Waktu berlalu begitu cepat dan tanpa terasa sudah sampai di kediaman Leo beberapa Pelayan menyambut mereka dengan berdiri berjajar sambil membungkukkan badan menyambut bos dan Zee yang mereka kira sebagai calon istri tuannya. Mereka tahu selama ini Leo sama sekali tidak pernah membawa wanita ke rumahnya dan hal ini membuat semua orang yakin bahwa gadis yang sekarang berada dalam gendongan Leo adalah calon istrinya.
Zee ingin sekali menyembunyikan wajahnya, namun dia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk itu. Dia merasa malu karena semua orang menatapnya Dia sama sekali tidak mau dinyatakan sebagai seorang wanita yang manja yang tidak bisa berjalan sendiri seperti sekarang, namun apa daya dia benar-benar tidak bisa melakukannya. Kecelakaan yang baru saja dia alami membuat kakinya benar-benar sangat sakit apabila digerakkan dan dia yakin ada perubahan tulang yang terjadi sekarang.
"Selamat datang, Tuan dan Nyonya." Sapa para pelayan kepada Leo yang sama sekali tidak merespon. Leo terus melangkah menuju ruang tengah. Sampai di ruang tengah, Leo segera mendudukkan Zee di sofa. Ia segera melepaskan sepatu yang dipakai Zee dan segera meminta para pelayan untuk mengambilkan obat gosok demi bisa mengurangi rasa sakit dan nyeri di kaki gadis itu.
"Jangan hanya berdiri di situ. Ambilkan minyak gosok agar aku bisa memijat kaki gadis ini." pelayan sebenarnya merasa heran pada Leo yang sama sekali tidak berani menyebut siapa Zee dan status mereka saat ini kepada para pelayan, namun mereka yakin bahwa bosnya benar-benar sedang merasakan bahagia karena bisa membawa gadis itu ke rumahnya.
"Baik, Tuan. Kami akan segera mengambil minyak yang Tuan minta saat ini juga." tanpa memandang kepada para pelayan, Leo terus mengelus kaki Zee dengan lembut, membuat Zee merasa risih diperlakukan seperti itu oleh laki-laki, namun dia sama sekali tidak bisa berbuat banyak. Jangankan mengangkat dan menolak tindakan Leo, menggerakkan kaki sedikit saja, Zee gagal. Ia hanya bisa pasrah pada keadaan. Ia ingin menangis, namun tidak untuk saat ini. selama Leo masih dalam tahap kewajaran, ia akan menurut.
"Jangan pernah berpikir bahwa aku ingin memanfaatkan situasi ini untuk mendekatimu. Kalau boleh aku jujur sebenarnya aku ingin mengajak kamu ke pelaminan agar aku bisa bebas menolongmu memperbaiki posisi tulang mu agar kamu bisa kembali berjalan."
Zee ingin menangis menyadari betapa tidak berdayanya dia saat ini. Dia sama sekali tidak bisa melakukan apapun untuk meminta anak buahnya menyelamatkan dia dari cengkeraman Leo dan ia yakin apabila ia meminta anak buahnya untuk menyelamatkannya, maka Leo akan semakin curiga kepadanya dan akan mencari tahu identitas yang selama ini ia sembunyikan dari khalayak umum.
"Mas, tolong lepaskan aku dan biarkan aku hidup bebas di tempatku. Aku merasa ini bukan tempat yang layak untukku. Aku wanita sederhana datang dari keluarga biasa-biasa saja. Tidak sepertimu. Rasanya akan terlalu berlebih ketika engkau memperlakukan aku seperti ini."
Leo menggelengkan kepala mendengar penilaian Zee tentang dirinya sendiri. Baginya Zee benar-benar sebagai seorang ratu yang sangat pantas memiliki kedudukan terhormat di rumahnya saat ini, namun dia tidak ingin terlalu mendominasi dan mengatakan bahwa apa yang dia inginkan harus dituruti oleh gadis itu. Leo benar-benar harus berhati-hati agar dia bisa melihat Zee dan mempertahankan dia tetap berada di rumahnya selamanya hingga menjadi Nyonya rumah ini. Leo akan membuat dia bahagia.
