Andrea memandang Leo sambil melotot. Entah mengapa dia merasa Leo saat ini menjadi seperti orang yang sangat bodoh. Seharusnya tanpa meminta izin kepada Zee, ia sudah memanggil dokter untuk mengecek kondisi Zee sejak dia membawa gadis itu ke rumah.
"Seharusnya kamu melakukannya dari tadi tanpa harus meminta izin kepada Zee. Begitu saja kamu harus izin seolah kamu adalah orang bodoh yang tidak berpengalaman."
Leo menganggukkan kepala lalu dia mengambil ponsel yang tergeletak di sebelahnya lalu melakukan panggilan kepada Adriani, dokter pribadi yang selalu menangani keluarganya.
Beberapa menit berlalu dan tanpa Cleo masih mengobrol dengan seseorang.
"Pokoknya aku tunggu kamu saat ini juga. Tidak ada hal yang lebih penting daripada aku dan keluargaku."
Zee dan Andrea saling pandang. Mereka sama sekali tidak berkomentar apapun tentang sikap tegas yang baru saja di sampaikan oleh Leo kepada dokter pribadinya.
"Kamu selalu seperti itu terhadap Adrian, Leo. Kapan dia bisa bebas darimu aku yakin dia akan lebih bahagia."
Leo menatap mamanya kemudian menggeleng. Dia tidak menyadari bahwa si saat ini sedang menatap kepadanya.
"Sebenarnya saya juga tidak ingin di istimewakan seperti tadi. Kalau Mama meminta seseorang dan dia sebenarnya tidak mampu untuk melaksanakan secepatnya lalu kita menyuruh dia untuk meninggalkan urusan lain untuk kepentingan kita apa itu tidak egois namanya"
Leo menggeleng. Dia tahu dia sudah terlalu gegabah dalam melangkah. Terutama saat bersama dengan Zee. Dia merasa sangat bodoh dan tidak bisa berpikir jernih dan kini dia menyesali cerobohnya.
"Aku minta maaf. Besok tidak akan kuulangi."
Zee dan Andrea diam. Mereka sama sekali tidak pernah berpikir untuk melawan pendapat ataupun tindakan dari karena mereka tahu semakin mereka mendekat maka akan semakin membuat pertahanannya menjadi kuat.
Saat Zeei dan Andrea berada di rumah Leo, di tempat lain, anak buah Zee yang sedang menunggu kehadiran dokter itu, kini menjadi penasaran karena mereka sama sekali tidak menemukan posisi dan kehilangan kontak Zee.
Dua hari tidak pernah berkomunikasi dengan Zee akhirnya Andi menghubungi Sazkia, orang kepercayaan Zee di klinik.
Zaskia yang mendapat informasi dari Andi kemudian berlari menuju ruangan pribadi dokter muda yang memimpin klinik Assyifa. Setelah dia gagal menemukan posisi di klinik Assyifa kemudian Zaskia melaporkan semuanya kepada Andi.
"Kamu bilang dia sudah meninggalkan klinik, namun sampai saat ini kami belum bertemu. Kami juga tidak menemukan sinyal keberadaannya di mana. Coba kamu pasti kan, cek ulang keberadaannya di ruang pribadi dan laporkan segera."
"Siap, Tuan."
Sazkia berlari menuju ke ruang kerja di lantai dua dan memastikan atasannya tidak berada di sana. Dia segera berlari ke puncak klinik untuk mencari dan meminta informasi dari para pelayan yang membantunya
"Nona mencari siapa? Apa Nona tahu di mana Nona Zee saat ini? Sejak kemarin tidak masuk rumah, apakah Nona di klinik karena banyak pasien?"
Mendengar pertanyaan dari para pelayan di puncak klinik Assyifa, Zaskia menggeleng. Ia segera mengambil ponsel dan melaporkan semuanya kepada Andi.
"Nona tidak ditempat, Tuan. Aku sudah memastikan untuk yang kedua kali tentang keberadaan Nona, namun dia tidak berada di sini. Pelayn bilang kalau Nona sudah meninggalkan klinik sejak kemarin."
"Baiklah aku akan segera mencari keberadaan Nona. Bodoh sekali kita karena tidak bisa memberikan pertolongan di saat Nona sedang dalam kesulitan."
Zaskia menganggukan kepala membenarkan apa yang diucapkan oleh Andi. Karena keteledorannya dia lupa melaporkan kepada Andi kalau kemarin Zee meninggalkan Assyifa melalui pintu rahasia.
Andi segera melangkah menuju ke ruang utama di mana di sana banyak sekali anak buah yang sedang duduk menunggu kehadirannya untuk menerima perintah selanjutnya.
