membuat atom semakin kepanasan.

"Apakah aku boleh duduk di pangkuanmu? Aku melihat ingin melihat reaksinya saat melihat kemesraan kita berdua."Afzal terpana mendengar pertanyaan dari Miranda. Dia sebenarnya risih dan ingin menolak permintaan Miranda, namun dia kasihan kepada gadis yang sudah menolongnya bila malu kepada Anton. Dia tidak memiliki pilihan lain selain menyetujui permintaan Miranda.

"Tentu saja kamu boleh melakukannya sayang. Apapun untukmu. Jangankan hanya meminta duduk di pangkuan kamu minta apapun akan aku berikan."

Anton membelalakkan matanya. Ia sama sekali tidak percaya dengan jawaban yang ia dengar sendiri dari Afzal. Dia ingin memprotes kelakuan tuannya, namun sama sekali tidak memiliki keberanian karena sekali membantah, maka saat itu juga dia akan dipecat dari posisinya dan hal itu akan membuat Miranda semakin bahagia atas penderitaannya.

"Hahaha kelihatannya ada yang sedang kepanasan sayang. Bagaimana kalau tidak hanya duduk di pangkuanmu?"

"Maksudnya? Kamu ingin meminta apa dariku? Apakah kamu menginginkan kita berdua melakukannya di sini?"

Miranda memandang Afzal seolah sedang meyakinkan apa yang diucapkan oleh laki-laki di belakangnya. Dia tatap wajah Afzal seolah mencari kepastian atas ucapan yang diucapkan oleh Afzal kepadanya tentang melakukan di depan Anton. Dia melihat Afzal adalah laki-laki yang lugu dan belum memiliki pengalaman berkasih sayang dengan wanita. Terbukti dari betapa kaku tangannya saat dia menempatkan dirinya di pangkuan Afzall

Selama ini Miranda selalu mendapatkan perlakuan manis dari Alex saat duduk di pangkuan laki-laki itu. Alex akan membelai setiap inci dari bagian tubuhnya dan mereka membiarkan menikmati setiap sentuhan satu sama lain..

"Sayang apakah kamu tidak m malu ini di mobil di depan driver kamu lagi. Aku sama sekali tidak mau mengekspos tubuhku sembarangan di depan laki-laki kecuali laki-laki itu adalah orang yang aku cintai."

Afzal merasa salah tingkah. Dia menyesali semua ucapannya yang hanya sebagai pancingan agar Anton merasa kesal dan memprotes kalimatnya, namun ia tahu rupanya Anton sangat cerdas dalam bertindak. Dia tidak gegabah mengatakan sesuatu penolakan sehingga tidak ada alasan bagi Afzal untuk menghentikan Anton dari posisinya.

Setengah jam berlalu dan Anton akhirnya menarik nafas dalam karena mereka sampai di apartemen. Bangunan berlantai 27 sengaja dituju oleh Anton untuk membawa Miranda. Dia sama sekali tidak ingin Miranda melihat rumah mewah milik Afzal, karena Anthon yakin Miranda memiliki misi tertentu dalam mendekati Afzal saat ini. Afzal yang melihat dirinya diantar ke apartemen hanya mendesah panjang. Ia ingin marah kepada Anton namun dia tidak memiliki keberanian karena ia yakin Anton sedang memiliki rencana terhadap kehidupannya. Selama ini yang ia tahu Anton adalah laki-laki cerdas yang tidak gegabah dalam melangkah . Dia laki-laki yang penuh perhitungan an-naml pasrah Afrizal akhirnya meminta Miranda turun setelah Anton membukakan pintu untuk mereka.

"Selamat datang di apartemen Tuan Afzal, Nona. Semua pelayan yang ada di sini siap menerima kehadiran Nona dan melayani Nona dengan baik".

Miranda menganggukkan kepalanya lalu dia menatap apartemen berlantai 27 tersebut. Dia sama sekali tidak membayangkan kalau laki-laki seperti Afzal lebih memilih membawa dirinya ke apartemen daripada ke rumahnya sendiri karena dia tahu orang seperti Afzal pasti memiliki rumah huni yang lebih besar daripada apartemennya.

