"Ada apa?"
"Aku mencari-cari dokter sejak tadi. Sudah mengelilingi klinik dua kali terus ke ruangan dokter Lia beberapa kali. tidak tahunya dokter Lia ada di sini."
"Katakan ada apa?"
Sazkia segera mendekatkan bibirnya ke dekat telinga Zee dan membisikkan sesuatu. Ada banyak berita yang ia dapatkan hari ini dan ia tidak ingin berita itu didengar oleh siapapun. Zee yang mendengar bisikan Sazkia menatap gadis itu dengan diam.
"Dimana sekarang?"
Sazkia kembali mendekatkan bibirnya dan mencoba memberitahu Zee dengan hati-hati. matanya melihat ada beberapa pasang mata yang sengaja meyelidik kegiatan mereka dan Sazkia sama sekali tidak ingin kecolongan.
"Baiklah, terima kasih informasinya."
Sazkia mengangguk lalu ia kembali mendekatkan bibirnya. beberapa yang menyaksikan kegiatan mereka saling pandang dan mencoba mencibir, mengejek apa yang mereka lakukan.
"Terima kasih atas semua informasi yang kau sampaikan. Handle semua acara dan pasien gawat darurat. Beri mereka treatment terbaik dengan mengikuti SOP yang sudah kau pelajari."
"Siap, Dokter. Aku akan segera melaporkan semua perintah ini kepada dokter Adrian dan paztrooper lain. Dokter Lia hanya butuh untuk melakukan semua urusan anda dengan baik. Waspada terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi."
"Siap, Assalamualaikum."
Sazkia dan Zee segera berjabat tangan dan melangkah menuju ke tempat masing-masing sesuai urusan. Semua pengunjung yang melihat langkah Zee hanya diam sambil menyaksikan kepergian dokter muda yang cantik, namun tampak tidak bersahabat.
"Itu siapa kok sombong sekali?"
Seorang lelaki paruh baya yang sedang mengantri di ruang terapi rawat jalan memandang istrinya dan mencoba mencari tahu atas rasa penasarannya pada apa yang baru saja terjadi.
"Saya juga tidak tahu, Pak. Mungkin dia adalah pekerja di sini. Kalau melihat penampilannya, dia adalah orang dalam, namun melihat kesederhanaannya aku jadi ragu padanya. Dia tampil tidak seperti petugas lain yang sangat rapi dan sangat berkelas."
Beberapa orang yang ada di sekeliling sepasang suami istri itu ikut memandang ke arah Zee yang kini sudah menjauh dari mereka. Ada yang tak biasa yang mereka rasakan dari penilaian
Sepasang suami istri tersebut.
Zee terus melangkah menuju motor yang terparkir di halaman belakang dengan melewati pintu rahasia, dia meninggalkan klinik Assyifa. Beberapa menit kemudian, dia sudah sampai di jalan raya dan bergabung dengan pengendara jalan lain menuju lokasi yang ditentukan oleh Andi yang disampaikan melalui Sazkia.
"Ya Tuhan, mengapa bisa serumit ini untuk menyelamatkan Andini? Dia sudah lepas dari cengkeraman Leo namun mengapa juga harus masuk kandang harimau di istana Afzal? Laki-laki itu ternyata masih belum menyerah setelah dia dikeroyok sedemikian rupa oleh Leo dan anak buahnya." Zee terus bermonolog. Dia sama sekali tidak tahu mengapa nasib Andini menjadi mengenaskan seperti sekarang hanya karena berusaha menyelamatkan dirinya. Zee berkali-kali menarik napas dalam, mencoba menenangkan pikirannya agar bisa ia ajak berpikir tenang tanpa tergesa-gesa, namun saat dia sedang asik berkendara, dari arah belakang, sebuah mobil menubruk motornya dan membuat dia jatuh.
Zee terpental ke badan jalan dan beruntung, tidak ada kendaraan lain yang menerima tubuhnya. Beberapa kendaraan berhenti menciptakan macet yang luar biasa. Zee berusaha untuk bangun, namun ia merasakan tubuhnya sangat sakit seperti ada tulang yang patah. Beberapa kali ia mencoba bangkit, namun beberapa kali ia gagal.
