"E, jangan Tante. Panggil Mama. Leo juga memanggilku dengan sebutan MAma, Sayang."
"TA-tapi Tan, em Ma . . . ."
Zee tak kuasa mengucapkan kata MAma seperti yang diminta Andrea. Dia benar-benar bingung bagaimana harus bersikap pada Andrea. Ia segera meraih lengan kekar milik Leo dan mengajaknya melangkah ke sudut ruangan.
Ia mengajak Leo untuk duduk di sofa dan memandang laki-laki di hadapannya. Ia ingin meminta LEo untuk menjelaskan kepada Andrea kalau mereka sama sekali tidak memiliki hubungan apapun. Leo menatap Zee dengan tatapan lembut. Ia tahu Zee sedang kewalahan menghadapi situasi saat ini, namun ia tidak peduli. Ia berpikir bahwa ini adalah kesempatannya unttuk bisa memandang Zee dengan seksama dan dari dekat.
"Tolong!"
Hanya itu yang bisa diungkapkan oleh Zee dan selebihnya dia hanya menggelengkan kepalanya sambil memohon kepada Leo dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Andrea yang menyaksikan peristiwa di hadapannya tersenyum hatinya berbunga-bunga merasakan apa yang dirasakan oleh Leo saat ini.
"Sayang ijinkan Mama untuk menginap di sini Iya? ingin mengenal lebih dekat calon menantu Mama yang sangat cantik ini. tolong ijinkan mengukur menggunakan kamar di sebelah selama beberapa hari saja."
Leo kehabisan kata-kata untuk menolak permintaan Andrian namun ini adalah kesempatan baginya untuk mendekatkan Andrea dengan biji dia berharap dengan kedekatan keduanya dia bisa memanfaatkan situasi kebingungan si untuk menyusup di dalamnya dan membuat Gadis itu tidak berdaya menolaknya.
"Bagaimana, Sayang? Apakah kau sama sekali tidak keberatan kalau mama menginap di sini ke berapa hari? Aku hanya menurut kepadamu saja. Kalau kamu tidak keberatan, aku tidak akan keberatan juga. Tapi kalau engkau merasa terganggu dengan kehadiran Mama, maka aku akan dengan terpaksa mengusir Mama dari rumah ini."
Andrea memandang si sambil menganggukkan kepalanya meminta Gadis itu menyetujui permintaannya. Zee terpaksa mengangguk.
"Terserah tante saja ini kan rumah anak Tante."
"Tidak sayang, Leo sudah Memutuskan semua keputusan kepadamu maka aku akan tinggal di sini kalau kamu menyetujuinya dan akan meninggalkan rumah ini kalau kamu menolong. tentu saja Mama menginginkan kamu menerima nama menginap di sini beberapa hari untuk menemanimu. Kita harus saling terkait satu sama lain agar kelak ketika kamu menjadi menantumu a maka kita akan bisa kompak. Kita habiskan uang suami-suami kita, Sayang."
"Memangnya hanya itu tujuan Mama menikah? Jangan menghabiskan uang suami? untuk apa? selama ini aku sama sekali tidak pernah berpikir untuk melakukan itu Mama. Aku ingin selalu membantu suamiku mencari nafkah. "
"Wah niat mulia sekali sayang. Memangnya apa yang ingin kau lakukan setelah menikah? Lebih asik kalau kita di rumah melakukan kegiatan kita. Berbelanja dan melakukan perjalanan wisata.."
"Tapi aku sama sekali tidak suka dengan perjalanan wisata, Mama. Aku lebih suka . . . ."
"Katakan apa yang kau sukai! Aku pasti akan sering mmebawamu untuk melakukan semua aktivitas yang kamu sukai."
Zee menggeleng. dia bingung bagaimana menjelaskan kegundahan hatinya kepada Andrea. Dia tidak ingin terlalu jauh dalam berbicara sehingga membuat wanita dihadapannya memiliki harapan untuk mewujudkan semua impian. isi tahu kalau Andrea adalah orang yang baik seorang ibu yang sangat lemah lembut dan penyayang terhadap keluarganya namun ia tidak akan memungkiri bahwa perasaan yang ia miliki kepada Leo bahkan tidak ada sama sekali.
Pertemuannya dengan laki-laki itu yang tanpa sengaja membuat dia menyesal, . namun ia tetaplah manusia yang tidak bisa hanya mengandalkan emosi. Hatinya masih merasa sangat kasihan ketika harus menyakiti seorang ibu yang memiliki harapan yang sangat besar terhadap kebahagiaan anaknya.
Leo terus memandang Zee. Dia tahu bagaimana kebingungan gadis itu, namun Leo sama sekali tidak ingin mencampuri semua urusan dua wanita yang sangat dicintainya.
"Mengapa kamu diam saja dan tidak berusaha untuk membantu menjelaskan kepada Mama kalau kita sama sekali tidak memiliki hubungan apapun selama ini? tolong berbicara dan jangan membuat mama merasa memiliki harapan yang sangat jauh atas peristiwa ini."
