Chereads / Pungguk Tak Merindukan Bulan / Chapter 28 - 28. PEngunjung Arogan

Chapter 28 - 28. PEngunjung Arogan

"Iya aku minta maaf. Selama ini memang aku merasa terganggu dengan keberadaanmu di sekitarku. Sikapmu yang berlebihan membuat aku sama sekali tidak nyaman berada didekatmu dan mengungkapkan semua masalah yang aku hadapi selama ini. Jujur aku memang tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun. termasuk dirimu yang satu perguruan denganku. Tolong maafkan aku. Lupakan semua yang aku katakan dan jangan pernah berpikir bahwa aku ingin merepotkanmu. Aku sama sekali tidak ingin merepotkan siapapun selamat siang."

Irawan membanting ponselnya setelah Zee mengakhiri percakapannya. Dia benar-benar tidak habis pikir pada pemikiran gadis yang selama ini dikaguminya. Ia membalikkan tubuhnya dan mencoba untuk memejamkan mata, Mencoba menghilangkan kegundahan hatinya. tidak berdaya menghadapi perempuan muda yang selalu membuat dia terpana dan terpesona karena kemampuannya yang di atas rata-rata teman-temannya. Beberapa kali dia mencoba untuk menenangkan diri dengan menarik nafas dalam dan perlahan, namun usahanya selalu gagal. Bayangan wajah Zee masih menari-menari di pelupuk matanya seolah enggan untuk pergi. Tampak sekali bayangan itu menghina dirinya dan seolah merendahkan harga dirinya. Irawan bangun lalu dia mencoba melangkah menuju ke wastafel yang ada di sudut ruangan, mencuci muka dan berkumur beberapa kali berharap dengan kegiatannya otaknya bertambah segar dan dia B memiliki kewarasannya 100%.

"Mengapa kamu selalu datang dan menggodaku? Sedangkan engkau sendiri sama sekali tidak mau mengerti bagaimana perasaanku kepadamu. Apa salahku sehingga engkau benar-benar tidak memiliki hati untuk sekedar membuat diriku bahagia karena perlakuan manismu. Kalau kamu tahu selama ini banyak sekali wanita yang mencoba mencari perhatian namun aku abaikan sebabnya hanya dirimu yang ingin aku raih. Namun ternyata sampai detik ini aku masih belum mampu untuk meraih hatimu dan menaklukkan."

Irawan masih terus bermonolog. Sedangkan di ruangannya, Zee segera melangkah dan meletakkan ponselnya di sudut lemari yang menyimpan beberapa benda berharga miliknya. Ia ingin menonaktifkan hp-nya dan mengambil hp yang lain menggunakan nomor menghubungi Andi dan anak buahnya.

Zee beberapa kali menelepon Andi namun dia sama sekali belum berhasil terhubung. Ia menarik nafas dalam lalu melangkah meninggalkan ruang kerja menuju ke ruang tenaga medis yang berada di lantai 1. Ia ingin mendengar laporan-laporan dari beberapa anak buah tentang beberapa pasien yang sudah hampir 1 minggu dirawat di kliniknya. Ia ingin turun sendiri menangani mereka agar bisa melupakan kegundahannya.

Beberapa menit berlalu dan Zee masih melangkah menuju ke ruang tenaga medis. Langkahnya hampir mencapai ruangan berukuran sembilan kali tujuh. Ia segera mengurungkan niatnya menghubungi Zaskia dan teman-temannya. Matanya menangkap pergerakan di halaman kliniknya. Ia segera berlari menuju ke pintu masuk dan meyakinkan bahwa dia mengenal orang yang akan mengunjunginya hari ini,

Zee terus mengawasi kendaraan yang masuk ke klinik Asyifa dari balik pintu masuk klinik. Dia ingin memastikan bahwa mereka yang masuk ke Assyifa adalah orang-orang yang disuruh untuk mencari Andini. Beberapa kali Zee menyipitkan kedua matanya. Jarak pandang yang lumayan jauh membuat dia tidak jelas dan tidak mengenali tiga laki-laki yang baru saja turun dari mobil berwarna hitam.

Hingga dia tidak menyadari sebuah tepukan mendarat di bahunya. Zee berjingkat karena terlalu kaget pada tindakan orang yang sama sekali tidak dia waspadai.

