Chapter 38 - 38.

Afzal tersenyum. Ia sebenarnya kesal dengan ucapan Andi, namun harga dirinya sebagai tuan rumah benar-benar terusik. Ia berbalik memandang Andi yang masih memeluk Andini. Ia kepalkan kedua tangannya, siap meninju apapun yang ada di depannya termasuk wajah Andi.

"Apa maumu? Apa yang harus aku lakukan agar wanita ini bisa menjadi milikku selamanya? Kamu ingin uang berapa sehingga kamu rela menyerahkan dia kepadaku?"

Andi menggelengkan kepala. Dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau Afzal akan menawarkan uang kepadanya. Selama ini yang ia dengar dari orang-orang di sekelilingnya, Afzal adalah pengusaha sukses yang memiliki perasaan yang sangat lembut, selalu memberi imbalan kepada orang yang sudah berbuat baik kepadanya, namun ia sama sekali tidak pernah berpikir bahwa laki-laki itu sungguh telah melakukan tawaran yang di luar batas pemikirannya.

"Kamu anggap apa Andini sehingga kamu menawarkan uang untukku agar aku mau menukarkan dia dengan uangmu? Perlu kamu ketahui bahwa aku memiliki uang yang banyak dan tidak memerlukan apa-apa lagi. Kehidupanku sudah cukup untuk kunikmati sampai dengan tujuh turunan. Aku hanya butuh kebahagiaan dan kebahagiaanku hanya bersama gadis ini. Jangan pernah berpikir bahwa aku hanya membutuhkan uang dalam kehidupan ini. Kalau itu penilaianmu, kamu salah. Aku berharap mulai saat ini ubah fokus kebahagiaanmu bukan hanya pada uang semata."

Afzal memandang Andi lalu dia mencoba mencari anak buah yang disebar di beberapa titik agar mereka masuk ke ruangannya.. Beberapa kali ia memencet tombol yang ada di tangannya, namun tidak satupun anak buah yang datang menghadap kepadanya.

Andi yang melihat kegiatan Afzal segera mengundurkan langkah mendekati membawa Andini menjauh dari Afzal. Ia mencoba meraih tangan wanita itu dan waspada pada kemungkinan yang akan terjadi kepada mereka.

"Jangan pernah berpikir bahwa aku adalah manusia picik yang hanya bisa menawarkan uang kepadamu Aku memiliki banyak hal dan kamu boleh memiliki salah satu yang kamu inginkan asalkan dia tetap bersamaku. Kalau uangku kamu tolak, aku menawarkan kekuasaan atau harta lain yang aku miliki untukmu."

Andi hanya diam kemudian dia membiarkan Andini untuk melakukan aksi penyelamatan dirinya Kali ini Andini melepaskan pelukan Andi dan mencoba untuk berdiri tegak di hadapan sahabatnya sambil memandang Afzal yang kini tampak sangat rapuh.

"Dengarlah Tuan. Dengar dengan telingamu bahwa aku ini bukan wanita yang dijual calon suamiku. Aku memiliki harga diri dan itu selalu dia jaga sebaik mungkin. Aku akan mengatakan bahwa aku bukan penolongmu. Aku ini orang yang tak memiliki keberanian untuk melihat perkelahian di depanku Bila itu terjadi di hadapanku, Aku selalu berlari dan bersembunyi agar orang-orang yang sedang berkelahi tidak melihatku Cobalah pikirkan bagaimana mungkin aku menolongmu ketika mafia mengeroyok dirimu saat itu"

Afzal menggelengkan kepala. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Andini, namun ia harus berbesar hati bahwa gadis yang ia inginkan sama sekali tidak menginginkannya. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya Afzal menganggukkan kepalanya dan mengulurkan kedua tangannya meminta mereka untuk keluar dari ruangannya.

Andini dan Andi terpana melihat tindakan yang dilakukan oleh Afzal. Laki-laki tampan di hadapannya mengizinkan mereka keluar dari ruangan tersebut dan meninggalkan lokasinya saat ini.

"Pergilah dan jangan pernah muncul di hadapanku karena saat aku melihatmu setelah kita berpisah, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan."

"Terima kasih, Tuan." Sebelum meninggalkan ruangan Afzal, Andini membungkukkan badannya seolah berterima kasih kepadanya karena telah melepaskan dirinya.

"Terima kasih atas izin yang kamu berikan kepada calon istriku untuk meninggalkan rumah ini. Aku tidak akan pernah melupakan sikap lembutmu kepadaku. Meskipun kami suatu saat sudah menikah, aku ingin kita jadi saudara."

Afzal mengangguk.

"Keluarlah dan anak buahku akan mengantar kalian pulang."

Andini dan Andi membungkukkan badannya lalu memundurkan langkah untuk meninggalkan ruangan Afzal.

Keluar dari ruangan Afzal, mereka sudah disambut oleh beberapa orang pelayan yang siap mengantar mereka ke halaman. Para pelayan yang sejak tadi berdiri di depan pintu, berjajar membungkukkan badannya memberi hormat kepada dua orang yang lewat di hadapan mereka.

