Chereads / Pungguk Tak Merindukan Bulan / Chapter 24 - 24. Hukuman Kejam

Chapter 24 - 24. Hukuman Kejam

Afzal yang mendengar jawaban Leo mengeratkan rahangnya. Dia kesal ketika wanita yang dia anggap sebagai dewi penolongnya harus menderita karena ulah laki-laki arogan dan kejam itu.

"Bahkan dengan wanita kau masih mau menang sendiri? Apakah kau tak malu karena ulahmu benar-benar sangat menyengsarakan? Andai saja aku datang terlambat, aku tidak tahu apa yang akan dilalui wanitaku selanjutnya. aku yakin dia akan mengutuk dirinya terus menerus sepanjang hari dan aku sama sekali tidak bisa mentolerir semua tindakan anak buahmu."

Leo mendengkus mendengar ucapan Afzal. Ia benar-benar kecewa pada anak buah yang sudah diberi kepercayaan penuh untuk melakukan eksekusi kepada Andini. Bukan hanya gagal, mereka justru membawa petaka untuk dirinya. Leo mengepalkan tangannya lalu mencoba untuk meninju udara. Melihat kekesalan Leo, Afzal hanya memandangnya sesaat. Ia enggan meyakinkan dirinya bahwa laki-laki yang sudah ia anggap sebagai musuhnya sedang menahan kesal atas perbuatannya.

"Apakah ada sesuatu yang membuat kamu merasa harus sekesal itu? Jangan pernah berpikir untuk melepaskan diri dariku karena aku sama sekali tidak akan pernah mengijinkan anak buahku untuk melepaskanmu."

"Silakan saja kalau mampu."

Afzal memandang Leo dan kembali mengarahkan pandangannya ke anak buah, seolah meminta agar mereka melanjutkan niat awalnya untuk membawa pimpinan mafia itu ke markas dimana mereka mengumpulkan tawanan.

Anak buah Afzal yang paham akan arti tatapan Afzal segera mengangguk dan melaksanakan perintah. Setelah Afzal berlalu meninggalkan arena, mereka segera melangkah mendekati Leo dan mencoba menangkap laki-laki itu dengan waspada.

Setelah meninggalkan anak buahnya bersama Leo, Afzal segera melangkah menuju sebuah mobil, dimana di sana sudah menunggu dokter Andini yang masih dalam kondisi trauma akibat pelecehan yang dialaminya. Andini yang masih menelungkupkan kepalanya di lutut, duduk di jok bagian belakang dengan tubuh penuh peluh, bergetar hebat menahan emosi yang tidak bisa ia lampiaskan.

Afzal memandang Andini yang masih setia pada posisi semula. Dia ingin sekali mengulurkan tangan dan membawa tubuh gadis itu kedalam dekapannya namun dia urungkan karena khawatir akan menambah trauma bagi dokter muda tersebut. Beberapa kali mencoba untuk menarik napas dalam menenangkan pikirannya, beberapa kali pula dia gagal.

Anak buah Afzal yang melihat bosnya benar-benar tidak berdaya karena ulah seorang wanita hanya bisa menggelengkan kepala sambil menunggu reaksi Afzal selanjutnya.

" Apakah kita akan tetap di sini Tuan? Hari sudah mulai sore dan kita harus segera meluncur ke markas. Aku yakin anak buah Tuan sudah menunggu Tuan di sana. Mereka pasti sudah tidak sabar untuk melakukan eksekusi."

Afzal menganggukkan kepalanya. Dengan sekali lompat dia sudah berhasil duduk disebelah Andini dan membuat gadis itu menggeser tubuhnya sambil terus menggelengkan kepalanya.

"Jangan takut kepadaku karena aku akan menjagamu dari orang-orang jahat itu. Aku tidak akan menyakitimu. Andini. Aku minta maaf karena keteledoranku ini, kau menjadi korban seperti saat ini. Seharusnya aku pertidak lebih cepat agar bisa membuat mereka tidak melakukan apapun kepadamu."

Andini hanya memandang Afzal sesaat lalu kembali menundukkan kepalanya. Ia masih mengingat laki-laki yang ada di sebelahnya. Mantan pasien yang dirawat di Asyifa dan selalu membuat pemilik klinik tersebut marah karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari laki-laki tersebut.

"Turunkan aku dan jangan pernah kamu bawa aku kemanapun kamu pergi karena aku tidak akan membiarkan orang lain membawa tubuhku ini. Aku sudah tidak memiliki harga diri sama sekali. Walaupun mereka tidak mampu menjamahku namun aku tetap merasa tidak pantas untuk hidup di muka bumi ini."

Afzal mengerutkan keningnya mendengar ucapan Andini yang seolah hanya bicara sendiri. Dia tahu kemungkinan yang akan dilakukan oleh gadis di sebelahnya dan dia tidak ingin Andini melakukan hal yang diluar batas kewajaran karena merasa tidak memiliki kehormatan.

