Chereads / Surat untuk Megan / Chapter 1 - Untuk Megan

Surat untuk Megan

🇮🇩Yaya997
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 11.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Untuk Megan

"Permisi, paket!!!"

Tidak ada yang menjawab.

"Permisiii, Mas, Mba, Pakeeet!" ucap sang embaw aket mengeraskan suaranya.

Ayana yang sedang asyik membaca majalah langsung melempar buku yang sedang dibacanya ke sembarang arah. Setelah mendengar seorang kurir yang berteriak di depan rumahnya, tanpa mempedulikan apa pun yang ada di sekitarnya, gadis itu berlari menuju pintu utama. Paket yang sedaritadi ia tunggu akhirnya datang juga.

Saking semangatnya, gadis itu lupa kalo ia sedang maskeran. Ketika pintu terbuka, sang kurir terkejut melihat wajah si pemilik rumah yang hitam akibat masker. Untunglah ini siang hari, karena kalau malam bisa-bisa si kurir lari terbirit-birit. Saking terkejutnya, hampir saja paket yang dibawanya itu terjatuh, namun sang kurir masih bisa mempertahankan keseimbangan tubuhnya.

"Neng, ngagetin aja. Saya kira yang keluar setan," protes si kurir pada Ayana, yang di protes hanya mengeluarkan cengiran khasnya. "Untung pas saya lihat kakinya napak, coba kalo enggak saya pingsan deh."

"Maaf, Bang. Aya lupa kalo lagi pakai masker."

Tatapan mata Aya beralih ke item yang di bawa sang kurir. "Bang, itu paket buat saya ya? Kok gede amat?" tanya Ayana.

"Oh ini paket buat Mba Aureliea NabilaCroline," jawab si kurir sambil mengeja nama yang tertera di paket tersebut.

Mendengar bukan namanya yang disebut membuat Ayana murung.

Kok buat Ka Aurel? Buat Aya gak ada? batin Ayana kecewa.

Detik kemudian, seorang muncul di belakang Ayana. Seorang gadis lebih tua satu tahun darinya. Itu adalah Aurelia, Kakaknya Ayana. Si pemilik paket yang sebenarnya. Kepribadian kakak beradik ini sangatlah berbeda. Ayana bisa dikatakan perempuan yang hyperaktif sedangkan Aurelie terkesan apatis. Si Adik senang mengumpulkan prangko sedangkan si Kakak lebih senang mengoleksi make up. Ayana si bawel, Aurelie yang irit ngomong.

Meskipun begitu, keduanya saling menyayangi layaknya Kakak Adik.

"Saya Aureliea Nabila Croline," ucap Aurelie.

"Oh, iya Mba. Ini paketnya," balas kurir itu mengulurkan paket kepada pemiliknya. "Mba tanda tangan di sini juga di sini ya sebagai tanda terimanya," tambah kurir itu. Aurelie menurut dan mencoret-coret kertas tersebut dengan tanda tangannya. "Makasih, Mba."

Selesai melakukan pekerjaannya, kurir itu pamit pergi. Aurelie juga masuk ke dalam rumah setelah mendapatkan paketnya. Sementara Ayana memasang raut kecewa.

"Padahal, alamatnya udah bener kok," kata Ayana menutup kembali pintu rumahnya. "Atau kurirnya nyasar kali ya? Atau aya gak mencantumkan namanya dengan benar ya? Nama dia susah banget sih diingatnya." Ayana terus mengeluh sepanjang jalan hingga gadis itu merebahkan dirinya diatas sofa. "Atau di komplek Bintara itu yang namanya Megantara bukan cuma dia doang?" tanya Ayana pada dirinya sendiri.

Lima menit kemudian, Ayana berjalan ke westafle. Gadis itu membilas masker yang ia pakai dengan air bersih.

"Ayana!" panggil Aurelie tegas.

Kakak Ayana itu berdiri di belakang adiknya sambil memasang raut wajah kesal. Tangannya berada di pinggang, mendukung suasana hatinya yang sedang kesal.

"Kenapa sih kak?" tanya Ayana menatap kakaknya dari cermin besar di depannya.

"Lo nyolong masker gue ya?"

"Nggak! Ini Aya beli sendiri."

"Bohong. Lo mana pernah beli beginian? Kerjaan Lo cuma beli kertas HVS, amplop norak sama pulpen warna warni. Masker gue ilang satu, pati lo kan yang ngambil? Gak mungkin Kak Rafli yang ngambil.