"Hahaha apa yang sedang kamu lakukan di sini, dokter Lia? Aku baru melihat dokter profesional yang mengintip pengunjungnya. Sungguh lucu sekali."

Zee menatap wanita yang kini menatapnya dengan sorot mata tajam. Wanita yang dia temui di depan ruang gawat darurat itu menatapnya tanpa berkedip seolah dia memiliki dendam kesumat kepadanya sedangkan dia sendiri tidak tahu mengapa.

"Siapa? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Kelihatannya Anda memiliki masalah dengan saya?"

Gadis belia yang cantik namun bermuka masam itu mencibirkan bibir membuat Zee benar-benar merasa sangat kesal. Ingin sekali dia mengumpat gadis yang mungkin lebih muda darinya, namun tujuan awalnya berada di tempat itu untuk memastikan orang yang baru datang ke kliniknya, Akhirnya dia mengurungkan niatnya. Dia tatap gadis itu kemudian mengalihkan pandangan ke halaman. Tatapannya melebar ketika tidak ditemukan orang-orang yang baru saja keluar dari mobil warna hitam. Zee mencebik. Ingin sekali dia mengumpat kepada orang yang sudah mengganggunya namun dia tidak jadi melakukannya. Sulit sekali meyakinkan orang lain tentang apa yang saat ini sedang kita rasakan. Begitupun dengan Zee. Dia tidak ingin membuat orang lain mengetahui semua masalahnya sehingga mau tidak mau akhirnya Zee meninggalkan pengunjung yang sangat membuat dia tidak nyaman.

Melihat Zee meninggalkannya, gadis itu berteriak memanggil dengan suara yang sangat lantang.

"Mengapa kamu meninggalkan aku disini dokter Lia? Apa kehadiranku di hadapanmu benar-benar mengganggu sehingga engkau harus meninggalkan aku tanpa pamit seperti itu? Sungguh kamu benar-benar dokter yang tidak tahu adat. Aku adalah pengunjung di tempat kamu bekerja dan aku adalah raja yang seharusnya kamu layani dengan baik. Bukan ditinggal seperti saat ini. Awas saja nanti aku akan melaporkan kelakuanmu kepada bosmu dan kamu baru tahu siapa aku yang sesungguhnya. Aku tidak akan segan untuk mengeluarkan kamu dari klinik ini dan membuat dirimu tidak diterima di rumah sakit mana pun."

Zee tersenyum mendengar ancaman pengunjungnya.

"Oh, begitu ya? Maaf kalau aku sampai membuat tamuku ini kecewa. Kamu boleh melakukannya. apapun yang ingin kamu lakukan lakukanlah! Aku tidak takut. Aku sama sekali tidak merasa bersalah kepadamu. Aku sedang memiliki urusan dan engkau mencampurinya. Kalau aku mau, aku bisa saja membuat keluargamu yang sedang meminta terapi di sini aku keluarkan dari daftar antrian."

"Huh, Siapa takut? Aku bisa membawa ayahku ke klinik lain dan tidak perlu mendapatkan perawatan dari dokter seperti kamu. Awas saja kalau aku bertemu dengan atasanmu, aku pasti akan membuat kamu menyesal karena telah berurusan denganku."

"Sudahlah, tidak usah diperpanjang. Aku terlalu lama menanggapimu. Tidak ada gunanya dilanjutkan karena diantara kita akan terjadi permusuhan. sedang kita sama sekali tidak memiliki masalah. Jangan terlalu mudah mengumbar kalimat yang tak penting. Assalamualaikum"

Zee segera meninggalkan pengunjung arogannya. sebenarnya dia ingin sekali mengetahui jati diri orang itu, namun kedatangan tiga laki-laki tadi lebih penting daripada sekedar mengurusinya.

"Dokter, Dokter Lia. Oh Tuhan, Alhamdulillah akhinya aku busa menemukan dokter Lia."

Sazkia tampak terengah. Dia seperti baru saja menempuh perjalanan puluhan kilometer dan hal ini membuat Zee mengerutkan keningnya. Dia sama sekali tidak pernah mengetahui apa yang baru saja dilakukan oleh Sazkia. Zee masih berdiri di tempatnya menunggu Sazkia mengungkapkan apa yang akan dia katakan.

Sazkia yang sudah berhasil menemukan Zee segera berdiri dan berhenti lalu menatap Zee sambil terus berusaha menetralisir nafasnya yang tersengal.