Chereads / Pungguk Tak Merindukan Bulan / Chapter 26 - 26. Keinginan yang Terkabul

Chapter 26 - 26. Keinginan yang Terkabul

Tuan Raharja menggelengkan kepalanya lalu menunduk. Matanya berkaca-kaca, hatinya benar-benar menangis dan teriris. Selama beberapa hari di rumah, tidak satupun anggota keluarganya yang menengok kondisinya di kamar. Istrinya masih belum kembali dari Belanda dan anaknya yang semata wayang belum ditemukan di mana tempat tinggalnya. Hanya ada beberapa asisten rumah tangga yang menemaninya untuk melakukan terapi namun dia sama sekali tidak merasa puas kalau didampingi oleh orang lain seperti asisten rumah tangganya.

Zee yang melihat perubahan air muka Tuan Raharja hanya memandang laki-laki itu dengan iba. Dia paham apa yang dirasakan oleh laki-laki paruh baya di hadapannya. Memang sangat sulit untuk melakukan PR yang diberikan oleh para terapis kepada para pasien Kalau tidak ada pendampingan dari pihak keluarga, namun si merasa tidak memiliki hak sama sekali untuk memaksa mereka.

"Aku- aku sebenarnya ingin anak dan istriku bisa mendampingiku saat aku melakukan PR yang diberikan oleh dokter Lia, tapi…."

"Baiklah sekarang aku paham. Mengapa kondisi Tuan Raharja sama sekali tidak ada perubahan karena di rumah memang tidak ada pelaksanaan terapi sama sekali. Sebenarnya Tuan bisa melaksanakan tanpa didampingi oleh istri dan anak tuan karena di rumah masih ada asisten rumah tangga. Menurut saya kalau Tuan berkenan Tuan boleh meminta kepada mereka untuk mendampingi tuan di sini. Tuan tinggal menyewa salah satu kamar dan saya yang akan mendampingi Tuan selama terapi."

Mata Tuan Raharja berbinar mendengar apa yang dikatakan oleh Zee. Ini adalah rencananya untuk tetap berada didekat gadis yang sangat lembut tersebut. Meskipun berkali-kali Zee mengatakan bahwa hak prerogatif sembuh hanya mutlak di tangan Yang Maha Kuasa, namun Tuan Raharja yakin bahwa Zee adalah salah satu makhluk yang dikirim Tuhan kepadanya sebagai perantara kesembuhan atas sakit yang dideritanya selama ini.

"Aku akan dengan senang hati menuruti semua permintaanmu Dokter Lia. Selama ini aku berharap dokter Lia menyarankan kepadaku untuk opname di klinik Asyifa. tapi setelah beberapa kali mengunjungi klinik ini baru sekarang saya merasa bahagia karena dokter benar-benar memperhatikan kondisi saya. Saya tidak akan terlalu berpikir berapa biaya yang akan saya keluarkan untuk bisa sembuh dari penyakit yang selama ini saya derita dokter. Asalkan saya bisa kembali normal seperti semula berapapun nominal yang dibutuhkan akan saya berikan. "

Zee menarik nafas dalam. Dia sama sekali tidak pernah berpikir akan berapa banyak uang yang ia inginkan dari para pasiennya. Selama ini dia selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam memberikan treatment kepada para pasien tanpa berpikir imbalan yang akan dihadapi setelahnya.

Melihat menarik nafas dalam, Tuan Raharja hanya bisa menyesali semua yang baru saja dia katakan. Dia tahu gadis di hadapannya bukanlah gadis yang hanya berpikir tentang dunia semata. namun bagi Tuan Raharja imbalan untuk seseorang yang sudah menjadi kasihkan diri kepadanya tidak akan dianggap enteng.

"Mohon maaf dokter, Saya mungkin sudah terlalu lancang dengan mengucapkan imbalan namun dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya benar-benar berterima kasih ketika nanti saya bisa kembali sembuh seperti sedia kala dan melakukan aktivitas memimpin perusahaan ku kembali dan dan membesarkannya dengan maksimal."

Zee menggelengkan kepalanya. Ia sebenarnya kesal kepada Tuan Raharja yang pikirannya hanya pada perusahaan dan bisnis. Kalau boleh jujur Zee sebenarnya ingin menyarankan kepada semua pasien untuk fokus mencari ridha Yang Maha Kuasa. namun dia tidak akan terlalu memaksa mereka untuk menyamakan persepsi dengan dirinya.