"Kamu yang melamun dan mengapa aku yang harus ber . . . ." Leo yang awalnya kesal dengan pengendara yang membuat dirinya bingung karena motor Zee
"Zee? Maaf. Aku sama sekali tidak tahu kalau itu kamu."
Leo segera berjongkok di depan Zee lalu dia mengulurkan tangannya untuk mengangkat tubuh gadis yang sangat diharapkan menjadi kekasihnya. Biasanya dia akan meminta anak buahnya untuk melakukan semua kegiatan yang berhubungan dengan dirinya namun saat ini dia melakukannya dengan tangannya sendiri. Leo sama sekali tidak ingin orang lain menyentuh gusi karena hanya dia yang yang pantas untuk melakukan semuanya.
Zee yang terpana menyaksikan Leo sudah berdiri di hadapannya. Ia hanya bisa menggelengkan kepala seolah menolak kehadiran laki-laki itu.
"Mengapa kamu ada di sini? Aku minta maaf kalau sudah mengganggu perjalananmu. Tadi aku melamun dan akhirnya aku harus merasakan sendiri akibat dari perbuatan yang sebenarnya tidak boleh dilakukan saat berkendara di jalan raya."
Tidak apa-apa Zee. Aku tahu kamu mungkin sedang terburu-buru untuk menyelesaikan sesuatu. Yang jelas saat ini ikutlah denganku dan aku akan merawatmu sampai sembuh. Aku berjanji tidak akan mengganggumu selama kamu berada di rumahku ."
"Ta=tapi aku tidak mau. Aku sedang sibuk dan tidak boleh kemana-mana. Aku . . . ."
"No, jangan menolak apa yang aku tawarkan. Aku tahu kamu hanya sungkan kepadaku. Anggaplah aku adalah orang istimewa di hatimu dan aku pun akan memperlakukan kamu lebih istimewa lagi. Yakinlah bahwa aku bukan orang jahat."
Setelah mengucapkan kalimatnya, Leo akhirnya benar-benar mengangkat tubuh Zee yang lemah. Dia kemudian membawa Zee ke mobil tanpa menghiraukan penolakan yang selalu diucapkan oleh gadis yang sangat dicintainya itu. Di dalam mobil Leo kemudian menelpon anak buah untuk mengambilkan motor milik Zee dan membawanya ke rumahnya sedangkan dirinya sendiri mencoba untuk memijat kaki Zee dan memastikan bahwa tidak ada yang terluka di tubuh gadis itu.
5 menit berlalu dan Zee merasakan perhatian Leo terhadapnya. Dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau akan mendapatkan perhatian manis dari orang yang selama ini selalu diwaspadainya. Leo yang melihat Zee hanya diam di tempatnya sambil menatap semua kegiatan yang dilakukan, kini menatap dengan lembut. Dia yakin gadis yang ditolongnya kini sedang merasa tidak nyaman saat berada di sebelahnya. Dia paham betul bagaimana prinsip Zee selama ini, meskipun dia belum pernah duduk berdua seperti sekarang orang-orang seperti Zee mudah sekali diketahui prinsipnya, Beberapa kali mengawasi kegiatannya. Leo yakin bahwa Zee sama sekali tidak memiliki perhatian khusus kepada lawan jenis dan hal ini membuat Leo semakin merasa tertantang untuk memiliki gadis itu.
"Tolong bawa aku ke rumah. Aku tidak ingin ikut bersamamu ke rumahmu apalagi tinggal bersamamu dalam keadaan tanpa ikatan apapun. Aku bukan wanita yang mudah untuk kamu ajak hidup bersama. Aku memiliki prinsip tersendiri dan tolong jangan nodai prinsipku. Terima kasih karena kamu telah menolongku namun saat ini aku benar-benar berharap dan memohon kepadamu untuk melepaskan aku."
Leo memandang Zee lalu dia menggeleng. Dia tahu sangat sulit untuk bertemu dengan gadis pujaannya itu. Meskipun anak buahnya mengatakan bahwa Zee adalah dalang dibalik hilangnya chip yang dipegang oleh Afzal namun dia sama sekali tidak yakin atas ucapan mereka. Leo kemudian meminta sopirnya untuk mama melajukan kendaraannya mengarah ke kediamannya, mengabaikan panggilan dari anak buah yang sedang menunggu dirinya untuk memimpin meeting di kantor bersama Klien dari luar negeri.