"Tetaplah tinggal bersamaku dan jadilah ratu di rumah ini. Aku tahu kamu sangat pantas untuk itu. Jangan pernah berpikir bahwa kamu adalah manusia hina yang sama sekali tidak pantas untuk mendampingiku. Harta ini tidak ada gunanya dibandingkan dengan kehadiranmu."
Tidak ada gunanya menjawab semua yang diucapkan oleh Leo saat ini karena apapun yang akan diucapkan pasti akan mental begitu saja. Leo adalah sosok laki-laki arogan yang tidak bisa mendapatkan bantahan dari siapapun. Zee yakin selama ini dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan meskipun dengan berbagai cara. Zee diam lalu mencoba memandang sekelilingnya. Benda-benda di sekelilingnya benar-benar benda-benda antik yang mungkin hanya bisa dilihat di rumah saja.
Leo terus mengikuti arah pandang Zee yang seolah sedang mengabsen setiap sudut rumahnya.
Ia yakin gadis itu sama sekali tidak tertarik memiliki apapun yang ada di ruangan tersebut bahkan di seluruh rumahnya.
"Bagaimana pendapatmu tentang rumah ini? Apakah ada yang kurang dan kamu memerlukan sesuatu untuk membuat kamu nyaman dan betah bersamaku? Katakan apa yang kurang! Saat ini juga aku akan memenuhi semuanya."
"Tidak usah karena aku sama sekali tidak tertarik untuk memiliki apapun. Ruangan ini terlalu mewah dan sangat berlebihan jika aku mengatakan ada yang kurang dan perlu ditambahkan. Itu bukan aku dan aku sama sekali tidak akan pernah menilai sesuatu dari apa yang aku lihat saat ini."
"Baiklah aku percaya kepadamu. Sekarang akan aku tunjukkan di mana tempat untuk kamu istirahat Pelayan akan memberikan pelayanan prima untukmu. Jangan pernah kemana-mana sebelum aku datang."
Zee mengerutkan keningnya. Dia sama sekali tidak tahu mengapa Leo benar-benar memintanya untuk beristirahat di rumah itu dan meminta pelayan untuk melayaninya sedangkan dia akan pergi meninggalkannya begitu saja.
Benar saja yang diucapkan oleh Leo dan yang dipikirkan oleh Zee. Setelah Zee masuk ke dalam sebuah kamar mewah, Leo benar-benar meninggalkan dirinya bersama dengan beberapa orang pelayan yang mendapatkan training khusus sebelum melayaninya.
Setelah Leo meninggalkan rumah, Zee hanya bisa duduk di tepi ranjang King size ditemani beberapa pelayan yang duduk di bawahnya sambil menatap wajahnya. Mereka benar-benar mengagumi kecantikan yang dimilikinya. Zee yang dilihat sedemikian rupa oleh para pelayan merasa sangat rishi. Ia ingin sekali memukul mereka agar tidak terpesona begitu saja hanya karena kecantikannya namun dia sama sekali tidak melakukan apa yang ia inginkan.
"Nona Mau minta apa? Minum atau . . . ."
"Tolong beritahu aku dimana letak pintu keluar. Kalau kamu bertanya aku mau minta apa. Itu yang aku inginkan. Aku sama sekali tidak membutuhkan apapun. Aku ingin bebas melakukan semua kegiatanku bukan di kurung seperti burung didalam Sangkar Emas yang dilarang melakukan apapun sedangkan aku ditinggal begitu saja oleh pemilik sangkar."
Para pelayan menggelengkan kepala. Ia sama sekali tidak membayangkan bahwa Zee yang sudah diperlakukan selembut dan semanis itu oleh tuannya, ternyata lebih memilih untuk melepaskan diri.
"Nona jangan berpikir untuk meninggalkan rumah ini. Tuan memberikan tugas kepada kami untuk menjaga Nona, Kami harus menjaganya dengan baik dan melayani semua kebutuhan Nona di sini. Jangan pernah menolak semua pelayanan kami karena kami pasti akan dimarahi oleh Tuan. Nikmati saja apa yang Nona dapatkan dari Tuan karena tidak pernah ada perempuan yang mendapatkan perlakuan istimewa seperti istimewanya Tuan memperlakukan Nona."
Zee diam. Tidak ada gunanya mendebat para pelayan. Dia tahu orang-orang yang ada di rumah itu memang benar-benar sama sekali tidak bisa dibantah.