"Kita tidak tahu sampai kapan nyawa kita akan berada di tubuh kita, Tuan Raharja. Saat nyawa berpisah dengan badan kita , saat itulah kita baru sadar bahwa sebenarnya hidup didunia bukan tujuan akhir dari segala-galanya. Masih banyak yang harus kita siapkan dan aku berharap setelah Tuan Raharja sembuh dari sakit, Tuan mau mendedikasikan diri untuk menyuburkan masjid dan memberikan bimbingan kepada anak-anak agar mereka mau mengaji dan tidak terlalu memforsir dan menghabiskan energi yang sia-sia."

"Apakah seperti itu? Jadi apa yang harus saya lakukan setelah saya sembuh? Apakah Dokter ingin mengajakku untuk berkolaborasi mendirikan klinik ini lebih besar sehingga bisa menampung banyak pasien dan memiliki pendapatan diatas rata-rata rumah sakit pada umumnya? Kalau itu yang dokter inginkan, aku tidak akan keberatan. Aku akan membantu dengan segala kemampuan saya."

"Bukan. Bukan itu."

Tuan Raharja memandang Zee intens. Dia sama sekali tidak percaya bahwa ada seorang gadis remaja yang tidak berpikir pada keuntungan dunia semata. Di dalam hati yang paling dalam dia berharap gadis di depannya akan menjadi bagian dari keluarganya, menjadi menantu yang diidamkan oleh keluarga Raharja selama ini.

Namun sadar akan kelemahan yang dia miliki, dia akhirnya menggelengkan kepalanya pasrah dan menyerah pada keadaannya. Keadaan dan ketidakmampuan untuk menandingi kebaikan hati Zee. Niat awal ingin membuat gadis itu menjadi menantu, namun dia sadar bahwa anak laki-lakinya sama sekali tidak memiliki kehalusan budi. Dia merasa sangat frustrasi. Dia merasa gagal dalam membimbing anak dan istrinya sehingga saat ini Tuan Raharja lebih terlihat diam.

"Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, Tuan? Kalau itu terjadi aku mohon segera lepaskan dan jangan biarkan otak Tuan terbebani oleh sesuatu yang Tuan anggap sangat serius. Fokus kita sekarang pada bagaimana menganalisa penyimpangan yang ada pada tubuh Tuan sehingga penyakit yang selama ini Tuan derita segera meninggalkan tubuh Tuan yang sebenarnya sangat kuat."

Tuan Raharja menganggukan kepala lalu dia membiarkan tangan Zee menyentuh beberapa titik yang ada di tubuhnya.

"Sekarang katakan apa yang Anda rasakan. Diantara dua kaki anda, kaki kendor saya simpulkan ada di kaki kanan. Dilihat dari visual kaki, kanan dan kiri lebih jatuh yang kanan dan telapak kaki anda lebih cekung di bagian telapak kiri. Ini adalah cerminan dari pinggul Tuan. Seperti rel kereta api yang apabila kita lihat dari dekat tidak akan tampak miring, namun saat kita melihatnya dari jarak setengah kilometer, rel tersebut sudah sangat tammpak kemiringannya."

"Yang saya sentuh mana yang lebih sakit?" Tuan Rahardja mencoba untuk merasakan perbedaan antara pijitan dikaki kanan dan kirinya lalu dia memandang ke arah Zee.

"Dua-duanya sakit namun kaki kanan lebih dominan." Zee menganggukan kepalanya lalu melanjutkan memijat beberapa titik sentuh menganalisa jalur penyakit di tubuh Tuan Raharja dengan tangannya. Beberapa kali ia melihat Tuan Raharja meringis kesakitan dan saat itu pula ia mencoba untuk mencatat semua rekaman dari beberapa titik sentuh yang sakit dan akan digunakan untuk tindakan selanjutnya.

Zee terus melakukan observasi di beberapa titik tubuh yang ia anggap bisa dijadikan sebagai acuan untuk menentukan kaki kendor dan pantel di tubuh Tuan Raharja, lalu dia memandang beberapa anak buahnya untuk meminta bantuan pada tindakan yang akan dilakukan.

"Lakukan booster energi dan Capit Urang untuk mengurai plintiran. Masih mengalami penyimpangan di beberapa titik sehingga hari ini kita harus lebih teliti lagi dalam melakukan tindakan. Selama Tuan Raharja dirawat di klinik ini, Apakah kalian sudah melihat ada perbedaan dari tindakan terapi yang baru kalian lakukan?"

Beberapa cara perawatan anak buah Zee menggelengkan kepalanya lalu dia mencoba untuk mengambil rekam medis yang dibawa oleh salah satu petugas.