"Aku harus mengatakan apa kalau sebenarnya Mama ku merasa sangat bahagia memilikimu. aku tidak tega untuk menyakiti hati MAma. Dia sudah terlalu lama merasakan rindu memiliki menantu."
"Apa maksudmu? Aku bukan . . . ."
"Aku tahu."
"Kalau sudah tahu mengapa diam? Tolong ucapkan sesuatu untuk menyelesaikan kesalahpahaman ini. Aku tidak mau Mama . . . ."
"Tidak apa-apa kalau kau tetap ingin bekerja, Sayang. Mama tidak akan memaksamu untuk menjadi seperti yang Mama mau. Kau bebas memilih. Tapi asal tahu saja, Leo uangnya banyak. Kau bisa meminta berapapun darinya dan Mama tidak akan melarangnya. Ok?'
"Bu-bukan itu, Mama. Bukan itu."
Kebingungan Zee sudah mencapai puncak. Ia sama sekali tak berdaya menghadapi dua manusia yang memiliki harapan yang sama atas dirinya. sebenarnya dia terharu dengan perlakuan manis mereka namun ia tidak mau memaksakan kehendaknya sendiri. Dia tahu kapan saat mengiyakan dan kapan menolak. namun di hadapan Andrea ia benar-benar mati kutu. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menangis.
Andrea terpana menyaksikan Zee terisak. Dia mendekat dan memeluk Zee erat seolah ingin mengambil sebagian beban dari dalam diri Zee.
"Mengapa menangis, Sayang? Apakah Leo menyakitimu?"
Andrea masih memeluk Zee dan menguatkan gadis itu agar mau berterus terang tentang masalah yang sedang dihadapi saat ini. Zee sebenarnya merasa sangat heran karena dia begitu lemah. Namun dia tidak memiliki pilihan lain selain menangis. Dia ingin berteriak mengatakan bahwa Leo sebenarnya menculiknya dan menahan dirinya di rumah tersebut, namun bibirnya sama sekali tidak bisa ia gunakan untuk mengucapkan kalimat yang tersimpan rapi dan siap diucapkan. Zee khawatir ketika dia mengatakan hal itu, Leo akan bertindak lebih ekstrim dengan memberikan penjagaan super ketat di rumah kediaman Leo dan membuat dirinya sulit untuk keluar dari kungkungan Leo.
"Bagaimana sayang? Apa yang sedang kamu rasakan saat ini? Katakan pada Mama dan jangan pernah ragu karena Mama akan membantu sekuat tenaga Mama. Kalau kamu ingin tahu sebenarnya sejak awal melihatmu di rumah ini, Mama merasa sangat takjub. Mama tidak pernah percaya bahwa anak Mama membawa seorang gadis ke rumahnya. Apalagi gadis itu bukan gadis sembarangan. Meskipun sederhana kelihatannya namun ketika aku mengamatimu sedalam mungkin. Aku menemukan sesuatu yang berbeda dengan gadis-gadis lain. Kau tampak lebih berwibawa dari mereka para gadis yang dibawa Leo dan diperkenalkan kepada Mama."
Zee mengeratkan pelukannya kepada Andrea begitupun sebaliknya. Andrea mengeratkan pelukannya mencoba memberi ketenangan kepada gadis yang dibawa oleh anaknya ke rumah. Andrea khawatir Zee tertekan saat bersama dengan Leo dan bila itu terjadi maka Andrea merasa perlu untuk memberikan bantuan kepada gadis lemah yang kini masih berada di pelukannya.
"Sayang katakan padaku apa yang sedang kamu rasakan saat ini! Apakah ada nyeri dan rasa sakit di lukamu. Bagaimana kalau aku memanggil dokter untukmu?"
Zee menggelengkan kepalanya. Selama dia menjadi murid dari ustadz yang mengajarinya ilmu medical hacking, ia sama sekali tidak pernah mempraktekkan pengobatan lain selain pengobatan medical hacking tersebut. Ia sudah mmembuktikan sendiri bagaimana mengobati pazien tanpa operasi, tanpa alat, tanpa obat dan tanpa jimat. Para pasien dengan berbagai keluhan dengan ijin ALlah sembuh tanpa obat dan itu luar biasa baginya.
Saat ini ketika Leo menawarinya untuk memanggil seorang dokter tentu saja dia akan menolak dengan berbagai cara yang tidak membuat mereka curiga kalau dia sebenarnya adalah dokter Lia pemilik klinik Assyifa.
"Bagaimana sayang? Apakah aku boleh memanggil dokter pribadi untuk mengecek kondisimu? Aku benar-benar khawatir ada pergeseran tulang yang kamu alami saat jatuh kemarin. Jangan sampai karena keteledoranku, kamu menjadi sakit."