"Lo kan yang ngambil masker gue?"

"Iya, Aya yang ambil," akhirnya Ayana mengaku. Gadis itu berbalik arah menghadap kakaknya. "Gue juga kan mau cantik kayak Kak. Cowok-cowo di kampus lo pada suka sama lo, bahkan ada yang sampai rutin ke sini cuma mau anterin martabak cokelat. Gue kan juga mau."

Aurelie memang terkenal di kampusnya. Wajahnya yang blasteran membuat gadis itu menjadi primadona di kampusnya. Banyak para lelaki yang menaruh hati pada gadis berambut pirang ini. Namun, sayangnya sifatnya yang terkesan cuek, jutek dan suka marah-marah membuat beberapa cowok takut untuk mendekatinya.

"Lo itu masih kecil, masih baru lulus SMP. Anak kecil kayak lo belum boleh pakai beginian," kata Aurelie.

"Tapi …," ucap Ayana menggantung kalimatnya.

"Kenapa? Lo mau bantah omongan gue?"

Cepat-cepat Ayana menggeleng kepalanya.

"Awas ya kalo skincare gue tiba-tiba ilang lagi. Pokoonya lo tersangka utama kalo salah satu skincare gue ilang."

"Ah bilang aja lo gak mau bagi. Pelit."

"Apa lo bilang?"

"Eh … Hehehe, nggak. Yaudah Aya minta maaf. Aya cuma mau coba gimana rasanya pakai masker kek Lo gitu."

Aurelie menghela nafas berat. "Lo tuh masih pelajar, fokus aja sama sekolah lo. Jangan cinta-cintaan, yang ada lo malah jadi bego tau gak? Nanti otak lo big isinya cowoook mulu," nasihat Aurelie sambil menunjuk-nunjuk kepala adiknya. "Inget ya, jangan sampai lo bego karena cowok."

Detik kemudian, Aurelie pergi meninggalkan Ayana sendiri.

"Oh ya, satu lagi," ucap Aurelie mengentikan langkahnya.

"Ubah cara ngomong lo. Gak usah di imut-imutin kayak gitu."

Setelah mengatakan, itu Aurelie benar-benar meninggalkan adiknya.

Sikapnya yang tegas bukanlah berasal dari dirinya. Ayana tahu, Kakaknya sedang berada di fase membenci laki-laki karena telah disakiti. Dulu, gadis bermata abu-abu itu adalah orang yang baik. Ia sangat supel dan cepat akrab dengan siapa saja, sampai akhirnya kebaikannya disalah gunakan oleh seorang laki-laki hidung belang yang mendekati dirinya hanya karena harta. Masa SMA nya sangat suram. Oleh karena itu, Aurelie sangat tegas kepada Ayana. Apalagi membicarakan perihal cowok.

Dan karena itu pula, Ayana tidak pernah cerita pada Aurelie tentang laki-laki yang ia suka ataupun yang suka padanya. Karena kalau sampai ketahuan, Kakaknya itu akan marah.

Bukannya marah lagi, tapi sangat marah. Marahnya Aurelie memang tidak bar-bar dengan mengacak-acak barang, namun marahnya gadis itu berupa ancaman. Kalau sampai ketahuan Aya pacaran, semua koleksi perangko yang sedari umur 10 tahun Aya kumpulkan akan disita atau bahkan dibakar. Sangat sadis bukan?

Namun, ia tidak ingin cintanya dilarang. Gak semua yang berhubungan dnegan cinta berupa patah dan sakit hati. Aya yakin bahwa cinta yang ia dapatkan akan dibalut dengan kebahagiaan.

Gadis itu ingin menghiasi masa mudanya dengan mencintai dan dicintai. Ia ingin hidup yang penuh warna. Meskipun dirinya tidak tahu arti cinta yang sebenarnya, yang tidak hanya tentang kebahagiaan dan senang-senang saja. Tapi ada banyak luka dibalik itu. Keegoisan yang menunggu waktunya untuk muncul, juga rasa cemburu yang siap-siap menghantui di setiap hari. Itulah arti cinta yang sesungguhnya.

Aya ingin sekali bisa memilih dalam menentukan jodohnya. Iya, cowok kelas IPA yang juga merupakan ketua OSIS. Ia mengirim laki-laki itu surat dan kini sedang menanti balasn, namun sampai detik ini balasan surat yang Ayana kirim belum juga datang. Namun ia yakin, suatu hari nanti pasti dirinya akan mendapatkan surat balasan itu.

*****