"Sayang mengapa engkau tidak menyuruh driver untuk membawa kita ke rumah? Kamu bilang tadi akan membawaku ke rumah kan? Mengapa sekarang aku di bawa ke apartemen?"

Afzal egera mengulurkan tangannya memeluk pinggang Miranda dan membawanya ke lift yang ada. Security yang sudah menyiapkan segalanya akhirnya meminta mereka untuk masuk. Tidak ada bantahan dari Afzal maupun Miranda. Mereka berdua benar-benar menerima takdir mereka yang diantar ke apartemen dengan bersungut-sungut.

"Selamat datang tuan dan Nona. Kami para pelayan siap melayani Tuan dan Nona dengan baik."

Miranda memandang pelayan sesaat lalu dia kembali menegakkan kepalanya. Tidak ada keinginannya untuk menjawab sambutan dari para pelayan karena ia mengingat perintah Afzal agar dia tidak menundukkan kepalanya saat bersamanya. Afzal yang melihat sikap Miranda di depan para pelayan hanya melirik gadis itu sesaat lalu dia fokus ke jalan. Dia benar-benar tidak tahu mengapa Miranda begitu mudah untuk melakukan semua perintahnya terutama saat berinteraksi dengan orang lain seperti pelayannya saat ini.

"Berikan satu kamar untuk gadisku dan kalian harus menuruti semua perintahnya tanpa terkecuali." Semua pelayan perempuan saling berpandangan mata lalu mereka dengan takut-takut menganggukkan kepala. Tingkah laku mereka membuat Miranda kesal dan dia menarik tangan Afzal lalu membisikkan sesuatu di telinganya.

"Mengapa pelayanmu benar-benar tidak sopan saat berada di depan kita? Seharusnya mereka tidak boleh berbisik-bisik saat di depan bosnya tapi tadi yang aku lihat mereka dengan seenak hati saling pandang dan saling berbisik. Apakah aku boleh meminta sesuatu agar kamu mau membalas kesalahanku dengan menghukum mereka?"

Afzal menganggukkan kepalanya lalu dia melambaikan tangan kepada Anton dan membisikkan sesuatu ke telinga laki-laki itu. Anton membelalakkan matanya mendengar perintah Afzal yang baginya sama sekali tidak masuk akal. Dalam hati ia tahu dan yakin bahwa perintah yang diucapkan oleh Afzal saat ini adalah atas perintah Miranda yang merasa tidak mendapatkan penghargaan yang layak dari para pelayan di apartemennya.

"Pecat mereka saat ini juga. Aku sama sekali tidak suka kalau ada pelayan yang membuat wanitaku kesal."

Anton dan para pelayan saling pandang. Mereka tidak pernah menyangka kalau Afzal akan berbuat berlebihan pada mereka.

"Mohon maaf, Tuan. Apa salah kami?"

Miranda memandang Afzal lalu mengalihkan pandangannya ke pelayan. Ia tersenyum tipis lalu memandang Anton.

'Karena dia yang akan menjadi pelayan kami. Kami sama sekali tidak membutuhkan tenagamu. Hanya dia yang boleh tinggal di sini dan kalian tidak."

"Ta-tapi, Nona. Bagaimana kami akan tinggal di sini? Selama ini kami tinggal di apartemen dan menjaga apartemen ini dengan tenaga dan segenap jiwa raga kami."

"Itu sama sekali bukan urusanku. Aku hanya minta kalian segera keluar dari sini karena aku sama sekali tidak ingin dibantah."

"Tuan, tolong kami. Ijinkan kami tetap tinggal dan bekerja di sini. Kami sudah tidak memiliki sanak saudara di sini. Hanya Tuan Afzal yang menjadi tumpuan hidup kami, Tuan."

Afzal memandang para pelayan sesaat lalu beralih ke Miranda. Ia berharap gadis itu mau menuruti permintaan para pelayan dengan memberi kesempatan kedua untuk tinggal dengan mereka namun Afzal tidak bisa berbuat banyak. Bagaimanapun dia sudah berjanji pada Miranda kalau akan memberikan apapun yang dia minta, termasuk memecat semua pelayan dan mempekerjakan Anton di rumahnya.