Afzal meminta supirnya mempercepat laju kendaraan dan tidak pernah membiarkan gadis ini melakukan sesuatu yang berada diluar batas.

"Awasi dia dan jangan pernah lengah. Aku tidak ingin terjadi sesuatu kepadanya. Dia adalah Dewi penolongku dan aku tidak ingin dia mengalami trauma yang berlebihan akibat pengalaman buruk yang baru saja ia rasakan."

"Baik Tuan, kami akan melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuan.. Kami akan menjaga Nona dengan semaksimal mungkin dan akan membuat dia kembali kepada posisi yang normal seperti sedia kala tanpa trauma. Kami memiliki seorang psychiater yang mampu membuat beberapa orang gila bisa berhasil sembuh. Aku berharap Nona bisa segera pulih seperti sedia kala."

"Bagus, aku suka cara kerja kalian. Jangan pernah membuat aku kecewa. tanpa bantuan dari gadis itu aku tidak akan pernah berdiri di sini di hadapanmu.

Semua anak buah Afzal yang berada di mobil yang membawa mereka ke markas besar hanya menganggukan kepalanya. Mereka berjanji untuk selalu setia kepada Afzal. Selama ini mereka tahu bagaimana perlakuan Afzal kepada mereka dan keluarganya. Meskipun dia kadang kasar, tapi rasa peduli terhadap keluarganya membuat mereka terpesona pada perlakuan pria arogan itu.

Sesampai di markas, Afzal melangkah meninggalkan mobil dan membiarkan Andini tetap pada posisinya semula. Laki-laki itu tidak bisa menentukan langkah apa yang akan diambil untuk membawa gadis itu ke dalam rumahnya. Afzal tahu bahwa kedatangannya ke rumah tersebut hanya untuk memberikan pelajaran kepada anak buah Leo yang sudah bertindak semena-mena terhadap Andini.

"Jaga dia dan jangan pernah kau tinggalkan gadis itu karena aku akan pergi ke dalam. Setelah aku menyelesaikan semuanya aku akan membawanya ke dalam apartemen dan merawatnya dengan baik Seperti dia menyelamatkan nyawaku."

"Baik Tuan. Semua perintah kamu akan aku laksanakan dengan baik."

Tanpa menunggu anak buahnya menyelesaikan kalimatnya secara segera melangkah masuk ke dalam markas besar. Di sana beberapa laki-laki sudah terikat dengan rapi di kursi masing-masing seperti yang dialami oleh Andini saat berada di rumah Leo. Mereka tampak sangat pucat dan hampir semua menangis.

Afzal melangkah mendekati beberapa anak buahnya, meminta penjelasan perlakuan apa saja yang sudah mereka melakukan untuk mengintimidasi anak buah Leo yang sudah membuat Andini trauma.

"Ceritakan kepadaku apa yang sudah kalian lakukan kepada mereka untuk membalas dendam dari gadis yang sudah mereka seperti orang gila. Jangan pernah bilang kalau kalian sama sekali belum melakukan apapun. Mereka layak menerima perlakuan kasar dari kalian demi bisa membalas dendam dari gadis yang sudah menjadi dewi penolongku.

Seorang anak buah segera mendekat dan menceritakan detail kejadian yang sedang mereka lakukan kepada anak buah leo.

"Kami sudah mengebiri mereka, Tuan. Seperti saran Tuan lewat telepon tadi." Afzal terpana mendengar jawaban dari anak buah yang mengatakan bahwa dia menelpon dan memberikan perintah kepada mereka untuk melakukan hukuman kebiri. Dia tidak pernah berpikir tentang hukuman paling kejam yang dia lakukan kepada sesama manusia, namun saat ini dia lebih memilih untuk diam dan tidak menolak apapun yang diucapkan oleh anak buahnya terkait perintah tersebut.

Afzal mendekati 5 orang asisten setia Leo dan memandang mereka satu-persatu dengan perasaan iba. Ingin sekali dia mengucapkan kata-kata yang kasar, namun dia urungkan karena dia mengingat Andini sedang berada di mobil dan besar Kemungkinan dia akan bisa turun dan menyusunnya ke dalam.

"Aku ucapkan selamat atas bentuk baru yang baru saja kalian terima. Semoga dengan bentuk baru tersebut kalian bisa bertindak lebih bijaksana terhadap lawan jenis dan tidak mudah melampiaskan semua nafsu yang ada dalam diri kalian. Meskipun aku tahu kalian melakukan pelecehan itu atas dasar perintah dari atasanmu. Jadikan ini sebagai pembelajaran berharga untuk kalian."

Kelima anak buah Leo hanya memandang Afzal dengan sorot mata tajamnya. Mereka sama sekali tidak menerima perlakuan keji dari Afzal dan anak buahnya. Meskipun mereka mengakui apa yang mereka lakukan terhadap Andini benar-benar tidak manusiawi.