Sampai di aula Andi memandang seluruh anak buah yang sudah menyiapkan diri untuk melaksanakan perintahnya. Dia menarik nafas dalam. Mengingat hilangnya Zee, ia yakin bahwa Nona yang selalu ia jaga sedang dalam kesulitan dan dalam cengkraman orang yang kuat.
"Kami siap menerima perintah anda, Tuan." Ucap para asisten Andi setelah melihat tuannya diam tak melakukan apapun.
"Ya terima kasih. Aku tahu kalian memang sangat loyal dan bisa diandalkan. Tapi saat ini aku benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Nona sudah meninggalkan Assyifa sejak kemarin dan sampai saat ini tidak ada kabar sama sekali. Ponsel yang kita hubungi sama sekali tidak aktif dan kita tidak tahu di mana lokasinya yang sesungguhnya. Aku khawatir Nona sedang dalam keadaan yang sangat gawat, dipegang oleh seorang yang memiliki kekuasaan yang sangat kuat dan sulit untuk kita tembus pertahanannya."
"Lalu apa yang harus kita lakukan, Tuan? Katakan kepada kami agar kami segera bisa melangkah menentukan arah untuk membantu menemukan nona. Aku akan menjadi orang pertama yang menyatakan diri tidak terima ketika Nona mendapatkan intimidasi dari pihak mafia atau siapapun dia."
Andi menganggukkan kepalanya setuju sama ucapan anak buah yang masih sangat loyal kepadanya dan Zee.
"Kalian bagi pasukan menjadi beberapa bagian. Pastikan masing-masing kelompok memiliki satu orang pemimpin yang akan mewakili koordinasi kita. Masing-masing kelompok akan menempatkan diri di beberapa titik dan akan mengawasi titik-titik yang kita curigai sebagai tempat untuk mereka menyembunyikan Nona saat ini."
Semua anak buah Andi berdiri. Beberapa dari mereka kemudian melangkah menuju ke bagian depan dengan membentuk jarak masing-masing 1 m. Anak buah yang kini masih berdiri segera melangkah mendekati para pemuda yang berjajar di depannya. Dalam waktu singkat terbentuklah beberapa kelompok-kelompok kecil dan hal ini membuat Andi merasa sangat senang karena mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata yang membuat Andi tidak mengulang perintah untuk yang kedua kalinya.
"Masing-masing komandan kelompok akan menerima tugas dariku dan akan membawa anak buahmu ketempat yang sudah aku tentukan."
"Baik Tuan." Semua yang menjadi ketua kelompok akhirnya melangkah mendekati Andi dan mengambil beberapa kertas dari tangannya. Komandan kelompok mengajak anak buahnya untuk melakukan diskusi di tempat lain lalu melaporkan hasil diskusinya kepada Andi. Setelah laporan dari masing-masing ketua kelompok selesai, Andi kemudian memerintahkan mereka untuk berangkat menuju pos yang sudah ditentukan.
Saat semua sudah meninggalkan markas, kini andi merasa tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini, antara tinggal di markas menunggu anak buah melaporkan peristiwa atau meninggalkan markas dan ikut mencari keberadaan Zee seorang diri.
Andi mondar-mandir di ruang aula tanpa melakukan apapun. Beberapa kali ia duduk di kursi yang biasa ia gunakan untuk memimpin pertemuan dengan anak buahnya, namun tidak lama kemudian dia bangun dan melangkah menuju ke pintu. Andi ingin meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia lakukan saat ini adalah hal yang tepat. Memang ada khawatir yang muncul tiba-tiba. Rasa khawatir itu datang karena dia tahu Zee bukan orang yang ceroboh dalam melakukan sesuatu. Beberapa kali dia sempat dibuat terpana dengan tindakan gadis itu yang tidak muncul dalam pertemuan dan dia menganggap itu adalah sebuah kecelakaan, namun ternyata gadis itu memiliki alasan lain atas ketidakhadirannya di acara-acara tertentu.
"Ya Tuhan, kalau memang Nona tidak datang karena dia sedang melakukan sebuah kegiatan yang sangat penting, semoga anak buahku diberi petunjuk untuk tidak melakukan penyelidikan di beberapa titik yang sudah kamu tentukan. Namun ketika Nona saat ini sedang dalam keadaan sulit, berikanlah mereka petunjuk sehingga mereka bisa menemukan posisi Nona dimanapun dia berada."
Setelah berdiri lama di pintu dan memastikan bahwa apa yang dilakukan adalah sebuah kebenaran, Andi kemudian melangkah meninggalkan aula menuju ruang pribadinya untuk mengecek kamera CCTV monitor.
Beberapa kali matanya membelalak melihat beberapa peristiwa yang benar-benar membuat dia sangat kebingungan.