'Ikuti kami karena Tuan dan Nona akan melewati jalan lain."

Andi dan Andini menunggu lalu dia meminta para pelayan untuk melangkah terlebih dahulu mendahuluinya agar mereka bisa mengikutinya di belakang anti meraih tangan Andini dan penontonnya keluar dari rumah Afrizal dalam pengawasan beberapa pelayan dan anak buah yang berdiri tegap mengawal kepergian mereka.

"Terima kasih, Pelayan. Kalian sudah melayani aku selama di sini. Kalian benar-benar menunjukkan dedikasi yang tinggi dengan memberikan pelayanan terbaik kepadaku. Aku tidak bisa membalas apapun kepada kalian hanya doaku semoga kalian mendapatkan barokah dalam kehidupan kalian."

"Ini sudah menjadi tanggung jawab kami, Nona. Kami memberi pelayanan terbaik karena Tuan Afzal memang benar-benar memerintahkan kepada kami untuk melayani Nona dengan maksimal. Kami akan sangat merindukan Nona ketika Nona sudah berada di luar rumah ini."

Andini tersenyum lalu mengangguk. Dia tidak mungkin menawarkan kepada mereka untuk singgah di rumahnya karena ia tahu kehidupan mereka sangat terikat dengan Afzal.

"Aku berharap kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti entah bagaimana caranya.Tuhan yang akan membalas semua kebaikan kalian kepadaku."

Para pelayan mengangguk. Mereka benar-benar merasa sangat sedih. Beberapa dari mereka menitikkan air mata terutama saat meihat Andini sudah naik ke mobil yang siap membawanya meninggalkan rumah Afzal.

Di dalam ruangannya, Afzal menyaksikan bagaimana Andini mendapat sambutan hangat dari para pelayan dan anak buahnya. ia memang tahu kalau gadis itu memiliki tabiat yang sangat baik. Berbeda dengan beberapa wanita yang ia bawa ke markasnya dan mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan perlakuan mereka pada Andini.

Afzal menarik nafas dalam lalu diam berdiri dan melangkah ke jendela melihat kepergian Andini dan Andi dari halaman belakang rumahnya. Ia melihat banyak sekali asisten pribadinya membungkuk memberi hormat kepada mereka.

Afzal menyugar rambutnya. Ia benar-benar merasa kehilangan sosok yang selama ini selalu membuat dia bahagia saat menyaksikan wanita itu bersamanya. Ia kemudian melangkah mendekati meja dan mengambil kunci mobil lalu melangkah meninggalkan kamar ruang kerja menuju ke halaman.

Beberapa anak buah yang melihat kehadiran Axel segera berlari mendekat lalu membungkukkan badannya. tanpa menunggu perintah mereka membukakan pintu mobil yang di ditunjuk oleh Cell dengan remote control yang ada di tangannya seorang pengemudi segera berlari membukakan pintu lalu segera duduk di belakang kemudi setelah meyakinkan bahwa Bos sudah siap dengan perjalanan. pengemudi masih menunggu perintah dari aksal beberapa saat kemudian namun setelah menunggu agak lama tidak ada perintah maka pengemudi itu berinisiatif untuk menyalakan mobil dan meninggalkan Mansion.

" Apakah kamu sudah tahu ke mana arah tujuanku?"

Sang pengemudi menggelengkan kepala lalu dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan di depan Mansion. Ia memandang Afzal yang masih sibuk dengan ponselnya, menunggu tuannya memberitahu arah perjalanan selanjutnya.

Afzal yang sudah kesal dengan tingkah pengemudinya kemudian menyebutkan sebuah tempat yang membuat sang pengemudi membelalakkan matanya. Ia benar-benar tidak percaya bahwa tuannya menyebut kalimat yang sama sekali tidak pernah ia dengar selama ini.

"Club Mawar."

Ia ingin menanyakan kepastian tujuan perjalanan mereka, namun ia urungkan. Salah bertanya akan membawa petaka untuk dirinya dan saat ini pengemudi yang bernama Anton benar-benar pasrah. Dengan kecepatan sedang dia melajukan mobilnya menuju Club Mawar.

Beberapa kali Anton mencoba untuk meyakinkan kepada Afzal bahwa tujuan yang ia sebut kan benar adanya. ia ingin mengkonfirmasi nama saat Afzal sibuk dengan ponselnya, Anton kembali diam.

"Apakah saya tidak salah mendengar Tuan? Tuan ingin pergi ke Club mawar siang ini? Selama ini yang saya tahu, Tuan selalu menjaga diri agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik. Tuan sendiri yang mengatakan bahwa kita harus menjaga diri kita untuk pasangan kita nantinya, agar mereka tidak mendapatkan siksa orang lain. tapi saat ini.. . ."

Afzal yang masih sibuk dengan kegiatannya bersama ponselnya menghentikan kegiatan. Ia pandang Anton lalu menatapnya tajam. Ia sama sekali tidak tahu mengapa saat ini semua orang menentang keinginannya.